Minggu, 05 September 2010

Aeromonas

Aeromonas adalah jenis bakteri yang bersifat metropolitan, oksidasif, anaerobik fakultatif, dapat memfermentasi gula, gram negatif, tidak membentuk spora, bentuk akar, dan merupakan penghuni asli lingkungan perairan. Bakteri ini ditemukan di air payau, air tawar, muara, lautan, dan pada badan air yang terklorinasi maupun tidak terklorinasi, dengan jumlah terbanyak ditemukan pada musim hangat. Upaya isolasi aeromonas pada penyakit yang menyerang hewan berdarah panas dan berdarah dingin telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu, sedangkan isolasi dari manusia dilakukan sejak awal tahun 1950-an (Hayes, 2000).

Aeromonas hydrophila
Aeromonas hydrophila
adalah bakteri berbentuk akar, motil, dengan diameter 0,3 - 1 um dan panjang 1 - 3,5 um, tanpa fase spora, biasanya tidak mempunyai kapsul, tumbuh optimum pada 28 C tetapi dapat tumbuh pada suhu ekstrim (4 C dan 37 C). Sifatnya yang metropolitan di lingkungan perairan memungkinkan terjadinya kontak pada ikan dan amfibi, dan bahkan memasuki hewan tersebut. Kontak tersebut dapat menyebabkan infeksi tergantung pada spesiesnya dan tingkat virulennya (Floyd, 2002).

Aeromonas hydrophila telah ditemukan pada berbagai jenis ikan air tawar di seluruh dunia, dan adakalanya pada ikan laut. Terdapat pandangan yang berbeda tentang peran yang tepat dari Aeromonas hydrophila sebagai ikan patogen. Beberapa peneliti menetapkan bahwa organisme ini hanya sebagai penyerang sekunder pada inang yang lemah, sedang yang lain menyatakan bahwa Aeromonas hydrophila adalah suatu patogen utama ikan air tawar (Hayes, 2000).

Strategi Lindungi Kesehatan Ikan dan Lingkungan

Peningkatan produksi hingga 353% selama lima tahun ke depan adalah syarat wajib untuk bisa menjadi produsen perikanan utama dunia. Namun hal itu tak akan bisa terwujud jika kegiatan budidaya perikanan masih saja dihantui penyakit. Secara finansial, kejadian penyakit tersebut menimbulkan kerugian yang tak sedikit.

Lihat saja catatan Direktorat Perikanan Jenderal Budidaya (DJPB). Pada 2007, terjadi kasus penyakit di 13 provinsi dengan total kerugian Rp 27,5 miliar. Pada tahun yang sama pula terjadi KHV (Koi Herpes Virus) di 3 lokasi sentra budidaya yakni di Sumatera Barat, Jawa Barat dan Kalimantan Selatan dengan kerugian mencapai Rp 49 juta. Sementara itu pada 1994, serangan virus white spot pada udang telah mengakibatkan kerugian mencapai Rp 100 miliar. Bahkan pada 2006, serangan penyakit menyebabkan larangan perdagangan ikan mas dan koi antar pulau sehingga berdampak pada munculnya pengangguran dan masih banyak lagi lainnya.

Celakanya, akibat munculnya kasus penyakit itu produk perikanan Indonesia sempat mengalami penolakan di pasar internasional. Sebut saja pada periode Januari – Februari 2007 dengan kerugian mencapai Rp 50 miliar. Sementara pada bulan berikutnya di tahun yang sama, ekspor udang windu ke Jepang sebanyak 16,2 ton juga mengalami penolakan. Sedangkan pada 1997, ekspor kekerangan terkena embargo dan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp 188 milyar.

Dari sejarah kasus penyakit inilah maka kesehatan ikan dan lingkungan mutlak jadi perhatian. Terkait hal ini Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan – Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJBP) telah mempersiapkan strategi khusus dalam pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan. Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Murdjani dalam Forum Akselerasi Pembangunan Perikanan Budidaya 2010 – 2014 beberapa waktu lalu di Batam menyatakan, untuk membentuk kawasan budidaya yang sehat sehingga bisa mendukung upaya peningkatan produksi maka dilakukan dengan beberapa cara. Yaitu memberikan perlindungan lingkungan, pengendalian obat ikan dan kimia, standarisasi kesehatan ikan dan lingkungan, pengendalian residu serta pengendalian hama penyakit ikan.



