Jumat, 30 Desember 2011

FEKUNDITAS IKAN

Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam biologi perikanan. Fekunditas ikan telah dipelajari bukan saja merupakan salah satu aspek dari natural history, tetapi sebenarnya ada hubungannya dengan studi dinamika populasi, sifat-sifat rasial, produksi dan persoalan stok-rekruitmen (Bagenal, 1978).

Dari fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Dalam hubungan ini tentu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi reprodusi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies itu di alam.

Selain itu, fekunditas merupakan suatu subyek yang dapat menyesuaikan dengan bermacam-macam kondisi terutama dengan respons terhadap makanan. Jumlah telur yang dikeluarkan merupakan satu mata rantai penghubung antara satu generasi dengan generasi berikutnya, tetapi secara umum tidak ada hubungan yang jelas antara fekunditas dengan jumlah telur yang dihasilkan.


Macam-macam fekunditas

Telah banyak usaha-usaha untuk menerangkan dan membuat definisi mengenai fekunditas. Mungkin definisi yang paling dekat dengan kebenarannya adalah seperti apa yang terdapat pada ikan Salmon (Onchorynchus sp). Ikan ini selama hidupnya hanya satu kali memijah dan kemudian mati.

Semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas. Tetapi karena spesies ikan yang ada itu bermacam-macam dengan sifatnya masing-masing, maka beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi yang umum tadi lebih mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang ditelitinya. Misalnya kesulitan yang timbul dalam menentukan fekunditas itu ialah komposisi telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi ikan termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya. Bagenal (1978) membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang akan dikeluarkan dengan fertilitas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh induk.

Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Dalam hal ini memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Konsekuensinya harus mengambil telur dari beberapa bagian ovari (kalau bukan dengan metoda numerikal). Kalau ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. Tetapi pada tahun 1969, Nikolsky selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula.

Sumber : M. Ichsan Effendie
budidaya ikan

Cupang Angkat Ekonomi Masyarakat Kota Kediri

Ikan cupang termasuk komoditas ikan hias yang sudah berkembang sejak lama. Potensi pengembangan budidaya ikan cupang cukup terbuka. Sentra-sentra budidaya ikan cupang baik sebagai ikan hias ataupun ikan aduan bermunculan. Salah satu sentra budidaya ikan cupang yang telah dikenal adalah Kota Kediri. Sebagai wilayah kota yang merupakan salah satu Pemerintah Kota yang ada di wilayah propinsi Jawa Timur, Kota Kediri terletak di wilayah selatan bagian barat Jawa Timur. Kota Kediri dijadikan wilayah pengembangan kawasan lereng Wilis, dan sekaligus sebagai pusat pengembangan regional eks Wilayah Pembantu Gubernur Wilayah III Kediri yang mempunyai pengaruh timbal balik dengan daerah sekitarnya.Secara geografis , Kota Kediri terletak di antara 111,05 derajat-112,03 derajat Bujur Timur dan 7,45 derajat-7,55 derajat Lintang Selatan dengan luas 63,404 Km2. Dari aspek topografi, Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 m diatas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-40% Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak di bagian timur sungai, meliputi Kec. Kota dan kec. Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kec. Mojoroto yang mana di bagian barat sungai ini merupakan lahan kurang subur yang sebagian masuk kawasan lereng Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang (300 m) sedang dibagian timur sungai merupakan lahan yang relatif subur dengan relief tanah yang datar. Dikaki Gunung Klotok terdapat situs sejarah berupa Goa Selomangleng, goa ini merupakan pesanggrahan Dewi Kilisuci putri Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan. selain itu terdapat relief kisah Patih Butho Locoyo, yang setia mendampingi Dewi Kilisuci dan simbol Butho Locoyo ini menjadi Lambang Kota kediri.

Wilayah Kota Kediri, secara administratif terbagi menjadi 3 wilayah kecamatan, yaitu :
1. Kecamatan Kota, dengan luas wilayah 14,900 Km2 terdiri dari 17 Kelurahan
2. Kecamatan Pesantren, dengan luas wilayah 23,903 Km2 tediri dari 15 Kelurahan
3. Kecamatan Mojoroto, dengan luas wilayah 24,601 Km2 tediri dari 14 Kelurahan

Sentra budidaya ikan cupang di Kota kediri terletak Kecamatan Pesantren tepatnya di empat kelurahan yaitu Kelurahan Ketami, Kelurahan Jamsaren, Kelurahan Pesantren dan Kelurahan Tempurejo. Total pembudidaya yang melakukan kegiatan budidaya ikan cupang sebanyak 145 orang dengan luasan lahan yang diusahan sebesar 34,8 ha.

Produksi ikan cupang dari Kota Kediri setiap tahunnya setidaknya ada sebanyak 43 juta ekor dengan wilayah pendistribusian yakni Tulungagung, Nganjuk, Kediri, Blitar, Surabaya, dan Jakarta. Kota Kediri walaupun daerahnya perkotaan, namun potensi budidaya ikanterdiri dari ikan hias dan ikan konsumsi. Kedua kegiatan budidaya sangat berkembang di sini. Selain itu, usaha perikanan lainnya juga cukup berkembang di Koata Kediri. Banyak kolam-kolam ikan maupun pengolah hasil perikanan utamanya pengolahan bekicot terdapat di Kota Kediri. Untuk usaha budidaya ikan, intensifikasi pemanfaatan lahan dan pemilihan komoditas perikanan yang dikembangkan serta konsistensi dan kesinambungan program menjadi rencana dan merupakan strategi dalam usaha mengembangkan sector perikanan budidaya di Kota Kediri.

Ikan cupang sendiri telah menjadi penopang kehidupan bagi warga Kediri. Bagi warga Kediri, ikan cupang bukan sekadar hobi atau bisnis sampingan. Budidaya ikan cupang ini telah menjadi bisnis inti keluarga, tempat mereka mencari nafkah. Rata-rata setiap rumah memiliki lebih dari dua kolam ikan, bahkan sampai 10 kolam. Kegiatan usaha dibagi dua, yakni pembenihan dan pembesaran.

Rata-rata perputaran uang dari bisnis ikan cupang mencapai Rp 20 juta per hari di kota ini. Uang itu berasal dari bisnis benih ikan, pembesaran ikan, pakan ikan, dan pengepakan. Pembudidaya ikan cupang di Kediri tidak pernah kesulitan memasarkan ikan cupang. Pesanan selalu datang dari berbagai kota, seperto Solo dan Semarang, Surabaya, Malang, serta Jakarta.

Ada empat jenis ikan cupang yang dibudidayakan di Kediri, yakni cupang plakat, cupang serit, cupang cagak atau double tile, dan cupang halfmoon. Ikan cupang yang paling banyak diminati adalah cupang halfmoon karena cantik dan jago berkelahi.

Ikan cupang laku dijual jika sudah berusia enam pekan. Saat penjualan, harga ikan menjadi Rp 800 sampai Rp 10.000 per ekor, tergantung pada jenis dan kualitasnya. Bahkan bila kualitasnya bagus harga dapat mencapai Rp 500.000 per ekor. Seorang petani pemula di kota ini, yang hanya memiliki satu kolam, bisa meraup untung bersih Rp 1 juta per minggu. Dalam sebulan, pendapatannya bisa mencapai Rp 4 juta.

Cupang yang memiliki nama ilmiah Betta sp. adalah ikan air tawar yang habitat asalnya adalah beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar.

Cara pemeliharaan ikan cupang tidaklah rumit. Tidak perlu menggunakan filter air, cukup wadah dan pemberian pakan yang teratur. Yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ikan cupang adalah kebersihan air dan pemberian pakan yang teratur. Pembudidaya kota Kediri telah membuktikan bahwa budidaya ikan cupang tidak rumit dan mampu menjadi salah satu penghasilan yang menopang perekonomian.

Berikut ini secara singkat cara membudidaya/memelihara ikan cupang, yaitu :
Ikan cupang sebetulnya bisa dipelihara di manapun, namun sebaiknya untuk budidaya, menggunakan bak semen minimal 1 x 2 meter atau akuarium ukuran 100 x 40 x 50 cm. Sebagai wadah perkawinan ikan cupang, kita bisa menggunakan media yang lebih kecil seperti baskom, akuarium kecil dan ember.

Pemijahan
1. Bak pemijahan atau akuarium dibersihkan dulu untuk menghindari jamur
2. Masukkan air setinggi 15 – 18 cm pada akuarium dan 25 cm apabila menggunakan bak semen
3. Masukkan tanaman air (enceng gondok)
4. Induk yang telah dipilih dimasukkan ke dalam tempat pemijahan tersebut dengan perbandingan 1 : 1
5. Induk jantan akan membuat sarang busa diantara daun-daun enceng gondok
6. Induk betina akan mengeluarkan telurnya setelah induk jantan membuat sarang dan diikuti induk jantan mengeluarkan sperma
7. Telur-telur akan menempel dan melekat pada busa yang berwarna putih
8. Telur yang dibuahi oleh sperma jantan akan menetas dalam waktu kurang dari 24 jam, pada suhu 240C
9. Benih yang telah menetas akan berdiam diri di tempat semula dan setelah 3 hari benih tersebut akan bergerak mencari makan
10. Pindahkan induk jantan dan betina pada saat telur menetas

Pembesaran Anak
1.Siapkan akuarium atau bak semen yang terlebih dahulu telah dibersihkan, isi air dan endapkan selama sehari semalam
2. Masukkan tanaman eceng gondok yang agak rimbun sebagai peneduh dan tempat berlindungnya ikan
3. Pindahkan benih yang telah berumur 1 minggu ke dalam akuarium atau bak semen yang lebih besar
4. Pemindahan dilakukan pada pagi hari di saat suhu masih rendah, dengan cara mengikutsertakan sebagian air dari wadah sebelumnya
5. Berikan makanan berupa infusoria atau air hijau yang dapat diperoleh dari air permukaan kolam
6. Makanan lanjutan berupa rotifera dan disusul dengan kutu air dan cacing sutera
7. Penggantian air dilakukan seminggu sekali dengan membuang 1/3 bagian air lama. Penggantian air dilakukan dengan menyiphon air lama memakai selang air dan menggantinya dengan air yang telah diendapkan sehari semalam
8. Pemindahan kedua dilakukan setelah benih berumur sebulan.


sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Minggu, 18 Desember 2011

ANALISIS PAKAN UDANG analisis kimia karbohidrat

ANALISIS PAKAN

Ada beberapa aspek yang dapat digunakan untuk analisis pakan udang, yaitu : secara Kimia, Fisika dan Biologi.

