Senin, 20 Februari 2012

CARA PEMBUATAN PAKAN IKAN ALTERNATIF

CARA PEMBUATAN PAKAN IKAN ALTERNATIF



Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam proses budidaya ikan. Untuk itu diperlukan pembuatan pakan alternatif untuk meringankan ongkos produksi serta memaksimalkan keuntungan para pembudidaya ikan. Pakan alternatif dapat dibuat dari bahan hewani maupun nabati.
A. BAHAN HEWANI
1. TEPUNG IKAN
Bahan Baku :
Jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis) yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan 11-12 bulan, bila lebih lama dapat ditumbuhi cendawan dan bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam amino essensial yang paling essensial sampai 8 %.

Cara Pembuatan :
Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.
Air perasan ditampung untuk dibuat petis/ diambil minyaknya,
Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

Kandungan Gizi :
Protein : 22,65 % ; lemak : 15,38 %; abu 26,65 % ; serat : 1,80 %; air : 10,72 %

2.TEPUNG REBON DAN BENAWA
Bahan Baku :
Rebon adalah sejenis udang kecil yang merupakan bahan baku pembuatan terasi. Benawa adalah anak kepiting laut. Rebon dan benawa muncul pada awal musim hujan di sekitar muara sungai, mengerumuni benda yang terapung.

Cara Pembuatan :
Bahan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas;
Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

Kandungan Gizi :
Udang Rebon : protein :59,4 % ; lemak : 3,6 % ; karbohidrat : 3,2 % ; air :21,6 %
Benawa : protein 23,38 % ; lemak : 25,33% ; karbohidrat : 0,06 %; abu 11,41 % air : 5,43 %.

3. TEPUNG KEPALA UDANG
Bahan Baku : Kepala Udang, limbah pada proses pengolahan udang untuk ekspor.

Cara Pembuatan : Bahan direbus, dijemur sampai kering dan digiling; Tepung diayak untuk membuang bagian-bagian yang kasar dan banyak mengandung kitin.

Kandungan gizi : Protein : 53,74 % ; Lemak : 6,65 % ; Karbohidrat : 0 %, abu 7, 72 % ;
Serat kasar = 14,61 % dan air 17,28 %.

4. TEPUNG ANAK AYAM
Bahan Baku : anak ayam jantan dari perusahaan pembibitan ayam petelur
Cara Pembuatan : Anak- anak ayam dimatikan secara masal, bulu-bulunya dibakar dengan lampu semprot, kemudian direbus sampai kaku (setengah masak). Diangin-anginkan sampai kering dan digiling beberapa kali sampai halus. Hasil gilingan yang masih basah disebut pustadan dan dapat langsung digunakan. Pasta dapat dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

Kandungan gizi :
Protein : 61, 65 % ; lemak 27,30 % ; abu ; 2,34 %; air : 8,80 %, juga mengandung hormone, enzim, vitamin dan mineral yang dapat merangsang nafsu makan dan pertumbuhan.

5. TEPUNG DARAH
Bahan Baku : darah, limbah dari rumah pemotongan ternak

Cara Pembuatan :Darah beku yang masih mentah dimasak dan dikeringkan, kemudian digiling menjadi tepung.

Kandungan Gizi : Protein : 71,45 % ; lemak 0,42% ; karbohidrat : 13,12 % ; abu : 5,45 % serat ;:7,95 % air : 5,19%.
Proteinnya sukar dicerna, sehingga penggunaannya untuk ikan < 3% dan untuk udang < 5%.

6. SILASE IKAN
Silase adalah hasil olahan cair dari bahan baku asal ikan/limbahnya.
Bahan Baku : ikan rucah dan limbah pengolahan

Cara Pembuatan : Bahan dicuci, dicincang kecil-kecil, kemudian digiling. Hasil gilingan direndam dalam larutan asam formiat 3% selama 24 jam, kemudian diperas. Air perasan ditampung dan lapisan minyak yang mengapung di lapisan atas disingkirkan.
Cairan yang bebas minyak dicampur dengan ampas dan ditambah asam proponoat 1 % untuk mencegah tumbuhnya bakteri/cendawan dan menambah daya awet =- 3 bulan dengan pH =- 4,5. Bahan diperam selama 4 hari dan diaduk 3-4 kali sehari. Bahan cair yang bersifat asam dapat dicampur dengan dedak, ketela pohon/tepung jagung dengan perbandingan 1 :1, dikeringkan dan digunakan untuk campuran dalam ramuan makanan.