Langkah Perlindungan

Sementara itu sebagai langkah perlindungan lingkungan dilakukan dengan cara pemantauan dan evaluasi perlindungan lingkungan budidaya. Selanjutnya juga dengan peningkatan kualitas lingkungan budidaya melalui restocking ikan trofik level rendah di perairan umum daratan, perlindungan ikan spesifik lokal potensial budidaya dan rehabilitasi lingkungan budidaya. Sedangkan untuk kegiatan pengendalian obat ikan, bahan kimia dan biologi dilakukan dengan cara Perencanaan Tahunan Pengendalian Obat Ikan dan Kimia Nasional (Petapoiknas). Kemudian juga dengan monitoring evaluasi dan pengendalian obat ikan, kimia dan bahan biologi. Disampping itu juga dilakukan registrasi obat ikan, penerbitan izin usaha obat ikan serta penerbitan rekomendasi impor.

Pengendalian hama penyakit ikan (HPI) dilakukan langkah-langkah seperti pemberian vaksinasi dan imunostimulan, pengembangan obat ramah lingkungan, monitoring dan surveilance (pengawasan) HPI, pemetaan penyebaran HPI, penerapan biosecurity di kawasan budidaya serta penerapan Analisa Risiko Impor (ARI).

Selanjutnya ada kegiatan standardisasi kapasitas laboratorium. Antara lain dilakukan dengan cara pengelolaan laboratorium yang memenuhi standar kelayakan teknis (GLP; ISO 17025), merumuskan standar metode uji (SNI;POS), peningkatan kompetensi petugas laboratorium, pengembangan Balai Penyidikan Penyakit Ikan dan Lingkungan (laboratorium level III) di Anyer

– Banten sebagai laboratorium rujukan serta pengembangan jejaring kerja laboratorium dalam dan luar negeri. Untuk monitoring residu dilakukan dengan cara penyusunan National Residu Control Plan (NRCP). Lalu monitoring dan pengendalian residu dengan prioritas komoditas unggulan pada wilayah provinsi yang ditentukan, harmonisasi peraturan nasional dan internasional serta koordinasi tindak lanjut pengendalian residu. (Rd)



sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

Siklus Karbon Laut Dipecahkan oleh Ikan

Penelitian terbaru mengenai siklus karbon perairan laut mengungkapkan pengaruh besar dari ikan laut dalam menjaga keseimbangan pH (Derajat Keasaman) air laut yang sangat penting bagi pertumbuhan karang dan hewan bercangkang lainnya.

Hingga saat ini, para ilmuwan percaya bahwa kalsium karbonat lautan, yang berperan dalam sifat alkali air laut, datang dari luar kerangka plankton mikroskopik. Studi ini memperkirakan bahwa 3 sampai 15 persen kalsium karbonat lautan sebenarnya dihasilkan oleh ikan tepatnya dalam usus dan kemudian dibuang. Ini adalah perkiraan yang konservatif dan tim peneliti dari Inggris, Amerika dan Kanada percaya hal ini memiliki potensi untuk menjadi lebit tinggi tiga kali lipat.

Ikan bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi yang besar dalam rangka menjaga keseimbangan keasaman laut. Para peneliti memperkirakan bahwa peningkatan suhu dan naiknya CO2 akan mendorong ikan untuk menghasilkan lebih banyak kalsium karbonat.

Terkait penelitian ini, tim peneliti membuat dua model komputer independen.Langkah pertama kalinya ialah perkiraan massa total ikan di laut. Mereka memperkirakan ada 812 dan 2050 juta ikan bertulang sejati di laut. Mereka kemudian menggunakan penelitian skala lab untuk menetapkan bahwa ikan ini memproduksi sekitar 110 juta ton kalsium karbonat per tahun.

Kalsium karbonat, bahan berkapur berwarna putih yang membantu mengontrol keseimbangan keasaman atau pH air laut. Keseimbangan pH sangat penting bagi kesehatan ekosistem laut, termasuk terumbu karang, dan penting dalam mengendalikan bagaimana lautan akan mudah menyerap CO2 di atmosfer yang diperkirakan akan makin meningkat di masa mendatang.

Kalsium karbonat ini diproduksi oleh tulang ikan, yaitu kelompok yang mencakup 90% dari spesies ikan laut di dunia, kecuali keluarga hiu atau pari. Ikan – ikan ini terus-menerus meminum air laut untuk menghindari dehidrasi, hal ini memaksa mereka untuk mencerna kelebihan kalsium yang kemudian menjadi kalsium karbonat berupa endapan kristal dalam usus. Kemudian ikan akan mengeluarkan padatan kapur yang sering disebut batu usus melalui proses yang terpisah dari pencernaan dan produksi kotoran.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa kalsium karbonat yang diekskresikan oleh ikan secara kimiawi sangat berbeda dengan yang dihasilkan oleh plankton. Hal ini membantu menjelaskan sebuah fenomena yang membingungkan para ahli kelautan: laut menjadi lebih basa pada kedalaman yang dangkal.