A. ANALISIS KIMIA
1. Analisis Karbohidrat
Analisis karbohidrat dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu berdasarkan sifat-sifat sakarida dan reaksi kimia yang spesifik.

a. Analisis Kualitatif
Karbohidrat biladireaksikan denganlarutan naftol dalam alkohol, kemudian ditambahkan H2SO4 pekat secara hati-hati, pada batas cairannya akan terbentuk furfural berwama ungu. Reaksi ini dikenal dengan reaksi Molisch yang merupakan reaksi umum dari karbohidrat.
Beberapa cara yang lain untuk analisis karbohidrat adalah dengan berbagai macam pengujian, seperti :

- Uji Antron
0,2 ml larutan contoh di dalam tabung reaksi ditambahkan larutan antron (0,2 % dalam H2SO4 pekat). Timbulnya wama hijau atau hijau kebiru-biruan menandakan adanya karbohidrat dalam larutan contoh. Uji ini sangat sensitif sehingga dapat memberikan hasil positifjika dilakukan pada kertas saring yang mengandung selulosa. Uji ini dikembangkan untuk uji kuantitatif secara colorimetric bagi glkogen, inulin dan gula dalam darah.

- Uji Bartoed
Pereaksinya terdiri dari Cupri asetat dan asam asetat. Ke dalam 5 ml pereaksi dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml contoh kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 1 menit Endapan berwarna merah oranye menunjukkan adanya monosakharida dalam contoh.

- Benedict
Pereaksinya terdiri atas Cuprisulfat, natrium sitrat dan natrium karbonat. Ke dalam 5 ml pereaksi dalam tabung reaksi ditambahkan 8 tetes larutan contoh, kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 5 menit. Timbulnya endapan wama hijau kuning atau merah oranye menunjukkan adanya gula pereduksi dalam contoh.


- Uji Orsinol Bial – HCl
Ke dalam 5 ml pereaksi ditambahkan 2 - 3 ml larutan contoh kemudian dipanaskan sampai timbul gelembung-gelembung gas ke permukaan larutan. Timbulnya endapan dan larutan berwarna hijau menandakan adanya pentosa dalam contoh.

- Uji Hayati
Pereaksinya terdiri dari garam Rochelle atau kalium natrium tartrat, gliserol dan cuprisulfat. Uji dan tanda-tanda dilakukan sama seperti uji benedict.

- Uji lodium
Larutan contoh diasamkan dengan HCl. Sementara itu dibuat larutan lodium dalam larutan KI. Larutan contoh sebanyak 1 tetes ditambahkan ke dalam larutan lodium. Timbulnya wama biru menunjukkan adanya pati dalam contoh. sedangkan wama merah menunjukkan adanya glikogen atau eritrodekstrin.

- Uji Seliwanoff
Pereaksi dibuat sebelum uji dimulai, dengan mencarnryrkan 3,5 ml resorsinol 0,5 % dengan 12 ml HCl pekat, kemudian diericerkan. Menjadi 35 ml dengan air suling uji, dilakukan dengan menambahkan 1 ml larutan contoh ke dalam 5 ml pereaksi. Kemudian ditempatkan dalam air mendidih selama 10 menit. Wama merah cherry menunjukkan adanya fruktosa dalam contoh.

- Uji Tauber
Sebanyak dua tetes larutan contoh, ditambahkan ke dalam 1 ml larutan benzidina, didihkan dan dinginkan cepat-cepat. Timbulnya warna ungu menunjukkan adanya pentosa dalam contoh.

b. Analisis Kuantitatif
Analisis ini menggunakan polarimeter, yaitu dengan memasukkan larutan gula ke dalam tabung polariskop yang tertentu panjangnya, kemudian dilihat sudut putarannya. Hal ini dilakukan karena karbohidrat mempunyai sifat dapat memutarbidang cahaya terpolarisasi ke kanan (+) dan ke kin (-) dan setiap gula mempunyaisudut putaran khas yang berbeda-beda. Misalnya sukrosa + 66,6 % dan glukosa + 90 %. Sifat inilah yang digunakan untuk analisis kuantitatif.


sumber:
Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

ANALISIS PAKAN. Analisis Protein

Analisis Protein
a. Analisis Kuantitatif
- Cara Kjeldahl
Cara ini digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan pakan secara tidak langsung, yaitu mengalikan hasil analisis dengan angka konversi 6,25 akan diperoleh nilai protein dalam bahan pakan. Angka 6,25 berasal dari konversi serum albumin yang biasanya mengandung 16 % nitrogen. Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didektrusi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksikhlorida atau butiran Zn. Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl umumnya dapat dibedakan atas dua cara yaitu cara makro dan semi makro. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1 - 3 gr, sedangkan semi makro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen dalam bentuk ikatan N - N dan N - O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar.

- Cara Dumas
Prinsip cara ini ialah bahan pakan contoh dibakar dalam atmosfir CO2, dan dalam lingkungan yang mengandung cupri oksida. Semua atom karbon dan hidrogen akan diubah menjadi CO2 dan uap air, semua gas dialirkan ke dalam larutan NaOH dan dilakukan pengeringan gas. Semua gas terabsorpsi kecuali gas nitrogen, gas ini kemudian dianalisis dan diukur.

b. Analisis Kualitatif
Analisis ini dapat dilakukan secara biologis maupun kimia.

- Cara biologis :
Dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan. Beberapa pengujian yang biasa dikerjakan dengan menggunakan cara ini yaitu :
- PER (Protein Efficiency Ratio)
- NPU (Net Protein Utilization)
- N Dp Cal (Net Dietary Protein Calories)

Nilai Biologis :
Nilai biologis merupakan harga atau jumlah fraksi nitrogen yang masuk ke dalam tubuh dan dimanfaatkan dalam proses pertumbuhan.

Daya Cerna :
Daya cerna adalah jumlah fraksi nitrogen dari bahan pakan yang dapat diserap untuk pertumbuhan.
Keseimbangan Nitrogen :
Adalah suatu analisis yang sering dilakukan untuk mengetahui keseimbangan nitrogen yang masuk dan nitrogen yang keluar dari tubuh.

Skor Asam Amino (Amino Acid Score) :
Mutu protein dapat diukur dengan menentukan jumlah asam amino pembatas dan membandingkannya dengan asam amino sejenis. Beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu :
- Cara kromatografi kolom
- Cara HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
- Cara Mikrobiologis
- Cara Spektrofotometrik
- Cara Kromatografi pertukaran ion
- Cara Kromatografi gas-cairan
- Cara Kromatografi lapisan tipis (TLC)


sumber:
Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

PEMANFAATAN TAMBAK MARGINAL MENJADI LAHAN GARAM

Sejauh mata memandang, di beberapa bagian pesisir pantai Kabupaten Banyuwangi tergeletak begitu saja hamparan tambak sebagai petakan-petakan dengan tanggul yang rusak disana-sini dan dasar yang kering pecah-pecah. Sunyi, tak ada aktivitas, meski beberapa petakan terisi air. Yang ada hanya pantulan terik matahari yang memedihkan mata. Tak sedikit pun menyisakan tanda kebesaran bahwa dari lahan itu, asal kejayaan Indonesia sebagai penghasil utama udang windu dunia di era 80-an. Tambak – tambak udang tersebut mulai “tidur” setelah serangan beberapa penyakit yang menyerang udang windu beberapa Windu yang lalu.

Banyuwangi merupakan Kabupaten dengan wilayah terluas di Jawa Timur dengan luas wilayah 5.782,50 km2 dan berbatasan dengan Kabupaten Jember, Bondowoso, Situbondo dan Propinsi Bali. Kabupaten yang masuk dalam kawasan Industri perikanan ini memiliki panjang pesisir pantai 175,8 km dengan potensi tambak udang 1361 Hektar . Banyuwangi merupakan salah satu sentra tambak udang nasional. Namun dalam beberapa dekade ini setelah beberapa tahun udang windu mati suri, maka tergantikan oleh udang vannamei yang konon ceritanya lebih resistant terhadap berbagai penyakit daripada udang windu. Dengan demikian udang vannamei di harapkan dapat menggantikan posisi udang windu. Kejayaan udang vannamei mulai meroket pada tahun 2000an. Namun popularitas udang vannamei juga mulai mengalami penurunan. Berbagai macam hal juga mulai membuat para petambak udang vannamei di Banyuwangi mulai gulung tikar, mulai dari harga jual udang yang tidak menentu sampai penyakit yang mulai menyerang udang vannamei sehingga menyebabkan beberapa tambak di Kabupaten Banyuwangi mulai mangkrak. Pada awal tahun 2011, berdasarkan data yang ada pada Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi dari jumlah total luas tambak yang mencapai 1361 Hektar, hampir 50 persennya terserang penyaki seperti White Spot, Mio dan Taura Syndrome Virus. Penyakit tersebut hampir merata menyerang tambak dibeberapa kecamatan yang ada di Banyuwangi, dan yang paling besar menyerang tambak tradisioanal.

Di kawasan Banyuwangi bagian utara, mulai dari Desa Bajulmati hingga Wongsorejo, mulai 2 tahun terakhir ini hampir 60% tambak yang ada tidak berproduksi. Sedangkan bagian pesisir timur mulai dari daerah Bulusan sampai Muncar Banyuwangi sekitar 30% tambak udang baik yang tradisional maupun intensif tidak berproduksi karena alasan penyakit, cuaca dan sebagainya. Tambak-tambak tersebut dibiarkan tergeletak begitu saja oleh pemiliknya. Miris memang, lahan yang awalnya dapat menghasilkan rupiah sampai ratusan juta per petaknya tersebut saat ini terlihat seperti hamparan dengan ladang rumput yang mengering. Sebenarnya apabila lahan – lahan tambak marginal tersebut di manfaatkan untuk produksi kelautan dan perikanan lainnya dengan biaya yang lebih minim akan memberikan hasil yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.

Beberapa alternative pemanfaatan lahan tambak marginal dengan biaya dan resiko yang minim tersebut yaitu digunakan sebagai lahan untuk budidaya ikan bandeng dan sebagai lahan untuk produksi garam. Salah satu alternative yang paling potensial untuk di realisasikan yaitu dengan menjadikan tambak-tambak marginal tersebut dijadikan lahan garam. Hasil daripada produksi garam ini memang tidak sepopuler budidaya udang. Namun resiko memproduksi garam di tambak marginal ini lebih minim daripada usaha budidaya udang. Selain itu siklus produksi pembuatan garam hanya membutuhkan waktu selama 20 – 30 hari. Salah satu alasan mengapa tambak yang mangkrak tersebut dapat dijadikan lahan tambak garam karena produksi garam nasional tahun ini belum dapat memenuhi kebutuhan garam untuk konsumsi sebanyak 1,8 juta ton, sedangkan untuk kebutuhan garam industry sebanyak 2 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tahun ini sebagian kebutuhan garam nasional dipenuhi dengan cara impor dari Australia dan India yang tentunya membutuhkan biaya produksi lebih mahal daripada produski dalam negeri. Dengan demikian harga garam di tangan konsumen akan lebih mahal.