7. TEPUNG BEKICOT
Bahan Baku : Daging bekicot mentah dan daging bekicot rebus
Cara Pembuatan : Daging bekicot dikeringkan lalu digiling. Untuk campuran makanan sebesar 5-15 %.
Kandungan Gizi : Protein : 54,29%, Lemak :4,,18 % ; Karbohidrat : 30,45 % abu : 4,07 % ; kapur : 8,3 %
Fosfor : 20,3 % dan air 7,01 %

8. TEPUNG CACING TANAH
Cacing dapat menggantikan tepung ikan, dapat diternak masal. Jumlah penggunaan dalam ramuan 10-25%.
Cara Pembuatan : Cacing dikeringkan lalu digiling.
Kandungan proteinnua 72 % dan mudah diserap dinding secara khusus.

B. BAHAN NABATI
DEDAK
Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasa. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras, dengan kandungan dizi : protein : 11,35 % ; lemak : 12,15 % , karbohidrat : 28,62 % . abu 10,5%, serat kasar : 24,46 % air : 10,15 %.

TEPUNG AMPAS TAHU
Kandungan gizinya protein 23,55 %, lemak 5,4 % , karbohidrat 26,92 % abu 17,03 % serat kasar 16,53 % dan air 10,34%.

C. BAHAN TAMBAHAN
Vitamin dan Mineral
1. Cara memperoleh : dari toko penjual makanan ayam (poultry shop) yang sudah dikemas dalam bentuk premix (premix).
2. Premix tersebut mengandung vitamin, mineral, dan asam-asam amino tertentu.

Garam Dapur (NaCl)
1. Fungsi : sebagai bahan pelezat (gurih), mencegah terjadinya proses pencucian zat-zat lain yang terdapat dalam ramuan makanan ikan.
2. Penggunaannya cukup 2 %

3. Bahan Perekat
Contoh bahan perekat : agar-agar, gelatin, tepung terigu, tepung sagu,dll. Yang paling baik adalah tepung kanji dan tapioka.
Penggunaanya cukup 10 %.

sumber : budidaya ikan

BUDIDAYA IKAN BERONANG (Siganus sp)

1. PENDAHULUAN
Dalam PJPT II, sub sektor perikanan semakin dituntut dalam mencukupi kebutuhan protein hewani dari ikan. Selama ini produksi

perikanan laut sebagian besar masih tergantung dari hasil pemungutan/penangkapan dari alam yang produksinya semakin menurun,

dilain pihak dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk kebutuhan protein akan terus meningkat setiap tahun. Oleh karena

itu produksi perikanan perlu digali dari 2 (dua) sumber yaitu penangkapan dan budidaya.

Salah satu komoditi ikan laut yang potensial dan sudah dapat dibudidayakan adalah ikan beronang (Siganus sp). Dari hasil

penelitian ternyata komoditi beronang mempunyai nilai yang menguntungkan sebagai berikut:
a. Ikan beronang merupakan makanan yang enak dan gurih dan disukai banyak orang sehingga pemasaran ikan ini cukup baik.
b. Ikan ini umumnya "primary herbivor" yaitu pemakan plankton nabati tumbuhan dan juga memakan makanan buatan.
c. Selama musim-musim tertentu benih beronang dapat diperoleh dalam jumlah banyak.
d. Ikan beronang mempunyai toleransi besar terhadap salinitas dan suhu.
e. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat.
f. Ikan ini sudah dapat dipijahkan di dalam laboratorium sehingga prospek pembenihan dari hatchery cukup baik.
g. Ikan beronang mempunyai harga pasar yang cukup tinggi baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri, terutama yang ada

telurnya selama tahun baru cina.
h. Teknologi pembesaran ikan beronang sudah dikuasai.

Mengingat budidaya ikan beronang relatif baru dikenal masyarakat, maka petunjuk teknis ini diharapkan dapat menjadi pedoman

bagi yang berminat melakukan usaha budidaya beronang.