Kalsium karbonat yang dihasilkan oleh plankton tidak berpengaruh terhadap perubahan alkalinitas ini, karena mereka tenggelam ke kedalaman yang lebih dalam bahkan seringkali tertimbun dalam sedimen dan batu-batuan selama jutaan tahun. Sebaliknya, ikan mengeluarkan kalsium karbonat yang lebih mudah larut di kedalaman dangkal (antara 500 – 1000 meter).

Penulis utama, Dr Rod Wilson dari University of Exeter (Inggris) menyatakan “Perkiraan paling konservatif kami menyarankan bahwa 3 sampai 15 persen kalsium karbonat lautan berasal dari ikan, namun rentang ini bisa sampai tiga kali lebih tinggi. Kita juga tahu bahwa kalsium karbonat ikan berbeda dari yang dihasilkan oleh plankton. Penemuan-penemuan ini bisa membantu menjawab teka-teki lama para ahli kimia oseanografi, tetapi mereka juga mengungkapkan keterbatasan pemahaman kita mengenai siklus karbon lautan.”

Para peneliti memprediksi bahwa kombinasi dari peningkatan suhu laut dan meningkatnya CO2 abad ini akan memicu ikan untuk menghasilkan lebih banyak kalsium karbonat. Hal ini disebabkan oleh dua alasan. Pertama, suhu yang lebih tinggi secara keseluruhan merangsang metabolisme dalam ikan dan mendorong semua proses biologis mereka untuk berjalan lebih cepat. Kedua, peningkatan CO2 di dalam darah mereka secara langsung menstimulasi produksi karbonat oleh usus secara khusus.


Sumber: http://www.sciencedaily.com

Tattoo

TATTOO berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang konon artinya tanda. Walaupun bukti-bukti sejarah tattoo ini tidak begitu banyak, tetapi para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni tattoo ini udah ada sejak 12.000 tahun SM. Jaman dahulu tattoo semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dll.Kalo kamu jalan-jalan ke Mesir, coba maen-maen ke pyramids, mungkin kamu bisa menemukan tattoo tertua di sana. Karena menurut sejarah, bangsa Mesir-lah yang jadi biang tumbuh suburnya tattoo di dunia. Bangsa Mesir kan dikenal sebagai bangsa yang terkenal kuat, so gara-gara ekspansi mereka terhadap bangsa-bangsa laen, seni tattoo ini juga ikut-ikutan menyebar luas, seperti ke daerah Yunani, Persia, dan Arab.

Apa alasan bagi suku-suku kuno di dunia membuat Tattoo? Bangsa Yunani kuno memakai tattoo sebagai tanda pengenal para anggota dari badan intelijen mereka, alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tattoo menunjukan pangkat dari si mata-mata tersebut. berbeda dengan bangsa Romawi, mereka memakai tattoo sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan budak, dan Tattoo juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku Maori di New Zealand membuat Tattoo berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di Kepulauan Solomon, Tattoo ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di atas, orang-orang Suku Nuer di Sudan memakai Tattoo untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu.

Tattoo alias Wen Shen atau Rajah smulai merambahi negara Cina sekitar taon 2000 SM. Wen Shen konon artinya “akupunktur badan”. perlu diketahui, sama seperti bangsa Romawi, bangsa Cina kuno memakaiTtattoo untuk menandakan bahwa seseorang pernah dipenjara. Sementara di Tiongkok sendiri, budaya Tattoo terdapat pada beberapa etnis minoritasnya, yang telah diwarisi oleh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang memilik kebiasaan mentato wajahnya. Riwayat adat-istiadat Tattoo etnis Drung ini muncul sekitar akhir masa Kedinastian Kaisar Ming (sekitar 350 tahun yang lalu), ketika itu mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung untuk dijadikan sebagai budak. Demi menghindari terjadinya perkosaan, para wanita tersebut kemudian mentato wajah mereka untuk membuat mereka kelihatan kurang menarik di mata sang penculik. Meskipun kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam keadaan terancam oleh penyerangan dari etnis minoritas lainnya, namun mereka masih terus mempertahankan adat-istiadat ini sebagai sebuah lambang kekuatan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung mentato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai sebuah simbol pendewasaan diri. Ada beberapa penjelasan yang berbeda, mengapa para wanita tersebut mentato wajahnya. Sebagian orang mengatakan, bahwa warga etnis Drung menganggap wanita yang ber-Tattoo terlihat lebih cantik dan para kaum Adam etnis Drung tidak akan menikahi seorang wanita yang tidak memiliki Tattoo di wajahnya. Di Indonesia Orang-orang Mentawai di kepulauan Mentawai, suku Dayak di Kalimantan, dan suku Sumba di NTB, sudah mengenal tattoo sejak jaman dulu. Bahkan bagi suku Dayak, seseorang yang berhasil “memenggal kepala” musuhnya, dia mendapat tattoo di tangannya. Begitu juga dengan suku Mentawai, tattoo-nya Tidak dibuat sembarangan. Sebelum pembuatan tattoo dilaksanakan, ada Panen Enegaf alias upacara inisiasi yang dilakukan di Puturkaf Uma (galeri rumah tradisional suku mentawai). Upacara ini dipimpin oleh Sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barulah proses Tattoo-nya dilaksanakan.