Daerah Banyuwangi bagian utara mulai dari Desa Bajulmati hingga Wongsorejo dengan kondisi curah hujan yang cukup rendah dan waktu panas setiap tahunnya berkisar antara 6 – 8 bulan cukup menjanjikan untuk dijadikan lahan garam bagi tambak – tambak yang marginal tersebut. Kondisi cuaca di daerah tersebut juga berkisar antara 30 – 34o C cukup potensial untuk memproduksi garam yang memang membutuhkan kondisi cuaca yang cukup panas. Tambak – tambak marginal yang rata-rata menggunakan semen beton tersebut hanya memerlukan peralatan berupa pompa untuk memasukkan air laut ke dalam petakan, jumlah air yang dimasukkan juga sangat sedikit dibandingkan pada saat produksi udang. Dengan lantai dasar berupa beton ini dapat menghasilkan garam yang sangat bersih yang merupakan acuan sebagai garam kualitas KW1. Dalam kondisi normal setiap 1 hektar lahan tambak garam dapat menghasilkan minimal 35 – 60 ton garam. Bisa dibayangkan apabila di Kabupaten Banyuwangi dan sekitarnya terdapat lebih dari 500 hektar tambak udang yang mangkrak dapat digunakan untuk lahan tambak garam tentunya akan menambah kesejahteraan bagi pemiliknya dan dapat memenuhi kebutuhan garam nasional.

Memang garam ini belum ada barang substitusinya (pengganti) dan hanya dapat diproduksi dengan menggunakan air laut. Dengan demikian berbagai alternative untuk meningkatkan produksi garam nasional diantaranya yaitu teknologi intensifikasi produksi, penambahan modal bagi masyarakat pegaraman, perluasan lahan produksi baik dengan cara membuka lahan baru maupun memanfaatkan tambak udang yang mangkrak (marginal). Salah satu upaya dan langkah konkret yang perlu dilakukan dalam memanfaatkan tambak udang yang mangkrak yaitu dengan cara sosialiasi oleh instansi terkait seperti Balai Diklat Kelautan dan Perikanan setempat, Dinas kelautan dan Perikanan, penyuluh perikanan, Pemerintah Daerah serta pihak – pihak yang terkait lainnya. Langkah selanjutnya adalah penguatan kelembagaan dan penguatan modal bagi para stake holder dan pelaku pegaraman. Selain itu langkah yang tidak kalah penting yaitu jaminan harga dan stabilitas pasar bagi hasil garam yang akan di produksi.

Indonesia yang merupakan Negara dengan wilayah laut terluas di dunia ini tentunya sangat optimis untuk dapat swasembada garam dengan dukungan berbagai elemen.


sumber:
Dian Tugu Warsito T, S.St.Pi
Tim Publikasi BPPP Banyuwangi

Rabu, 16 November 2011

MANFAAT LOBSTER BAGI KESEHATAN

1. Protein
Lobster adalah sumber protein yang sangat baik. Protein penting bagi tubuh kita untuk energi dan pemantapan produksi gula darah. Hal ini juga membantu menurunkan berat badan. Kandungan protein lobster lebih tinggi dari ayam dan sapi, sedangkan kalori nya lebih rendah daripada daging ayam dan sapi.

2. Asam lemak omega-3
Daging lobster mengandung asam lemak omeg-3 dalam jumlah tinggi. Asam lemak omega-3 penting untuk mencegah penyakit jantung dan menjaga kesehatan jantung. Telah terbukti bahwa orang-orang yang beresiko tinggi terhadap gangguan jantung,mendapat manfaat dari lobster karena kandungan omega-3 di dalamnya.

3. Membantu menurunkan berat badan
Lobster adalah makanan pilihan yang sangat baik bagi orang yang ingin mengubah gaya hidup, dan membuatnya menjadi lebih sehat dan lebih baik. Lobster sangat rendah lemak, rendah kalori dan rendah kolesterol, tetapi masih memberikan nutrisi yang diperlukan.

4. Daging lobster mengandung, vitamin ,seng, kalium, vitamin B12 dan selenium. Semua itu sangat penting bagi kesehatan. Kandungan seng di dalam lobster dapat meningkatkan vitalitas, libido menjadi lebih kuat dan tahan lama serta meningkatkan stamina.

5. Mengkonsumsi daging lobster sama halnya dengan mengkonsumi multi vitamin tablet atau suplemen kesehatan.


Sumber : Warta PasarIkan

SEHATKAH MENGKONSUMSI LOBSTER?

Ada beberapa kriteria untuk menentukannya.

1. TINGKAT KANDUNGAN MERKURI
Beberapa ikan seperti ikan pedang, ikan hiu, dan king mackerel ditengarai mengandung merkuri tingkat tinggi. Bila dimakan, maka kandungan merkuri tersebut dikhawatirkan berbahaya bagi tubuh. Tetapi kenyataannya adalah lobster tidak memiliki kandungan merkuri yang tinggi. Lobster mengandung sejumlah merkuri dalam jumlah yang secara alami terdapat dalam semua ikan.

2. PARASIT DAN VIRUS
Dokter dan juga beberapa orang berpikir bahwa lobster mengandung parasit dan virus. Tapi mereka tidak melihat satu hal,bahwa semua makhluk hidup juga mengandung parasit dan virus. Kuncinya adalah memasak daging dengan baik sebelum makan. Hal ini dapat menghilangkan semua bateri dan kuman.

3. PEMAKAN MAKANAN BUSUK
Argumen kuat yang menimbulkan pertanyaan adalah lobster pemakan makanan yang busuk dan ini menimbulkan anggapan bahwa lobster tidak sehat untuk tubuh. Tapi hal tersebut sama sekali tidak benar. Bahkan, sama halnya seperti manusia yang tidak mau makan daging busuk dan basi dan akan lebih memilih daging segar. Begitu juga dengan lobster. Lobter makan ikan hidup, kerang, tiram dan kepiting.


Sumber : Warta PasarIkan

Jumat, 04 November 2011

Benarkah tinta Cumi - cumi bisa menjadi obat kanker

Baru-baru ini para peneliti me-nemukan bahwa tinta cumi-cumi benar-benar dapat melawan kanker sebagaimana dirilis di ogahrugi.com. Cumi-cumi merupakan salah satu seafood yang sangat populer di kalangan pecinta makanan laut. Teksturnya kenyal dan lembut cocok untuk berbagai jenis masakan, seperti tepung goreng, bumbu saus padang, saus mentega, goreng hingga kering polos.
Indonesia sendiri adalah negara maritim yang sangat akrab dengan cumi-cumi yang cukup berlimpah. Ada peluang terbuka untuk ekspor makanan laut yang satu ini. Semua bagian dari tubuh cumi-cumi relatif dapat dimakan. Mungkin bagi sebagian orang, bagian kaki (part growled) perlu dibuang, meskipun banyak juga yang tidak menolak. Satu-satunya bagian dari tubuh cumi-cumi yang bi-asa dibuang adalah tintanya, karena tidak menambah daya tarik penampilan bahkan rasa jika ikut dimasak. Tapi, tak ada yang mengira sebelumnya bahwa tinta cumi yang hitam itu ternyata membawa khasiat luar biasa, setidaknya pada hewan percobaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hiroki University di Jepang, tinta cumi dapat mengaktifkan sel darah putih untuk melawan tumor. Penelitian dilakukan terhadap 15 ekor tikus yang dikembangkan dalam tubuhnya penyakit tumor ganas. Tikus-tikus tersebut diberi suntikan tiga dosis cairan tinta cumi atau sekitar 200 mg tinta cumi. Ternyata hanya tiga tikus yang mati, sisanya tetap hidup. Sebagai perbandingan, 15 tikus lainnya yang juga menderita penyakit yang sama tidak diberikan suntikan tinta cumi dan semua mati dalam waktu tiga minggu.
Temuan itu merupakan hasil coba coba Jin’ichi Sasaki dan sejawatnya dari Universitas Hirosaki di Jepang bagian utara. Mereka memurnikan sebagian tinta cumi itu menjadi suatu campuran yang terutama terdiri atas glusida (gabungan gula, protein dan lipid). “Sebenarnya tak ada alasan khusus mengapa kami memakai tinta cumi pada mencit-mencit yang ditumbuhi kanker”, kata Sasaki. ’Di daerah ini, nelayan banyak menangkap cumi dan tintanya dibuang begitu saja. Jadi kami ingin menemukan zat berguna dalam tinta itu agar dapat mendaur ulangnya.
Kini kegiatan para ilmuwan itu adalah mencari zat aktif dalam tinta itu dan mengisolasinya. Diduga zat itu bekerja dengan mengaktifkan komponen sel darah putih yang disebut makrofag alias sel pemangsa raksasa, sehingga meningkatkan daya tahan tubuh di sekitar sel tumor khusunya. Siapa tahu zat yang dapat menyelamatkan jiwa 60% mencit-mencit kanker itu dapat berguna guna untuk melawan kanker pada manusia. Penelitian ini diakui harus dilanjutkan sehingga hasilnya dapat lebih valid. Selain itu, mungkin ada manfaat lain selain sebagai obat melawan tumor. Namun yang pasti, bahan yang biasa dibuang dan tidak dikonsumsi oleh manusia ternyata memiliki manfaat bagi dunia kedokteran.
Kandungan Gizi
Selain lezat, ditinjau dari nilai gizi, cumi-cumi memiliki kandungan gizi yang luar biasa. Ada protein, mineral, dan macam-macam vitamin. Kandungan protein cumi-cumi cukup tinggi, yaitu 17,9 g/100 g cumi segar. Daging cumi-cumi memiliki kelebihan dibanding dengan hasil laut lain, yaitu tidak ada tulang belakang, mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang khas, serta mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Asam amino esensial yang dominan adalah leusin, lisin, dan fenilalanin. Sementara kadar asam amino nonesensial yang dominan adalah asam glutamat dan asam aspartat. Kedua asam amino tersebut berkontribusi besar terhadap timbulnya rasa sedap dan gurih. Itu sebabnya, secara alami cumi telah memiliki cita-rasa gurih, sehingga dalam pen-golahannya tak perlu ditambahkan penyedap (seperti monosodium glutamat = MSG).
Cumi-cumi juga mengandung beberapa jenis mineral mikro dan makro dalam jumlah yang sangat tinggi. Kadar mineral yang terkandung pada cumi-cumi sangat bervariasi walaupun dalam satu spesies yang sama. Variasi ini tergantung pada keadaan lingkungan tempat hidup, ukuran, dan umur. Mineral penting pada cumi-cumi adalah natrium, kalium, fosfor, kalsium, magnesium, dan selenium. Fosfor dan kalsium berguna untuk pertumbuhan kerangka tulang, sehingga penting untuk pertumbuhan anak-anak dan mencegah osteoporosis di masa tua. Selain kaya akan protein, cumi-cumi juga merupakan sumber vitamin yang baik, seperti vitamin B1 (tiamin), B2 (ribofavin), B12, niasin, asam folat, serta vitamin larut lemak (A, D, E, K).
Cumi–cumi juga mengandung TMAO (Trimetil Amin Oksida) yang cukup tinggi. TMAO yang tinggi ini memberikan rasa yang khas terhadap daging cumi-cumi. Daging cumi-cumi juga banyak mengandung monoamino nitrogen yang menyebabkan cumi-cumi mempunyai rasa manis. Kandungan sulfur yang cukup tinggi pada cumi–cumi juga menyebabkan cumi-cumi berbau amis ketika men-galami perlakuan pemasakan seperti direbus. Jadi bila anda menyukainya, tinta hitam itu tidak perlu dibuang dari cumi, tetapi dapat dimakan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang zat tinta yang pekat itu. Beberapa orang justru menganggap zat tinta tersebut penting untuk peningkat cita rasa. her