2. BIOLOGI
1) Diskripsi dan Taksonomi
Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda satu sama lain seperti di Pulau Sribu dinamakan kea-kea,

di Jawa Tengah dengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakan dengan sebutan samadar. Ikan beronang

termasuk famili Siginidae dengan tanda-tanda khusus sebagai berikut D XIII, 10 A VII, 9, P2 I, 3, 1, tubuhnya membujur dan

memipih latural, dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, mulut kecil posisinya terminal. Rahangnya dilengkapi dengan gigi-

gigi kecil. Punggungnya dilengkapi oleh sebuah duri yang tajam mengarah ke depan antara neural pertama dan biasanya tertanam

di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi dengan kelenjar bisa/racun pada ujungnya.
Secara lengkap taksonomi ikan beronang adalah sebagai berikut.
Famili : Siganidae- Genus : Siganus- Species : Siganus spp.

2) Kebiasaan Makanan
Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri pada masing-masing

rahang, gigi geraham berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang

luas, ikan beronang termasuk pemakan tumbuh-tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan ikan beronang mampu memakan makanan apa saja

yang diberikan seperti pakan buatan.

3) Penyebaran
Penyebaran ikan beronang ini cukup luas, tetapi penyebaran setiap species sangat terbatas seperti yang terdapat di LON LIPI

daerah penyebaran setiap
species sebagai berikut:
a. Siganus guttatus penyebarannya di: Bengkulu, Padang Deli, P. Seribu, Cirebon, Balay, Surabaya, Balik Papan, Ujung Pandang,

Bajo, Manado, Selayar, Seram, P. Obo, Ternate, Ambon, dsb.
b. Siganus canaculatus penyebarannya di : Padang, Ujung Kulon, Teluk Banten, P. Seribu, Ternate, Bacan.
c. Siganus vulpinus penyebarannya di: Birabirahan, Masalembo, Ujung Pandang, Manado, Ternate, Kajoa, Ambon, Seram, Manokwari.
d. Sirganus virgatus penyebarannya di: Pariaman, Padang, Bangka, Belitung, P. Seribu, Bawean, Sundakan, Ujung Pandang, Bajo.
e. Siganus corallinus penyebarannya di: Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku.
f. Siganus chrysapilos penyebarannya di: P. Seribu, Sundakan, Ujung Pandang, Manado, Slayar, Sumbawa, P. Obi, Roti, Ambon dan

sekitarnya.
g. Siganus spinus penyebarannya di: Bengkulu, Padang, Tapak Tuan, P. Serinu, Pacitan, Karang Bolong, Prigi, Ujung Pandang.

Bajo, Manado, Nusa Tenggara, Timor, Bali, Maluku dan sekitarnya.
h. Siganus vermiculatus penyebarannya di: Bengkulu, Padang, Sibolga, Nias, P. Seribu, Semarang, Balik Papan dan Sundakan,

Ujung Pandang, Bulukumba, Manado, Sangihe, Halmahera, Morotai, Ternate, Bacan, Ambon, Nusa Tenggara, Timor.
i. Siganus puellus penyebarannya di: P. Seribu, Ujung Pandang, Maluku dan sekitarnya.
j. Siganus javus penyebarannya di: Deli, Sibolga, Bengkulu, Bangka, Belitung, Jakarta, Cirebon, Semarang, Jepara, Surabaya,
Pasuruan, madura, Stagen, Balik Papan, Ujung Pandang, Bajo.
k. Siganus lineatus penyebarannya di: Ternate, Morotai, Ambon dan sekitarnya.

3. TEKNOLOGI BUDAYA
1) Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara optimal memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya

yang akan dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan. Dalam hal ini, pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di laut

harus akan mempertimbangkan dari aspek teknis dan non teknis. Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan

meliputi:
a. Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari pengaruh angin/musim dan gelombang, hal ini untuk engamankan/melindungi

salinitas budidaya.
b. Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 ~ 40 cm/detik, apabila kecepatan arus kurang mengakibatkan

penyediaan air kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar

pertumbuhan ikan akan terganggu sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untuk melawan arus.
c. Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
d. Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan besar dan buas, binatang yang selain potensial dapat

mengganggu (predator).
e. Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan seperti :
- Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.
- Suhu air berkisar antara 28 ~ 320C.
- O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
- Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.
f. Untuk mempermudah kelancaran kegiatan yang berhubungan dengan usaha budidaya yang meliputi sarana jalan, telpon, listrik,

sumberdaya manusia, pakan, pasar, ketersediaan bimbingan harus dalam jumlah yang cukup memadai serta bahan-bahan untuk

komoditi budidaya mudah diperoleh. Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor yang berkaitan

dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan dengan kepentingan sektor lain seperti pariwisata, pelayaran, dll.