AWALNYA, bahan untuk membuat Tattoo berasal dari arang tempurung yang dicampur dengan air tebu. Alat-alat yang digunakan masih sangat tradisional. Seperti tangkai kayu, jarum dan pemukul dari batang. Orang-orang pedalaman masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional. Orang-orang Eskimo misalnya, memakai jarum yang terbuat dari tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar naga pada kulit tubih. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu. Jauh berbeda dengan sekarang. Saat ini, terutama di kalangan masyarakat perkotaan, pembuatan Tattoo dilakukan dengan mesin elektrik. Mesin ini ditemukan pada tahun 1891 di Inggris. Kemudian zat pewarnanya menggunakan tinta sintetis (tinta tattoo).


sumber: http://ekakj.wordpress.com

Sabtu, 04 September 2010

Buckminsterfullerene

Cluster karbon adalah senyawa gerombol atom-atom karbon. Buckminsterfullerene adalah cluster karbon yang pertama ditemukan, yang memiliki bentuk geometri seperti bola. Molekul ini ditemukan pada tahun 1985 oleh Richard E Smalley, Robert F Curl, Jr (keduanya dari Rice University, Houston, Amerika Serikat), dan Sir Harold W Kroto (dari University of Sussex, Brighton, Inggris), yang mengantar mereka meraih hadiah Nobel Kimia pada tahun 1996.

Buckminsterfullerene ditemukan secara tidak sengaja. Awalnya, ketiga ilmuwan itu ingin mempelajari pembentukan molekul karbon berantai panjang dalam suasana panas. Ini untuk membuktikan hipotesis Kroto mengenai molekul karbon dan nitrogen berantai panjang (sianopoliina) yang banyak terdapat di atmosfer bintang besar merah.

Pada tanggal 1 September 1985, bertempat di Houston, ketiga ilmuwan ini bersama JR Heath dan SC O’Brein melakukan percobaan penguapan grafit dengan alat yang telah dibuat oleh Smalley, yaitu laser-supersonic cluster beam apparatus. Grafit disinari langsung dengan sinar laser. Atom-atom karbon yang terionisasi (plasma karbon) kemudian dicampur dengan aliran gas helium, dikombinasikan, dan didinginkan dalam wadah vakum sampai beberapa derajat di atas suhu nol mutlaknya. Selanjutnya dianalisis dengan spektrometer massa (suatu alat untuk mengetahui bobot molekul).

Mereka terkejut, sebab dari data spektrometer massa menunjukkan terbentuknya cluster karbon yang terdiri dari 60 dan 70 atom karbon. Cluster 60 karbon (C60) yang lebih melimpah. Kelompok peneliti ini medapatkan sesuatu yang lain untuk dipikirkan lebih lanjut. Timbul dugaan bahwa C60 mempunyai struktur mirip bola karena molekul ini stabilitasnya tinggi dengan diasumsikan sebagai kerangka tertutup bersimetri tinggi. Kemudian mereka menamai bentuk baru karbon ini dengan nama buckminsterfullerene, yang diambil dari nama seorang arsitek Amerika Serikat, R Buckminster Fuller yang mendesain bagunan berkubah seperti bola untuk World Exhibition 1967 di Montreal, Kanada.

Penemuan struktur unik C60 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature pada tanggal 14 November 1985, sangat menghebohkan serta mendapat tanggapan pro dan kontra. Sebelumnya tidak ada fisikawan dan kimiawan yang memperkirakan bahwa karbon murni mempunyai bentuk lain. Sebagaimana diketahui hanya terdapat dua bentuk karbon murni, yaitu grafit yang terdiri dari lembaran dua dimensional, dan yang kedua adalah intan, yakni jejaringan atom tiga dimensional.