Sumber: reviewhealthonline.blogspot.com

Selasa, 11 Oktober 2011

Cara Pembuatan Kolam Air Tenang (KAT)

Tempat Pemeliharaan ikan dapat dilakukan di kolam, sawah, karamba, jaring apung, kolam/bak terpal, akuarium dll. Dalam hal pemeliharaan ikan di kolam dapat di bagi menjadi tiga yaitu pemeliharaan ikan di kolam air tenang, Kolam air deras dan kolam terpal.
Kolam Air Tenang
Ikan yang dipelihara di kolam air tenang dan biasa hidup adalah jenis ikan gurame, nila, sidat, lele, gabus.
Kolam Air tenang ini mempunyai berapa bagian diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pematang
Pematang dibuat dengan bentuk trapesium, pematang agar tidak mudah roboh atau longsor dibuat lebar pada bagian bawahnya. Kemiringan pematang sebaiknya tidak lebih dari 45 derajat. Dalam membuat kolam pembesaran ikan kedalaman kolam yaitu sekitar 100 – 150 cm, ketinggian air kolam bisa diatur dari ketinggian 50 – 120 cm, ketinggian ini tergantung dari ukuran bibit dan padat penebaran ikan yang ditanam. Bila ikan yang dipeliharaan mulai besar maka ketinggian air kolam ini bisa ditambah menjadi 120 cm.
2. Dasar kolam
Agar kolam bisa kering dan untuk mempermudah dalam pemanenan ikan maka dasar kolam ini harus dibuat miring.Derajat Kemiringan dasar kolam ini cukup 1%, artinya tiap 100cm dasar kolam miring 1 cm. Kemiringan dasar kolam ini diarahkan kepada kowean dan caren
3. Kowean dan caren
kowean pada kolam dibuat ditengah kolam atau bisa juga dibuat dipinggir kolam budidaya ikan. Ukuran kowean 1 x 1 x 0,4 m diberi tangul keliling sehingga akan terbentuk bak di dalam kolam. Dibuatnya kowean ini berfungsi untuk menebar bibit atau menampung ikan pada saat kolam disurutkan. Caren dibuat dengan lebar 50 – 70 cm, dalamnya 25 – 30 cm. Caren berfungsi untuk menggiring ikan masuk ke kowean saat ikan di panen.
4. Saluran pemasukan dan pembuangan air
Untuk saluran pemasukan air kolam (in-let) dibuat didekat saluran utama (main-inlet), saluran masuk dan saluran air keluar (out-let) harus dibuat terpisah.

Minggu, 25 September 2011

Menuju Kawasan Konservasi lestari

Program pelestarian Kawasan Konservasi Perairan (KKP) sebenarnya sudah lama menjadi perhatian pemerintah. Bekerjasama dengan beberapa lembaga seperti NOAA, CTI (Coral Triangle Initiative), KKJI (Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan), pemerintah melaksanakan program-program pelatihan baik bagi masyarakat maupun petugas2 dengan harapan dengan semakin bertambahnya ilmu maka akan semakin besar pula harapan untuk dapat melestarikan wilayah-wilayah konservasi.

Dalam rangka mendukung program ini, BPPP Aertembaga melaksanakan pelatihan MPA (Marine Protected Area) bagi para nelayan yang berlokasi di kawasan konservasi, pelatihan yang berlangsung selama 6 (enam) hari kalender terhitung dari tanggal 8 s.d 13 Agustus 2011 ini di hadiri oleh Bpk. Drs. Riyanto Basuki., M.Si selaku wakil dari KKJI (Ditjen KP3K), Kepala BPPP Aertembaga, Bpk. Pola S.T. Panjaitan., A.Pi., MM yang sekaligus membuka pelatihan ini, serta para fasilitator dari IPB, Bpk. DR. Ir. M. Fedi. A.Sondita., M.Sc, dari Unsrat, Bpk. Ir. Hermanto W.K. Manengkey., M.Si, serta dari APB ,Bpk. Daniel Heintje Ndahwali., S.Pi., M.Si.dan dari Balai Diklat Perikanan Aertembaga.

Dalam sambutannya Bpk. Drs. Riyanto Basuki., M.Si mengatakan bahwa Area Kawasan Konservasi Perairan yang kita miliki merupakan area berkembangbiaknya ikan-ikan. Jadi jika kita memanfaatkan daerah tersebut,kita harus menata daerah tersebut agar tetap lestari dan ikan –ikan bias berkembangbiak dengan baik. Dalam konservasi pengelolaan yang baik adalah menjadi fungsi utama, dimana kita mengetahui bersama bahwa dulunya kita pernah mengalami mencari ikan dengan mengunakan racun atau bom. Hal itu sangatlah fatal akibatnya untuk kelanjutan kehidupan laut, berangkat dari
Hal itu, maka muncullah opini kenapa Konservasi itu perlu. Di akhir sambutannya Beliau menambahkan bahwa Konservasi memiliki konsepsi atau pemikiran bagaimana kita bias mengembangkan daerah atau kawasan kita dengan baik.Jadi marilah kita jaga kawasan konservasi kita. Ditambahkan pula oleh Kepala Balai Diklat Perikanan Aertembaga bahwa harapan kedepan dari pemerintah dengan adanya pelatihan MPA Tingkat Dasar semacam ini bias bermanfaaat dalam mendukung usaha peserta dalam rangka mendukung program pemerintah dengan memberikan kontribusi nyata dari hasil usahanya.

Beliau juga mengatakan bahwa pemerintah selalu mencanangkan program bagaimana membuat masyarakat menjadi sejahtera. Hal ini juga tertuang dalam misi Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu mensejahterakan masyarakat perikanan, yang menunjang visi untuk menjadikan Indonesia sebagai penghasil perikanan terbesar tahun 2015, dimana didalamnya melibatkan masyarakat. Oleh karena itu di perlukan persiapan SDM yang terampil karena program dan anggaran saja tidak akan berjalan baik tanpa di dukung SDM yang berkualitas. Pelatihan ini sekaligus merupakan kesempatan yg diberikan kepada peserta untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.

Di akhir sambutannya kepala Balai Diklat Perikanan Aertembaga menyampaikan harapannya agar kesempatan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya guna mendukung misi Kementerian Kelautan dan Perikanan sehingga apa yang diberikan benar- benar bias terealisasi dengan memberikan kontribusi secara nyata kepada pemerintah dan masyarakat.
Partisipasi peserta sangat besar selama pelatihan berlangsung, dari setiap sesi pembelajaran selalu mendapatkan respon yang cukup baik dari peserta, bahkan salah seorang peserta Bapak. Benyamin dari Kab. Bolaangan Mongondow Utara sempat mengatakan bahwa beliau sangat senang dan bangga sekali dapat ikut pelatihan semacam ini karena melalui pelatihan ini banyak hal-hal baru yang membuka mata mereka, dimana selama ini mereka benar-benar buta akan masalah konservasi.

Sistem atau metode pembelajaran tidak hanya didalam kelas, namun juga terjadi diluar kelas dengan adanya kegiatan Field Trip ke Bunaken. Kegiatan kunjungan lapangan ini dimaksudkan untuk menambah wawasan serta untuk membandingkan dan mempraktekkan secara langsung ilmu-ilmu atau pengetahuan yang didapat selama proses pembelajaran.

Pelatihan ditutup pada hari Sabtu tanggal 13 Agustus 2011 oleh yang mewakili Kepala Balai Diklat Perikanan Aertembaga Kasi Program, Dra.Elsye S.Roring, yang dalam sambutannya Beliau mengucapkan rasa syukurnya karena pelatihan selama 6 (enam) hari ini dapat berjalan lancar, dan berharap walaupun pelatihan ini sudah selesai, peserta tetap terus berusaha dan mempraktekkan apa yang sudah didapat, karena materi-materi yang sudah diberikan oleh para fasilitator sangatlah bermanfaat bagi peserta. Diakhir sambutannya beliau mengharapkan agar pelatihan ini juga dapat membentuk sikap dari para peserta untuk lebih peduli terhadap kelestarian Kawasan Konservasi Perairan. Jadi setelah ilmu dan keterampilan didapat, diharapkan pula adanya perubahan sikap dari para peserta untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya.

sumber: Humas BPPP Aertembaga

Pengolahan Pindang Bangkitkan Usaha Kecil

Pemerintah akan terus mendorong pengembangan industri pengolahan ikan pindang. Komoditas perikanan ini terbukti berhasil menggerakkan usaha kecil di seluruh Indonesia. Ikan pindang khas produk dalam negeri. Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Victor PH Nikiju-luw menyajikan, produk ikan pindang perlu mendapatkan apresiasi yang lebih besar.