2) Sarana produksi
Metoda budidaya ikan beronang di laut dapat dilakukan dengan metoda Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat

budidaya ikan yang terbuat dari bahan jaring yang digantungkan pada kerangka (rakit) di laut.
a. Desain Konstruksi Keramba Jaring Apung Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan, pelampung dan

jangkar. Cara pembuatan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:

- Rakit Apung
Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu membuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m.

Kerangka ini berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu.
Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4 (empat)

buah kurungan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau

tidak terbawa arus.

- Kurungan
Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring

antara 0,75~1". Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk kerangka rakit yaitu empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3.

Jaring apung yang telah siap dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut bagian atas pada setiap

sudut kerangka.

- Pelampung
Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga diperlukan pelampung. Pelampung dapat digunakan drum plastik volume

200 liter. Dan untuk menahan rakit diperlukan pelampung sebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE)
yang bergaris tengah 0,8 ~ 1,0 cm. Penempatan dan Pemasangan Pelampung Pada Kerangka Rakit

- Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh arus dan angin ataupun

gelombang. Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah yang terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang

tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.

b. Benih
- Persyaratan Benih
Benih yang digunakan untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi benih yang betul-betul sehat. Benih yang sakit akan terhambat pertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi adalah penularannya ke ikan di dalam wadah budidaya. Berdasarkan pengamatan visual secara umum benih yang sehat antara lain adalah :
* Bentuk badan normal/tidak cacat/tidak sakit;
* Gerakan ikan lincah;
* Mempunyai respon yang tinggi terhadap pakan yang diberikan.

- Penyediaan Benih
Sampai saat ini benih ikan beronang yang digunakan dalam usaha budidaya berasal dari hasil penangkapan di alam. Benih ikan beronang dapat diperoleh dalam jumlah besar pada saat musim puncak benih. Untuk setiap jenis beronang musim puncaknya akan berlainan setiap lokasi. Penyediaan benih ikan beronang secara massal dari hatchery sampai saat ini masih dalam pengkajian walaupun pemijahan untuk beberapa jenis sudah berhasil dilakukan.

- Penanganan dan Transportasi Benih
Benih ikan beronan sangat peka terhadap perubahan lingkungan seperti suhu dan salinitas, sehingga penanganan benih ikan beronang sangat perlu dijaga hati-hati. Pada saat pemindahan benih dari suatu wadah ke wadah lain harus selalu diambil bersama airnya. Pemindahan benih dapat dilakukan sehari setelah pengumpulan dan cukup memberikan istirahat bagi ikan dan untuk perlakuan selanjutnya disarankan untuk menggunakan seser yang tidak cekung untuk menghindarkan luka-luka di kulit akibat persentuhan benih satu sama lain.
Pengangkutan benih ikan beronang untuk jarak dekat dapat digunakan keramba dengan anyaman bambu yang halus dan diapungkan di air. Keramba diseret perlahan-lahan menuju tempat budidaya. Dan untuk jarak jauh dapat digunakan kantong-kantong plastik atau periuk-periuk tanah.
Benih ikan beronang dengan perlakuan baik dan aklimasi yang cukup dapat ditransportasi sampai maksimum 48 jam.

c. Pakan
- Persyaratan Pakan
Salah satu faktor yang sangat penting menentukan pertumbuhan ikan yang dipelihara adalah faktor ketersediaan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitas sehingga harus diperhatikan sebaik-baiknya yaitu harus memenuhi komposisi dan jumlah nutrient/zat makanan yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang diberikan sebaiknya yang masih baru (pellet) dan segar (ikan rucah).

- Penanganan Pakan
Untuk menjaga kualitas pakan yang diberikan untuk budidaya ikan beronang perlu diperhatikan penanganan terhadap pakan yang
digunakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pakan antara lain adalah tempat penyimpanan pakan harus bersih dan kering.

