Minggu, 21 Agustus 2011

Petani Garam Butuh Insentif Revitalisasi Tambak

Oleh Amrozi Amenan

MADURA - Petani garam di wilayah Madura yakni Sampang, Pamekasan, dan Sumenep mendesak pemerintah segera menggulirkan program revitalisasi tambak untuk meningkatkan kualitas produk garam rakyat. Bila program ini digulirkan, petani yakin kualitas produk garam mereka akan sepadan dengan garam kualitas premium yang kini diimpor dari India.

Hal itu disampaikan Pimpinan Presidium Aliansi Petani Garam Rakyat Indonesia HM Hisyam, Ketua Asosiasi Petani Garam Pamekasan Faishal Baidlawi, Ketua Asosiasi Petani Garam Sampang M Jakfar Sodikin di Madura, Kamis (18/8).

Menurut Hisyam, petani akan siap meningkatkan kualitas produk garam pascakebijakan yang digulirkan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang pro-petani terutama terkait harga garam. Pemerintah diminta memberi insentif revitalisasi tambak. Revitalisasi mencakup perbaikan tambak, penambahan dan perbaikan infrastruktur jalan dan logistik pergudangan. "Bahkan, tak hanya peningkatan jumlah produksi, petani juga siap menjamin kualitas produksi garam mereka kalau ada dukungan dari pemerintah terhadap upaya-upaya ke arah revitalisasi," tandas Hisyam.

Ketua Asosiasi Petani Garam Sampang M Jakfar Sodikin menegaskan, revitalisasi tambak menjadi sesuatu yang mendesak bila produksi garam rakyat ingin dipacu. Fakta di lapangan memperlihatkan kebutuhan garam dalam negeri masih dipenuhi dari impor. Revitalisasi tambak di Madura bisa difokuskan pada pembuatan tanggul yang lebih tinggi serta perbaikan saluran air baik primer maupun sekunder. "Kami yakin dengan perbaikan sarana tambak tersebut, petani di Madura akan bisa meningkatkan kualitas produknya," ujar dia.

Petani, sambung dia, tidak mungkin bisa sendirian menjalankan revitalisasi tambak dalam kerangka perbaikan kualitas produksi. Sebab, selain membutuhkan dana dalam jumlah besar dan memakan waktu lama. "Dengan demikian perlu kerja sama semua pemangku kepentingan terkait upaya memajukan garam rakyat," katanya.

Ketua Asosiasi Petani Garam Pamekasan Faishal Baidlawi mengemukakan optimisme petani akan adanya perbaikan kualitas dan volume garam rakyat pascarevitalisasi tambak tidak berlebihan. Dalam kondisi terbatas namun didukung cuaca yang bagus tahun ini saja, petani Sampang bisa menghasilkan garamkualitas (K) 1. Meskipun volume garam yang dihasilkan tergolong kecil. "Kami perkirakan dengan revitalisasi serta didukung cuaca yang normal sama seperti 2009, produksi garam di Madura bisa ditingkatkan dari sekarang. Bisa menghasilkan 480 ribu ton dengan kualitas lebih baik, minimal sama dengan garam premium dari India," tandasnya.

Faishal menambahkan, sembari menunggu respon pemerintah terkait revitalisasi, dirinya bersama petani lain di Pamekasan berencana membuat satu mrnia ture pilot projectatau miniatur proyek percontohan terkait revitalisasi. "Bagaimanapun kami memiliki tanggungjawab moral pascaperbaikan harga garam saat ini untuk meningkatkan kualitas garam rakyat yang selama ini selalu menjadi kambing hitam bagi impor garam," katanya.

Jakfar mengakui, kebijakan pemerintah yang menaikkan harga garam belum lama ini berdampak positif bagi petani. Diketahui, pemerintah mematok harga garam untuk Kl (kualitas satu) sebesar Rp 750 per kg, dan K2 (kualitas dua) Rp 550 ribu kg.