Pemindangan ikan adalah teknik pengolahan dan pengawetan ikan dengan cara direbus dan diberi sedikit garam. Victor menjelaskan, ikan asap dan ikan asin banyak juga dimiliki negara lain. Di Eropa, misalnya, ada yang namanya smoke salmon. Sama halnya garam tidak hanya ditemukan di Indonesia, tetapi di Timur Tengah. "Hanya pindang yang tidak ada di negara lain, murni milik Indonesia. Terlebih hampir seluruh industri pengolahan pindang adalah usaha kecil menengah," ungkap Victor disela Pameran Produk Bahari 2011dan Pengukuhan Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Pindang Dean Indonesia (Appikando) di Surabaya, Rabu (21/9). Saat ini, sambung dia. dari total produksi ikan secara nasional yang mencapai 11 juta ton per tahun, 15% dikelola menjadi ikan pindang. Dari jumlah itu, yang dikelola menjadi pindang mencapai 15% hingga 20%-nya, atau sekitar 2 juta ton per tahun, baik dari ikan tongkol, bandeng, ataupun cakalang. Adapun produksinya sejauh ini mencapai sekitar 18.000 ton per bulan.

Dengan asumsi jumlah pemindang di seluruh Indonesia mencapai 60.000 orang. Selain itu, jumlah pelaku usaha pemindangan secara nasional juga terus bertambah hingga mencapai sekitar 60.000 unit dari 100.000 unit usaha kecil pengolahan ikan. Sedangkan sisanya adalah pembuatan kerupuk, bakso ikan, abon ikan, dan lain sebagainya. "Pindang ini mempunyai kekuatan di UKM. Sehingga peningkatan taraf kerja industri pengolahan ikan pindang sama hal-nya mendorong UKM untuk bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi agar bisa menembus pasar ekspor," tandasnya. Ke depan, Victor berharap pengolahan pindang perlu ditingkatkan. Karena selama ini proses produksinya dengan cara tradisional yang kurang efektif.

Padahal jika dikembangkan menjadi lebih baik, hal itu sangat terbuka lebar. Mengingat pasarnya juga sangat luas sementara potensi juga sangat besar. "Kami berharap pemindangan akan semakin besar dengan adanya peningkatan teknologi tepat guna. Sebab, selama ini proses pemindangan dilakukan dengan cara tradisional," tekannya. Saat ini. kata Victor, sedang dikembangkan proses pemindangan yang lebih baik dan lebih higienis. Yaitu dengan mengasapkan ikan yang sudah direbus tersebut. Hasilnya, pindang akan lebih lama bertahan dan akan menjadi lebih bagus. "Dengan peningkatan kualitas, saya yakin kinerjanya akan menjadi semakin membaik," pungkasnya, (ros)

Sumber: InvestorDailyIndonesia

Macrobranchium White Tail Disease (Penyakit Ekor Putih Pada Udang Galah)

Penyebab : Macrobrachium rosenbergii nodavirus (MrNV) dan extra small virus (XSV)

Bio – Ekologi Patogen :
• Inang penyakit sangat species spesifik yaitu udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
• Keganasan: tinggi, dalam tempo 2-3 hari mematikan 100% populasi di perbenihan.
• Melalui infeksi buatan pada PL, gejala klinis dan mortalitas yang terjadi sama dengan infeksi alamiah; sedangkan pada udang dewasa, bagian sepalotorak lembek diikuti munculnya struktur dua kantung yang menggembung berisi cairan di kanan-kiri hepatopancreas.
• Gejala klinis yang sama, menyerupai branchiostegite blister disease (BBD) yang diikuti dengan kematian dilaporkan terjadi pada kolam pembesaran udang galah.
• Distribusi: India dan Asia Tenggara (Thailand).

Gejala Klinis
• Lemah, anorexia dan memutih pada otot abdominal pada PL.
• Kondisi tersebut secara bertahap meluas ke dua sisi sehingga mengakibatkan degenerasi telson dan uropod.
• Warna keputihan pada ekor merupakan gejala klinis yang definitif, sehingga disebut penyakit ekor putih.
• Warna kehitaman (melanisasi) akan mengembang ke 2 sisi (anterior & posterior) dan menunjukkan degenerasi dari telson dan uropod

Diagnosa :
• Polymerase Chain Reaction (PCR)
• In situ hybridization

Pengendalian
• Tindakan karantina terhadap calon induk dan larva udang galah yang baru
• Hanya menggunakan induk dan benih yang bebas MrNV dan XSV.
• Menjaga status kesehatan udang agar selalu prima melalui pemberian pakan yang tepat jumlah dan mute
• Menjaga kualitas lingkungan budidaya agar tidak menimbulkan stress bagi udang

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan

persyaratan dalam membudidayakan ikan air tawar

Dalam membudidayakan ikan di kolam atau empang ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui, diantaranya antara lain :

1. Sumber Air
Dalam pemilihan tempat untuk budidaya ikan perlu memperhatikan sumber air. sumber air ini harus cukup dan memadai. sumber air ini bisa berasal dari sungai, aliran irigasi, maupun mata air. sumber air sedapat mungkin tersedia sepanjang tahun dengan debit yang memadai. salah satu contoh dalam memelihara ikan mas memerlukan suplai air dengan debit 10 - 16 liter/detik/ha.

2. Jenis tanah dan kemiringan
dalam membangun kolam harus memperhatikan jenis tanah dan kemiringan. kolam yang dibangun sebaiknya memiliki jenis tanah yang liat atau lempung berpasir (sandy clay) sehingga tidak porus. Kemiringan lahan yang digunakan untuk budidaya ikan sebaiknya memiliki kemiringan 5 - 10 derajat karena kondisi air demikian akan memudahkan pengaliran air secara gravitasi.

3. Kualitas Air
Air yang digunakan untuk budidaya ikan harus memenuhi kualitas yang disyaratkan. air yang digunakan tidak berbahaya, tidak mengandung racun berbahaya dan bisa menumbuhkan pakan alami.
secara umum parameter kualitas air untuk melakukan budidaya ikan yang baik adalah :
a. Suhu : 25 - 30 derajat celcius
b. pH air : 6,5 - 8,5
c. DO (oksigen terlarut) : minimal 3 ppm
d. Kadar Amonia (NH3) : maksimal 0,5 ppm

4. Jauh dari tempat pembuangan limbah
lokasi yang digunakan untuk budidaya ikan harus jauh dari limbah industri maupun dari limbah rumah tangga

Rumah Rumput Laut

Biaya operasional di bagian hilir budidaya rumput laut bisa dipangkas.

Kantong berkarbon akan segera menggeser aplikasi metode penanaman dan penanganan pasca panen rumput laut yang dikembangkan sejak tahun 70-an hingga kini. Teknologi baru ini akan melindungi rumput laut dari serangan predator dan menjaga tanaman agar tetap bersih.

Sorot mata Agus Cahyadi tertuju ke perempuan baya yang duduk di pinggir pantai. Pria berkacamata itu penasaran dengan apa yang sedang dilakukan si ibu sehingga tidak bergeming dari tempat duduknya. Dengan langkah ringan, ia menghampiri perempuan berkulit sawo matang yang duduk di depan seonggok rumput laut segar.

Dari dekat ia bisa menyaksikan secara jelas bagaimana ketelatenan jemari si ibu menyortasi kotoran (sampah) yang menempel di rumput laut. Lalu, Agus bertanya, "Apa yang menjadi kendala menyortasi rumput laut sehingga harus bela-ma-lama duduk di sini?"

Perempuan yang rambutnya mulai dipenuhi uban itu memaparkan ihwal kesulitannya mengurai benang pancing yang tersangkut di tali pengikat rumput laut. Pasalnya, dibutuhkan kehati-hatian ekstra agar batang rumput laut yang ringkih itu tidak banyak terputus (fragmentanon). Perempuan itu juga mengeluhkan terkadang feses yang terbawa bersamaan dengan sampah menempel pada rumput laut. Adapun penanganan pasca panen rumput laut im butuh waktu lama karena jumlahnya memang sangat banyak.

Maklum, nenek itu bekerja di sebuah sentra pengembangan budidaya rumput laut di kepulauan Wakatobi. Sulawesi Tenggara. Menurut Agus yang notabene peneliti dari Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan, kepulauan Wakatobi merupakan penghasil rumput laut yang menyumbangkan rumput laut secara nasional. Dengan luas lautnya yang mencapai 1,4 juta hektar, 40 persen merupakan habitat rumput laut. 1 Liliit.ii itu terpusat di Kecamatan Wangi-wangi, Kaledupa, dan Tomia.

Sayangnya, potensi rumput laut yang begitu besar di Wakatobi itu hingga saat ini masih menerapkan pendekatan teknologi penanaman danpascapanenera70-an.Teknolo-gi penanaman masih menggunakan metode mengikatkan bibit rumput laut pada tali-tali dengan botol-botol bekas sebagai pelampungnya dan dipatok secara berjajar-jajar di daerah perairan laut di kedalaman antara 30-60 sentimeter.

Penerapan teknologi tersebut butuh perawatan secara teratur. Sebagai contoh pengawasan secara kontinu untuk mengontrol posisi rumput laut yang ditebar setelah ombak laut ke arah pantai meng-gesernya. Biasanya faktor angin juga mempengaruhi posisi bibit mengumpul di areal tertentu sehingga perlu dipisahkan dan ditebar merata lagi.

Belum lagi permasalahan kotoran atau sampah yang acap kali melekat di rumput laut. Kotoran ini akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Cara mengatasinya dengan menggoyang-goyang tanaman agar selalu bersih dari kotoran. Selain kotoran, organisme yang menumpang hidup dan tumbuh pada inangnya seperti gulma, lumut, atau rumput laut lainnya harus disingkirkan supaya tidak menurunkan produktivitas kualitas hasil.

Ada pula organisme yang mengganggu, merusak, bahkan memangsa rumput laut berupa ikan baronang, penyu, dan bulu babi. Hewan herbivora itu harus dicegah masuk ke tempat budidaya. Caranya memasang jaring di sekeliling daerah budidaya.

"Penerapan teknologi konvensional di bagian hilir budidaya rumput laut itu membutuhkan biaya operasional cukup besar. Sebab, petani pembudidaya harus bolak-balik dari daratan ke perairan dengan menggunakan perahu berbahan bakar bensin," ujar Agus yang mulai melakukan riset pengembangan teknologi bahan budidaya rumput laut sejak 2009.

Pelbagai permasalahan perawatan tesebut juga menyebabkan kuota panen rumput laut bisa berubah-mbah, kadang stabil atau bahkan anjlok. Pun pendekatan teknologi pasca panen konvensional me-nyebabkan biaya produksi cukup mahal, karena harus memperkerjakan orang untuk menyortasi dan membersihkan rumput laut dengan menggunakan air tawar.