3) Teknologi Budidaya
a. Pola Produksi
Dalam usaha budidaya ikan laut pengaturan pola tanam perlu disesuaikan dengan ketersediaan seperti (benih, pakan) dan pengaruh dari musim serta ketersediaan pasar. Untuk itu dalam kegiatan budidaya ikan di laut setiap lokasi akan berbeda sesuai dengan kondisi setempat. Dalam pengaturan pola tanam yang berhubungan daya serap pasar alternatif pola tanam adalah setiap KK adalah melakukan penanaman pada 1 unit karamba jaring apung yang terdiri dari 4 buah jurungan dan penebaran benih dapat dilakukan selang 3 hari - 1 minggu setiap KK atau tergantung dari daya serap pasar.

b. Cara Penebaran Benih
Benih sebelum ditebarkan perlu diaklimasikan terlebih dulu, kemudian secara perlahan-lahan ditebarkan ke dalam wadah budidaya. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.

c. Cara Pemberian Pakan
Jenis pakan yang digunakan pada budidaya ikan beronang adalah pellet kering dengan jumlah sebanyak 2% dari berat badan ikan setiap hari. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Konversi pemberian pakan dengan menggunakan pellet biasanya 1 : 4 yang berarti untuk memperoleh berat ikan 1 kg dibutuhkan pellet sebanyak 4 kg.

d. Penanganan Hasil
Panen ikan beronang dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 ~ 6 bulan setelah penebaran. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
- Panen sebagian, dilakukan dengan cara memanen ikan yang telah berukuran tertentu tergantung kebutuhan pasar dengan menggunakan serok/lampit/alat angkap.
- Panen seluruhnya, dilakukan dengan cara memanen hasil budidaya sekaligus dengan cara menarik/mengangkat sebagian jaring ke arah suatu sudut sehingga akan terkumpul pada suatu tempat dan kemudian diambil dengan menggunakan serok/lambit/alat tangkap dengan berhati-hati agar ikan tidak mengalami luka/cacat. Panen sebaiknya dilakukan pada saat udara sejuk.

4) Manajemen Budidaya
Permasalahan yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di laut dengan jaring apung adalah pengotoran/penempelan oleh organisme penempel pada sarana yang digunakan seperti kerangka, rakit, kurungan apung dan pelampung. Penempelan organisme tersebut akan mengganggu pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat. Untuk menanggulangi organisme penempel ini maka perlu dilakukan pembersihan terutama kurungan secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel. Sedangkan untuk pembersihan kurungan dilakukan dengan menyikat atau dengan menggunakan mesin semprot jaring.

5) Hama dan Penyakit
a. Hama
Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang laut adalah berupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung dan lingsang. Hama dapat menyerang dan membuat kerusakan pada kurungan ikan. Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan cara
menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta memagar/melingkari kurungan. Selain itu gangguan karena pencurian oleh manusia perlu juga diwaspadai.

b. Penyakit dan Pencegahannya
Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukan diagnosa gejala penyakit. Gejala penyakit untuk ikan yang dibudidayakan dapat dilihat/diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut :
- Ada kelainan tingkah laku : salah satu atau beberapa ikan keluar dari kelompoknya dan cara berenangnya miring atau "driving" (ikan yang berada di permukaan langsung menuju dasar dengan cepat). Gejala demikian biasanya disebabkan oleh beberapa penyakit, antara lian : penyakit insang, penyakit sistem saraf otak, keracunan bahan kimia logam berat, dan kekurangan vitamin.
- Ikan tidak mau makan : perhatikan sudah berapa lama keadaan ini terjadi, penyebabnya adalah : penyakit diabetes (oxydized fatty), kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang terjadi karena persediaan pakan sedikit.
- Ada kelainan pada bentuk ikan : hal ini terjadi pada rangka ikan dan
permukaan tubuh ikan.
- Mata tidak normal : disebabkan oleh bakteri dan parasit tremotoda Giganea sp. Untuk organ tubuh bagian dalam gejala penyakit dapat terjadi pada :
Insang : Hilang beberapa bagian, disebabkan kekurangan darah dan keracunan, atau parasit yang berupa ciliata dan monogenik.
Otak : Terjadi pendarahan dan TBS, disebabkan oleh parasit Myxosporadia, Giganea sp, Streptococcus sp, dan Nocardia sp.
Jantung : Menjadi tebal dan membesar, disebabkan oleh bakteri klas Mycospradia, membran jantung membesar karena diserang
bakteri Streptococcud spp.
Hati : Membesar atau mengecil, warna hijau/kuning, disebabkan oleh perubahan kadar lemak (fatty change liver desease). Jamur yang berasal dari pakan yang terkontaminasi dapat menyebabkan hati mengalami pendarahan, keras, mudah pecah.
Lambung : Menjadi kembung, luka dan berlobang, disebabkan oleh parasit yang termasuk klas Cestoda.
Usus : Luka, pendarahan, keluar dari anus dan vibriosis, disebabkan oleh parasit dalam klas Nematoda, Trematoda, Cestoda dan Acanthocephala.
Limpa : Menjadi besar/kecil dan kekurangan darah, disebabkan oleh adanya penyakit di bagian lain.
Otot : Warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan, disebabkan oleh bakteri Nacordia sp atau serangan parasit Microsporidae.