Pugar KKP Tak Efektif Menurut Jakfar, petani di Madura juga menyambut positif program Pugar (Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat) yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Namun, saat ini Pugar tidak efektif lagi karena program tersebut hanya mencakup pengadaan peralatan yang dibutuhkan di lahan tambak garam, misalnya kincir angin.

Sebaliknya, dana-tersebut tidak diperkenankan untuk perbaikan sarana. "Pugar hanya cocok untuk petani yang tidak punya tambak dan ingin memiliki tambak baru. Padahal saat ini petani sudah memiliki tambak. Yang diperlukan saat ini bukan peralatan tapi perbaikan sarana. Jadi ada Pugar atau tidak, tidak akan berpengaruh pada petani garam," tukasnya.

Menurut Hisyam, jika Pugar bertujuan mendukung peningkatan produktivitas petani garam di Madura, dana program tersebut harus bisa dipergunakan untuk perbaikan sarana tambak. "Hingga saat ini beberapa daerah juga belum menerima pencairan dana

Pugar, padahal dana itu dijanjikan akan direalisasikan sebelum April 2011," kata Hisyam.

Hisyam menegaskan, pihaknya yakin didukung cuaca cerah saat ini produksi garam Madura bisa mencapai 70% dari total konsumsi nasional. Produksi garam di Madura hingga hingga 8 Agustus 2011 telah mencapai 28.000 ribu ton atau 6% dari kapasitas produksi dengan sisa stok sekitar 7.500 ton. Kapasitas produksi garam rakyat di wilayah Madura bisa mencapai sekitar 480.000 ton.

Dia merinci produksi garam di Sampang dengan luas areal pegaram-an 4.200 ha menghasilkan garam sekitar 16.000 ton dengan sisa stok sekitar 4.000 ton. Di Pamekasan dengan luas areal pegaraman 900 ha menghasilkan garam sekitar 5.000 ton dengan sisa stok sekitar 1.500 ton. Sedangkan di Sumenep dengan luas areal pegaraman 1.400 ha menghasilkan garam sekitar 7.000 ton dengan sisa stok sekitar 2.000 ton.

Polemik Garam Impor

Faishal mengemukakan petani tidak keberatan dengan kebijakan importasi garam sepanjang impor tersebut untuk menutupi kekurangan stok. Namun demikian, dirinya masih menyayangkan adanya perbedaan pola penghitungan konsumsi dan stok garam nasional yang sangat menentukan jumlah garam yang akan diimpor. Dia berpendapat polemik antara Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Kementerian Perdagangan terkait persoalan impor garam bertumpu pada ketidakakuratan data yang disuplai ke kedua kementerian tersebut

"Semuanya dimulai dari data yang tidak sesuai dengan fakta lapangan," ujar Fasihal.

Diketahui, Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) menyebut total produksi panen garam di Madura per Agustus 2011 mencapai 100.000 ton per musim. Volume stok tersebut meliputi Sampang 60.000 ton, Pamekasan 25.000 ton, Sumenep 15.000 ton. "Data Apgasi inilah yang dipegang KKP untuk menghitung jumlah kapasitas garam nasional," tegas Faishal.

Menurut Jakfar, data yang dimiliki asosiasi-asosiasi di Madura seperti Apegar, Aspag, dan A2PGRJ mencatat total produksi lebih rendah dibanding data yang dimiliki Apgasi. Untuk Sampang misalnya, data Aspag mencatat produksi garam 14.000 ton dengan stoknya hanya 4.000 ton. Pamekasan 4.000 ton dengan stoknya 1.000 ton, dan Sumenep 6.000 ton dengan stok 1.500 ton. Sehingga total produksi untuk Madura hanya mencapai 20.000 ton dengan stok garam mencapai 5.500 ton. Kapasitas produksi di tiga kabupaten di Madura bisa mencapai 480.000 ton dengan asumsi musim kemarau berlangsung 4-5 bulan.

sumber : http://www.kkp.go.id