Solusi

Berangkat dari permasalahan tersebut, Agus putar otak untuk mencari solusi memakas biaya operasional di bagian hilir budidaya rumput laut. Tercetus metode yang lazim digunakan para petani buah melindungi mangga atau sejenisnya dari serangan lalat dengan cara membungkusnya. "Metode yang biasa diterapkan di darat itu kenapa tidak dicoba di perairan," cetus Agus yang tiga tahun lalu belum sepenuhnya yakin gagasannya akan berhasil.

Untuk itu, ia menggunakan biaya pribadi untuk melakukan riset pembuatan kantong pelindung rumput laut. Awalnya ia membuat kantong pelindung dari jaring ber-lapis satu berbentuk silinder agar kotoran tidak bisa masuk. Jaring tersebut dilapisi dengan karbon aktif dan bahan organik layaknya sebagai .11 ii iti 11iiin agar organisme seperti gulma, lumut, atau rumput laut lainnya tidak menumpang hidup di dalam silinder. Karbon aktif tersebut dilekatkan dengan menggunakan getah suatu tanaman melalui proses destilasi.

Selanjutnya, proses uji coba dilakukan dengan membuat beberapa kantong pelindung yang telah dilapisi karbon untuk melindungi rumput laut jenis kotoni dari gangguan hama, epifit, dan kotoran di tempat budidaya rumput laut. Kantong itu diikat pada tali-tali yang dipatok secara berjajar-jajar di daerah perairan laut dan diapungkan menggunakan botol.

"Apa pun hasil rumput laut yang telah dilindungi kantong berlapis karbon, saya harus membeli kepada petani yang memiliki tempatbudidaya," kata Agus dengan perasaan harap-harap cemas menanti panen rumput kurang lebih 25 hari lamanya.

Tak dinyana, riset awal yang menelan biaya sekitar dua juta rupiah itu membuahkan hasil cukup memuaskan. Rumput laut bisa tumbuh secara normal di dalam kantong berkarbon iikiI.ii dari awal pemasangan tunas hingga pemanenan. Lebih dari itu, hasil rumput laut di dalam kantong ketika dipanen sudah bersih. Hanya saja, karena jaring berlapis satu muka maka ada sebagian yang rusak, mungkin karena serangan hewan herbivora.

Untuk menutup kelemahan tersebut maka dalam riset lanjutan didesain kantong rumput laut dengan jaring berlapis dua muka, taring lapis pertama berfungsi melindungi rumput laut dari gangguan hewan predator dan sampah laut, dan jaring lapis kedua yang me-ngandung karbon aktif berperan mencegah gangguan organisme parasit.

Kantong rumput laut berkarbon ini memiliki tinggi 40 sentimeter dan berdiameter 30 sentimeter. Spesifikasi tersebut bisa digunakan untuk menanam bibit minimal 200 gram. Adapun perkiraan isi kantong berkarbon pada masa panen sekitar kurang lebih tiga kilogram. "Dengan demikian kuota hasil panen rumput laut bisa diperkirakan," kata Agus. Imbuh Agus, produk perdana Kantong Rumput Laut berkarbon ini juga akan dipamerkan di pameran Teknologi Tepat Guna pada bulan Oktober di Kota Kendari Sulawesi Tenggara.

Lebih penting dari itu, biaya operasional di bagian hilir budidaya rumput laut bisa dipangkas. Pasalnya, setelah proses penanaman hingga panen tidak perlu perawatan yang berarti. Penanganan pasca panen seperti penyortiran dan pembersihan bisa diminimalisir karena hasil rumput laut di dalam kantong berkarbon sudah bersih.ladi hasil panen rumput laut bisa langsung dijemur dan diproses lebih lanjut sebagai bahan baku (tepung) untuk industri pangan, kosmetik, tekstil, dan lainnya. Pangsa pasar rumput laut di manca negera pun dari tahun ke tahun semakin cerah. Negara di dunia yang siap menampung produk rumput laut mentah atau setengah jadi (tepung) di antaranya Hongkong, Korea Selatan, Prancis, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, dan lepang.

Dengan demikian Indonesia bisa menjadikan rumput laut sebagai komoditas andalan penghasil devisa negara. Hal itu bukan lagi perkara mustahil jika melihat hasil penelitian kantong rumput laut berkarbon di Wakatobi sangat memuaskan. Tunas rumput laut bisa leluasa tumbuh sehingga produktivitas meningkat. agung wredho

Sumber: KoranJakarta

Budidayakan Kepiting Ekspor

Permintaan dari Jepang Mengalir

Demi keberlanjutan kegiatan ekspor daging rajungan ke Jepang, warga pesisir Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, didorong membudidayakan kepiting laut tersebut. Langkah itu sekaligus menjawab fenomena menyusutnya populasi rajungan di perairan Galesong dua tahun terakhir.

HiTiu.iw-.iti (32). pengusaha di Desa Bontosunggu. Kecamatan Galesong Utara. Kamis (8/9), mengatakan, pengusaha daging rajungan di Desa Bontosunggu mengaku sudah tidak mampu memenuhi pesanan eksportir setiap hari. Suplai ke sejumlah eksportir daging rajungan ke Jepang kini dilakukan seminggu sekali

Persediaan yang kian menipis akibat eksploitasi menyebabkan pengusaha sulit memenuhi permintaan ekspor daging rajungan ke Jepang yang terus meningkat dari 584 ton pada tahun 2007 menjadi 774 ton tahun lala

"Dulu, nelayan mampu mendapatkan 15-20 kilogram (kg) rajungan dengan berlayar sejauh 1 kilometer, tetapi kini rata-rata hanya dapat 1-2 ekor," katanya.

Kini nelayan harus berlayar hingga Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) dan Barru untuk mendapatkan rajungan.

Kondisi serupa dialami Hos-mah (38), pengusaha lainnya Minimnya pasokan dari nelayan membuat dia beralih menekuni usaha telur ikan terbang. Ia pernah memodali nelayan Rp 5 juta agar mencari rajungan ke Pangkep dan Barru, tetapi rugi karena umumnya rajungan sudah tidak segar lagi.

Bontosunggu dikenal sebagai sentra usaha daging rajungan. Di desa ini terdapat 10 pengusaha kepiting dengan 200 nelayan. Namun, merosotnya bahan baku rajungan membuat satu per satu usaha gulung tikar. Kini tinggal tersisa tiga UMKM. Mereka masih menyuplai daging kepiting ke sejumlah eksportir, seperti PT Nuansa Cipta Magello, PT Phillips Seafood Indonesia, dan PT Makmur Hasil Bahari seharga Rp 125.000 per kg.

Agar usaha itu kembali menggeliat, pengusaha dan nelayan membenihkan rajungan. Di bawah bimbingan tim dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Hasanuddin (Unhas), warga memanfaatkan bak-bak bekas pembenihan udang di belakang rumah masing-masing.

Guru Besar Perikanan dan Kelautan Unhas Yushinta Fujaya mengatakan, pembenihan yang telah diuji coba sejak dua bulan lalu berhasil mengembangbiak-kan induk rajungan. Apalagi, pembibitan menggunakan bak-bak bekas pembenihan udang berukuran 2x5 metermampu memacu tingkat kehidupan anakan rajungan. Satu ekor induk berbobot 100 gram bisa menuai 150.000 anakan.

Tambak mendangkal

Kontras dengan geliat ekonomi di Galesong, kehidupan warga di pesisir Teritip Mangkrak, Balikpapan, Kalimantan Timur, justru murung. Sekitar 150 hektar tambak milik warga setempat tidak terurus dan tak ditebari benur ikan dan udang. Pendangkalan tambak yang tidak terkendali menjadi penyebab. Selain itu, petambak menduga air tambak mengandung minyak. Siduriyani. petambak warga Pantai Empang RT 7 Teritip, mengatakan, sudah 10 tahun tambaknya tidak aktif. Halwin. warga RT 20 Gunung Tembak, Teritip, mengutarakan, tahun 2005 ia pernah menekuni usaha tambak. Ia gulung tikar karena lahan tidak produktif.

Sumber : Kompas

Penyakit Udang : Penyakit Yellowhead

Penyebab : Yellow Head Virus (YHD), corona-like RNA virus (genus Okavirus, family Ronaviridae dan ordo Nidovirales)

Bio – Ekoloi Patogen :
• Krustase yang sensitif terhadap infeksi virus ini antara lain: Penaeus monodon, P. merguensis, P. semisulcatus, Metapenaeus ensis, Litopenaeus vannamei, dll.
• Udang windu merupakan jenis udang yang sangat sensitif, pada kasus akut dapat mengakibatkan kematian hingga 100% dalam tempo 3.5 hari sejak pertama kali gejala klinis muncul.
• Penularan terjadi secara horizontal melalui air atau kanibalisme terhadap udang yang sedang sakit atau pakan yang terinfeksi virus.
• Post larvae (PL) udang windu berumur < 15 hari relatif resisters terhadap infeksi virus ini dibandingkan dengan PL yang berumur 20-25 hari atau juvenil.
• Secara molekuler (sequencing DNA) dari produk reverse-transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) virus yellow head memiliki kemiripan dengan gill-associated virus (GAV), meskipun berbeda jenis atau strain.

Gejala Klinis
• Juvenil udang berukuran antara 5-15 gram memiliki nafsu makan yang tinggi (abnormal) selama beberapa hari, untuk selanjutnya berhenti (menolak) makan secara tiba-tiba.
• Sekitar 3 hari setelah menolak makan, mulai terjadi kematian massal
• Udang yang sekarat berkumpul di dekat permukaan air atau ke sisi pematang kolam/tambak
• Insang berwarna putih, kuning atau coklat
• Cephalothorax berwarna kekuningan, sedangkan bagian tubuh lain berwarna pucat

Penyakit ini dapat menimbulkan kematian massal dalam waktu 2-4 hari

Diagnosa :
Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pengendalian :
• Gunakan benur yang benar-benar bebas YHV/SPF
• Menjaga status kesehatan udang agar selalu prima melalui pemberian pakan yang tepat jumlah dan mutu
• Menjaga kualitas lingkungan budidaya agar tidak menimbulkan stress bagi udang
• Lakukan pemanenan di tambak/kolam pada saat terjadinya serangan penyakit, pemanenan dini tidak dapat mengurangi tetapi hanya mengeliminasi kerugian ekonomi.

sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan

Beberapa potensi lahan untuk budidaya ikan air tawar

Ada 2 potensi lahan untuk budidaya ikan air tawaar yaitu potensi untuk kolam serta potensi lahan perairan umum.