Untuk memperoleh kejelasan, dari tahun 1985-1990, Curl, Kroto, dan Smalley lebih lanjut meneliti C60. Mereka mencoba mereaksikannya dengan hidrogen, karbon monoksida, sulfur dioksida, oksigen, atau amonia. Dari data spektrometer massa tidak diperoleh perubahan puncak C60. Hasil ini menunjukkan C60 adalah senyawa yang sukar bereaksi.

Selain itu, mereka juga berhasil membuat cluster karbon dengan jumlah atom karbon genap (40-80) yang bereaksi lambat seperti C60. Bukti lanjut menunjukkan bahwa semua cluster itu memiliki struktur tertutup, menyerupai sangkar. Kombinasi antara sifat kimia dan struktur tertutup mirip dengan C60, maka mereka pun menamai golongan cluster karbon dengan nama fullerene.

Pada tahun 1990, D R Huffman and W Kratschmer untuk pertama kalinya berhasil mengisolasi C60. Kedua astrofisikawan itu melakukan percobaan dengan cara memanaskan dua batang grafit dengan arus listrik sampai suhu tinggi di dalam atmosfer helium bertekanan 13 kPa. Kedua batang grafit itu menyusut secara perlahan dan menghasilkan jelaga. Jelaga yang terbentuk kira-kira mengandung 10 persen C60 dan C70. Jelaga itu kemudian dikumpulkan dan diberi perlakuan dengan benzena untuk melarutkan C60 dan C70, yang kemudian dapat dipisahkan dengan metode kromatografi kolom dan ditentukan strukturnya. Hasil penelitian Huffman dan Kratschmer mendukung kebenaran hipotesis struktur C60.

Penemuan buckminsterfullerene dan metode untuk mengisolasinya telah membuka pintu ke bidang kimia dan ilmu material baru yang menarik. Kimia Fullerene menjadi cabang baru ilmu kimia. Buckminsterfullerene menjadi topik pembicaraan dan penelitian yang menarik. Bahkan pada tahun 1991, molekul ini dielukan sebagai Molecule of the Year dan gambarnya menghiasi sampul depan majalah Scientific American.



KEGUNAAN "buckminsterfullerene"

Meskipun aplikasi praktis molekul ini belum terealisasikan, seperti penemuan superkonduktor yang diaplikasikan dalam kereta api super cepat, C60 dan turunannya menjadi topik penelitian yang menarik. Hasil penelitian di University of California, San Francisco, menyatakan turunan C60 dapat menghambat virus HIV-1 dan HIV-2 yang menyebabkan penyakit AIDS. Selain itu, penelitian di University of California, Santa Barbara, telah berhasil membuat turunan C60 yang larut air dan bahan ini mampu memblokir HIV protease yang merusak protein.

Alan J Heeger (salah seorang penerima hadiah Nobel Kimia 2000) beserta koleganya memanfaatkan C60 sebagai akseptor dalam pembuatan material untuk sel fotovoltaik, yaitu alat yang dapat mengubah sinar matahari menjadi listrik (Science, Vol. 270, 15 Desember 1995).

C60 dapat dengan mudah menerima elektron dan membentuk ion-ion negatif. Bila direaksikan dengan logam alkali (contohnya kalium), akan membentuk K3C60, suatu material kristalin baru yang menjadi superkonduktor pada suhu 19 K. C60 dapat digunakan untuk membuat tabung terkecil di dunia (nanotubes) dari karbon. Tabung ini dapat ditutup pada salah satu ujung atau kedua ujungnya. Material ini mungkin dapat diterapkan dalam industri elektronika karena keunikan sifat-sifat mekanik dan listriknya. Gambar 2 menyajikan bentuk K3C60 dan nanotube. C60 dapat juga digunakan sebagai katalis karena C60 dapat menerima dan mendonorkan elektron. Penggunaan C60 sebagai katalis akan menggantikan katalis logam yang mahal dan beracun

Dari sejarah penemuan buckminsterfullerene menunjukkan kepada kita bahwa kolaborasi disiplin ilmu yang berbeda (dengan bukti-bukti ilmiah yang sahih) akan melahirkan hasil yang mengagumkan dan tidak diperkirakan sebelumnya. Buckminsterfullerene adalah molekul yang stabil dan indah. Sesuatu yang indah itu pastilah akan menarik.



(Oleh Herman Yudiono, mahasiswa Kimia FMIPA IPB, dan R Panji Ahmad Hidayatullah, alumnus Kimia FMIPA IPB)