c. Penanganan Ikan Sakit
Penanganan terhadap ikan sakit dapat dibagi atas dua langkah yaitu :
- Berdasarkan teknik budidaya :
Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain adalah :
* Menghentikan pemberian pakan pada ikan;
* Mengganti makanan dengan jenis lain;
* Mengkelompokkan ikan menjadi kelompok-kelompok yang kepadatannya/densitasnya rendah;
* Bila mungkin ikan-ikan dipanen, daripada menjadi wabah bagi ikan yang lain.
- Berdasarkan terapi kimia :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :
* Memeriksa kepekaan dari masing-masing obat yang akan digunakan;
* Memeriksa batas dosis yang aman untuk masing-masing obat agar tidak terjadi "over dosis";
* Menjaga agar obat tidak terkontaminasi oleh bakteri;
* Memperhatikan keterangan yang dikeluarkan oleh pabrik obat tersebut.

d. Cara Pemberian Obat
Cara pemberian obat yang akan digunakan dapat ditentukan sendiri dengan memperhatikan bentuk obat, jumlah ikan yang terkena penyakit, kondisi dan sarana yang dimiliki di lapangan (tempat budidaya). Ada beberapa cara pemberian obat yang dapat digunakan, yaitu :
- Ditenggelamkan dalam tempat budidaya;
- Disebarkan pada permukaan;
- Dicampurkan dalam pakan;
- Dengan cara injeksi.
Pada ikan beronang biasanya banyak kedapatan parasit jenis monogenetik trematoda pada bagian insangnya, parasit ini dapat
dilepaskan dengan mengunakan "dipterex" (organoposfat, sinonim : Dylox, Masoten, Neguvon) dengan dosis sebesar 30 ppm selama 8 - 16 m enit dan 50 ppm selama 4 - 5 menit. Percobaan ini hasilnya positif, dengan tingkat kematian ikan beronang sampai 0%.
Waktu dan dosis obat yang diberikan perlu diperhitungkan dengan hatihati agar tidak terjadi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa jumlah dosis yang digunakan. Di bawah ini diberikan beberapa dosis yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang.

e. Pencegahan penyakit
Untuk mencegah agar ikan yang dibudidayakan tidak terkena penyakit dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Menjaga kebersihan tempat budidaya;
- Menjaga lingkungan/tidak tercemar oleh limbah industri dan bahanbahan kimia pertanian;
- Memeriksa jenis pakan yang akan diberikan dan hindarkan kontaminasi jamur;
- Lakukan vaksinasi bagi ikan yang sehat.

4. DAFTAR PUSTAKA
1) Dana Kusumah, E., 1985, Beberapa Aspek Biologi Ikan Beronang (Siganus spp) Workshop Budidaya Laut 28 Oktober - 1 Nopember 1985 di Lampung. 10 pp.
2) WASPADA, E, Hiroki, 1985. Percobaan Pemberian Pakan pada Pemeliharaan Benih Ikan Beronang, Workshop Budidaya Laut 28 Oktober - 1 Nopember. 68 - 73 p.
3) Marto Sewajo, S., Burhanudin, Djamali, P. Sianipar. 1981. Ikan Beronang. Biolobi , Potensi dan Pengelolaannya. LON - LIPI. 45 p.
4) Basyori, A., E. Dana Kusumah; Philip T. T, Pramu, S, Musthahal dan M. Isra. Budidaya Ikan Beronang (Siganus spp). Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama dengan IDRC, 39 p.
5) Informasi Teknologi, BBL.

5. SUMBER
Pedoman Teknis Budidaya Ikan Beronang, Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1997.

Disadur oleh : Tarwiyah