1. Kolam
Ketersediaan air dan lahan untuk budidaya ikan merupakan suatu kebutuhan, air dan lahan merupakan media hidup ikan dan sumber daya perikanan. Tempat media hidup untuk budidaya ikan yang cocok yaitu lahan yang memiliki sumber air. Sumber air itu bisa berasal dari sungai, irigasi ataupun sumber mata air.
Daerah dataran rendah maupun dataran tinggi bisa dilakukan tempat untuk budidaya ikan asal ketersediaan air untuk budidaya ikan cukup. Kolam dapat dibuat dipekarangan rumah sedangkan untuk balong atau empang bisa dibangun di luar pekarangan rumah. Budidaya ikan ini juga dapat dilakukan di sawah sebagai minapadi.

Potensi lahan budidaya ikan :
1. Danau : 1.800.000 Ha
2. Waduk : 50.000 Ha
3. Lahan yang sesuai untuk kolam dan minapadi : 650.000 Ha
(Kartamiharja, et.al.,2007)


2. Perairan umum ( Danau, waduk, sungai, saluran irigasi)
perairan umum yang meliputi danau, rawa, waduk, sungai kesemuanya merupakan potensi bagi budidaya ikan.
budidaya ikan di perairan umum dapat dilakukan dengan cara karamba, karamba jaring apung, maupun dengan hampang.

sumber: http://hobiikan.blogspot.com

Penyerapan Karbon Bisa Sebabkan Kerusakan Biota Laut

Peneliti pada Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian Institution Washington Amerika, Nancy Knowlton mengatakan potensi penyerapan karbon (carbon sink) oleh laut memang besar akan tetapi hal tersebut dapat mengakibatkan rusaknya kehidupan biota laut. Hal tersebut dijelaskan Nancy dalam diskusi tentang keanekaragaman terumbu karang di Komunitas Utan Kayu, Jakarta, Kamis. “Laut memang menyimpan potensi penyerapan karbon besar tetapi dampaknya bisa mengakibatkan kadar air laut menjadi asam (asidifikasi) yang bisa menyebabkan kerusakan biota laut,” kata Nancy yang datang ke Indonesia sebagai salah satu peneliti dari Amerika Serikat pada Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado. Kerusakan biota laut seperti karang karena asidifikasi antara lain pemutihan karang (bleaching), osteoporosis terumbu karang dan sedimentasi.

Nancy mengatakan kerusakan terumbu karang memang telah berlangsung sejak lama, misalnya sekitar 80 persen terumbu karang di Karibia telah hilang selama 30 tahun sejak 1977. Dia juga menyebutkan terumbu karang di Indonesia Timur dan Papua Nugini tinggal 68 persen, sedangkan kawasan Indonesia Barat tinggal 29 persen.Kerusakan pada terumbu karang, katanya, bisa merusak simbiosis antara terumbu karang dan alga simbiotik yang terjadi karena suhu air laut yang meningkat dan kadar mineral yang tinggi (eutropic). Kematian massal biota laut juga bisa terjadi apabila suhu air laut meningkat secara mendadak atau meningkat sampai diatas suhu yang bisa ditoleransi oleh biot laut. Nancy mengatakan peningkatan suhu laut juga mengikuti peningkatan kadar karbondioksida yaitu bila suhu meningkat satu derajat maka kadar Co2 mencapai 375 ppm (part per milion), bila meningkat dua derajat maka kadar bisa menjadi 450 - 500 ppm, dan bila meningkat tiga derajat maka kadar meningkat menjadi diatas 500 ppm. Usaha konservasi terhadap biota laut termasuk terumbu karang, katanya, bisa berhasil dilakukan apabila memang terkait langsung dengan ekonomi masyarakat di daerah tersebut. Misalnya dia mencontohkan di Negara Palau, konservasi terumbu karang bisa berhasil karena masyarakat mengandalkan wisata bahari seperti menyelam pada terumbu karang di daerah tersebut. Nancy juga menyebutkan bahwa nilai ekonomis terumbu karang di dunia seperti dari makanan, perikanan, keanekaragaman dan wisata bahari secara global mencapi 29,8 miliar dolar AS per tahunnya. Sedangkan di Hawai, nilai ekonomis terumbu karang bisa mencapai mencapai 361 juta dolar AS untuk non ekstraktif dan 3 juta dolar AS untuk perikanan pesisir. “Sedangkan di Indonesia bisa mencapai 1,6 miliar dolar AS per tahunnya,” tambah Nancy.

sumber: ANTARA News

KKP Kembangkan Pengolahan Air Laut

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan pengolahan air laut khususnya air laut dalam (deep sea water) untuk dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan manusia dalam mengatasi krisis air di masa depan.

"Air laut dalam dikemas dan dipasarkan dalam botol sebagai air mineral setelah melalui proses desalinasi." kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad yang disampaikan Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi KKP Yulistyo Mudho dalam siaran persnya di Padang.

Menurut dia, air laut dalam dengan kandungan mineralnya setelah diolah dengan proses desalinasi, sangat penting dan bermanfaat untuk suplai air bersih bagi kelangsungan hidup dan kesehatan tubuh manusia.

Proses desalinasi itu. kata Fadel,juga akan menghasilkan garam berkualitas tinggi dan dapat diaplikasikan untuk berbagai kegunaan yaitu untuk budidaya perikanan, budidaya pertanian, bahan kosmetik, obat-obatan, serta sebagai pendingin ruangan.

"Dalam pembangunan industri air laut dalam, Indonesia memulai dengan kapasitas produksi air mineral laut dalam skala kecil, yaitu mulai dari kapasitas sedot air laut dalam 10-15 ton/hari dengan aplikasi sistem bergerak," ujarnya.

Kini, kata Fadel, kegiatan industri air laut dalam meningkat kapasitas sedotnya menjadi 40-60 ton/hari dengan menggunakan dua kapal berukuran 60-100 GT.

"Sedangkan investasi yang digunakan untuk mengembangkan industri air laut dalam pada tahap awal dengan kapasitas kecil dibutuh-kan dana Rp 15 miliar," tuturnya.

Fadel menambahkan, berdasarkan hasil penelitian KKP bahwa ada beberapa lokasi di perairan Indonesia yang sangat baik digunakan sebagai sumber air mineral dari air laut dalam, seperti di Nusa Penida dan Gondol Provinsi Bali. Selat Lombok, dan perairan sekitar Pulau Biak.

Selain itu juga di perairan di sekitar Pelabuhan Ratu, Provinsi Jawa Barat, perairan sekitar Ujung Pandang, Provinsi Sulawesi Selatan, Perairan Bima dan Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Perairan Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dia menambahkan, penyediaan air mineral dari air laut dalam merupakan suatu kegiatan yang bersifat strategis untuk mengantisipasi kemungkinan krisis air bersih di masa mendatang,

Sumber : Investor Daily

Alasan Kenapa Ikan dibudidayakan

Ikan merupakan jenis hewan yang menyediakan makanan bagi manusia. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya membutuhkan karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein. Disamping Protein dari hewan darat ikan juga menyediakan protein yang tinggi bagi manusia. Nilai giji yang dimiliki oleh daging ikan sangat baik hal ini dikarenakan bahwa daging ikan memiliki nilai cerna dan nilai biologis yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan hewan lainnya.

Protein pada ikan mengandung asam amino esensial sempurna. semua jenis asam amino essensial yang ada pada ikan yaitu : Leusin, Lisin, Iso Leusin, tripthophan dan lain-lain.

daging ikan terdiri :
1. Protein 15-24%
2. Glikogen / karbohidrat 1-3%
3. Lemak 1 - 22%
4. Air 66 - 84%
5. dan bahan organik lain sebesar 0,8-2%
6. omega 3
7. EPA
8. DHA

omega 3, EPA, DHA bermanfaat untuk kecerdasan otak

Minggu, 21 Agustus 2011

Petani Garam Butuh Insentif Revitalisasi Tambak

Oleh Amrozi Amenan

MADURA - Petani garam di wilayah Madura yakni Sampang, Pamekasan, dan Sumenep mendesak pemerintah segera menggulirkan program revitalisasi tambak untuk meningkatkan kualitas produk garam rakyat. Bila program ini digulirkan, petani yakin kualitas produk garam mereka akan sepadan dengan garam kualitas premium yang kini diimpor dari India.

Hal itu disampaikan Pimpinan Presidium Aliansi Petani Garam Rakyat Indonesia HM Hisyam, Ketua Asosiasi Petani Garam Pamekasan Faishal Baidlawi, Ketua Asosiasi Petani Garam Sampang M Jakfar Sodikin di Madura, Kamis (18/8).

Menurut Hisyam, petani akan siap meningkatkan kualitas produk garam pascakebijakan yang digulirkan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang pro-petani terutama terkait harga garam. Pemerintah diminta memberi insentif revitalisasi tambak. Revitalisasi mencakup perbaikan tambak, penambahan dan perbaikan infrastruktur jalan dan logistik pergudangan. "Bahkan, tak hanya peningkatan jumlah produksi, petani juga siap menjamin kualitas produksi garam mereka kalau ada dukungan dari pemerintah terhadap upaya-upaya ke arah revitalisasi," tandas Hisyam.

Ketua Asosiasi Petani Garam Sampang M Jakfar Sodikin menegaskan, revitalisasi tambak menjadi sesuatu yang mendesak bila produksi garam rakyat ingin dipacu. Fakta di lapangan memperlihatkan kebutuhan garam dalam negeri masih dipenuhi dari impor. Revitalisasi tambak di Madura bisa difokuskan pada pembuatan tanggul yang lebih tinggi serta perbaikan saluran air baik primer maupun sekunder. "Kami yakin dengan perbaikan sarana tambak tersebut, petani di Madura akan bisa meningkatkan kualitas produknya," ujar dia.

Petani, sambung dia, tidak mungkin bisa sendirian menjalankan revitalisasi tambak dalam kerangka perbaikan kualitas produksi. Sebab, selain membutuhkan dana dalam jumlah besar dan memakan waktu lama. "Dengan demikian perlu kerja sama semua pemangku kepentingan terkait upaya memajukan garam rakyat," katanya.

Ketua Asosiasi Petani Garam Pamekasan Faishal Baidlawi mengemukakan optimisme petani akan adanya perbaikan kualitas dan volume garam rakyat pascarevitalisasi tambak tidak berlebihan. Dalam kondisi terbatas namun didukung cuaca yang bagus tahun ini saja, petani Sampang bisa menghasilkan garamkualitas (K) 1. Meskipun volume garam yang dihasilkan tergolong kecil. "Kami perkirakan dengan revitalisasi serta didukung cuaca yang normal sama seperti 2009, produksi garam di Madura bisa ditingkatkan dari sekarang. Bisa menghasilkan 480 ribu ton dengan kualitas lebih baik, minimal sama dengan garam premium dari India," tandasnya.

Faishal menambahkan, sembari menunggu respon pemerintah terkait revitalisasi, dirinya bersama petani lain di Pamekasan berencana membuat satu mrnia ture pilot projectatau miniatur proyek percontohan terkait revitalisasi. "Bagaimanapun kami memiliki tanggungjawab moral pascaperbaikan harga garam saat ini untuk meningkatkan kualitas garam rakyat yang selama ini selalu menjadi kambing hitam bagi impor garam," katanya.

Jakfar mengakui, kebijakan pemerintah yang menaikkan harga garam belum lama ini berdampak positif bagi petani. Diketahui, pemerintah mematok harga garam untuk Kl (kualitas satu) sebesar Rp 750 per kg, dan K2 (kualitas dua) Rp 550 ribu kg.

Pugar KKP Tak Efektif Menurut Jakfar, petani di Madura juga menyambut positif program Pugar (Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat) yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Namun, saat ini Pugar tidak efektif lagi karena program tersebut hanya mencakup pengadaan peralatan yang dibutuhkan di lahan tambak garam, misalnya kincir angin.

Sebaliknya, dana-tersebut tidak diperkenankan untuk perbaikan sarana. "Pugar hanya cocok untuk petani yang tidak punya tambak dan ingin memiliki tambak baru. Padahal saat ini petani sudah memiliki tambak. Yang diperlukan saat ini bukan peralatan tapi perbaikan sarana. Jadi ada Pugar atau tidak, tidak akan berpengaruh pada petani garam," tukasnya.

Menurut Hisyam, jika Pugar bertujuan mendukung peningkatan produktivitas petani garam di Madura, dana program tersebut harus bisa dipergunakan untuk perbaikan sarana tambak. "Hingga saat ini beberapa daerah juga belum menerima pencairan dana

Pugar, padahal dana itu dijanjikan akan direalisasikan sebelum April 2011," kata Hisyam.

Hisyam menegaskan, pihaknya yakin didukung cuaca cerah saat ini produksi garam Madura bisa mencapai 70% dari total konsumsi nasional. Produksi garam di Madura hingga hingga 8 Agustus 2011 telah mencapai 28.000 ribu ton atau 6% dari kapasitas produksi dengan sisa stok sekitar 7.500 ton. Kapasitas produksi garam rakyat di wilayah Madura bisa mencapai sekitar 480.000 ton.

Dia merinci produksi garam di Sampang dengan luas areal pegaram-an 4.200 ha menghasilkan garam sekitar 16.000 ton dengan sisa stok sekitar 4.000 ton. Di Pamekasan dengan luas areal pegaraman 900 ha menghasilkan garam sekitar 5.000 ton dengan sisa stok sekitar 1.500 ton. Sedangkan di Sumenep dengan luas areal pegaraman 1.400 ha menghasilkan garam sekitar 7.000 ton dengan sisa stok sekitar 2.000 ton.

Polemik Garam Impor

Faishal mengemukakan petani tidak keberatan dengan kebijakan importasi garam sepanjang impor tersebut untuk menutupi kekurangan stok. Namun demikian, dirinya masih menyayangkan adanya perbedaan pola penghitungan konsumsi dan stok garam nasional yang sangat menentukan jumlah garam yang akan diimpor. Dia berpendapat polemik antara Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Kementerian Perdagangan terkait persoalan impor garam bertumpu pada ketidakakuratan data yang disuplai ke kedua kementerian tersebut

"Semuanya dimulai dari data yang tidak sesuai dengan fakta lapangan," ujar Fasihal.

Diketahui, Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) menyebut total produksi panen garam di Madura per Agustus 2011 mencapai 100.000 ton per musim. Volume stok tersebut meliputi Sampang 60.000 ton, Pamekasan 25.000 ton, Sumenep 15.000 ton. "Data Apgasi inilah yang dipegang KKP untuk menghitung jumlah kapasitas garam nasional," tegas Faishal.

Menurut Jakfar, data yang dimiliki asosiasi-asosiasi di Madura seperti Apegar, Aspag, dan A2PGRJ mencatat total produksi lebih rendah dibanding data yang dimiliki Apgasi. Untuk Sampang misalnya, data Aspag mencatat produksi garam 14.000 ton dengan stoknya hanya 4.000 ton. Pamekasan 4.000 ton dengan stoknya 1.000 ton, dan Sumenep 6.000 ton dengan stok 1.500 ton. Sehingga total produksi untuk Madura hanya mencapai 20.000 ton dengan stok garam mencapai 5.500 ton. Kapasitas produksi di tiga kabupaten di Madura bisa mencapai 480.000 ton dengan asumsi musim kemarau berlangsung 4-5 bulan.

sumber : http://www.kkp.go.id

Kamis, 04 Agustus 2011

Makanan Pencegah Rambut Rontok

Makanan bergizi untuk mengembalikan kekuatan akar rambut.

1. Ikan, telur dan kacang
Pada dasarnya rambut kita terdiri dari protein, karena itulah makanan tinggi protein sangat disarankan untuk menjaga kesehatan rambut. Pilih protein tanpa lemak, seperti ikan, daging ayam, telur, kacang almond, yogurt, atau tahu. Makanan tinggi lemak akan membuat kadar hormon testoteron pada pria menurun yang berdampak pada rambut rontok.

2. Zat besi
Zat besi memegang peran penting dalam pembuatan hemoglobin, bagian darah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh organ dan jaringan tubuh. Bila kadar hemoglobin kita bagus, oksigen pun bisa didistribusi sempurna. Ini berarti, sirkulasi darah bisa sampai ke akar rambut, yang akan merangsang pertumbuhan rambut.
Tambahkan makanan mengandung zat besi dalam menu diet Anda sehari-hari. Makanan seperti telur, sayuran hijau, kismis, serta sereal gandum utuh, merupakan sumber zat besi yang baik. Selain itu konsumsi pula vitamin C karena vitamin ini meningkatkan kemampuan tubuh dalam menyerap zat besi.

3. Seafood
Pria yang mengalami kebotakan diketahui memiliki kekurangan zinc dalam tubuhnya. Zinc berperan dalam berbagai fungsi tubuh, mulai dari produksi sel hingga keseimbangan hormon, dan fungsi-fungsi ini memengaruhi pertumbuhan rambut. Selain itu, zinc berperan dalam kelenjar rambut yang "mengikat" akar rambut.
Bila kita kekurangan zinc, folikel rambut jadi lemah sehingga rambut mudah terlepas dari akarnya. Untuk mengatasinya, konsumsi makanan mengandung zinc tinggi, seperti daging merah, daging unggas, kacang, kerang, atau udang.

sumber : http://www.kompas.com/

PEMANFAATAN IKAN PEMAKAN PLANKTON (PLANKTON FEEDER) UNTUK MENGATASI BLOOMING ALGA DI DANAU/WADUK

Danau berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air, perikanan dan pariwisata, sumber air irigasi untuk pertanian sehingga menyebabkan berbagai komponen masyarakat menggantungkan kehidupannya dari danau. Danau dimanfaatkan sebagai tempat pembudidayaan ikan karamba jaring terapung (KJA). Kegiatan budidaya ikan sistem KJA mengalami perkembangan pesat hingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi bagi masyarakat setempat. Tetapi kegiatan ini mulai berkurang karena sering terjadi kematian massal ikan yang menyebabkan kerugian usaha. Hal ini menyebabkan kerugian secara ekonomi bagi masyarakat ataupun Pemerintah Daerah setempat baik dari kegiatan usaha budidaya ikan dan pariwisata.

Dampak dari kegiatan budidaya ikan KJA yaitu terjadinya kasus kematian massal ikan dan ledakan alga diduga disebabkan oleh pelet/pakan ikan yang tidak termakan oleh ikan yang jatuh ke dasar danau kemudian meningkatkan unsur hara. Peningkatan unsur hara ini akan memacu pertumbuhan fitoplankton yang cepat. Unsur N dan P biasanya menjadi unsur utama dalam produktivitas primer (fitoplankton). Kondisi ini sangat memungkinkan alga untuk tumbuh berkembang dengan pesat (blooming) akibat ketersediaan fosfor yang berlebihan. Akibatnya eutrofikasi menjadi masalah bagi perairan danau/waduk yang dikenal dengan algal bloom. Algal bloom menyebabkan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tidak sedap dan kekeruhannya menjadi semakin meningkat serta banyak enceng gondok, kualitas air menjadi sangat rendah yang diikuti oleh rendahnya konsentrasi oksigen terlarut. Hal ini menyebabkan ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik pada akhirnya terjadi kematian massal ikan. Untuk memperbaiki kualitas perairan danau/waduk diperlukan suatu cara salah satunya dengan penggunaan bio-cleaning agent yaitu ikan yang memanfaatkan plankton (plankton feeder) yang blooming di danau. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan penulisan ini untuk mengetahui pemanfaatan ikan pemakan plankton (plankton feeder) untuk mengatasi blooming alga di danau/waduk.

Perairan dikatakan blooming fitoplankton jika kelimpahan fitoplanktonnya mencapai 5 x 106 sel/l (Goldman dan Horne, 1983). Akibatnya eutrofikasi menjadi masalah bagi perairan danau/waduk yang dikenal dengan algal bloom. Hal ini dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tidak sedap dan kekeruhannya menjadi semakin meningkat serta banyak enceng gondok yang bertebaran di danau/waduk. Kualitas air di perairan danau/waduk menjadi sangat rendah yang diikuti oleh rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol. Hal ini menyebabkan ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik pada akhirnya terjadi kematian massal ikan. Algal bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional dan pariwisata. Untuk menjaga agar kondisi waduk tidak terus menurun maka upaya pengelolaan yang perlu dilakukan di bidang perikanan budidaya yaitu salah satunya pemanfaatan ikan pemakan plankton (plankton feeder). Pemanfaatan ikan pemakan plankton (plankton feeder) merupakan pengendalian pencemaran biologis. Pengendalian secara biologis adalah pengendalian dengan menggunakan mahluk hidup secara alami, misalnya ikan sebagai sarana pengendalian. Pengendalian secara biologis berarti pengrusakan atau penghambatan terhadap suatu organisme oleh organisme lain. Cara yang dilakukan sebagai pengendalian secara biologis adalah dengan penebaran/budidaya ikan-ikan penting ke perairan danau/waduk. Beberapa jenis ikan pemakan tumbuhan dapat memakan alga atau fitoplankton sehingga kandungan-kandungan pencemar penyebab eutrrofikasi dapat dikendalikan. Manfaat lain dari penanaman ikan-ikan tersebut adalah masyarakat dapat memanennya dari waduk sebagai sumber pendapatan tambahan. Jenis ikan yang sangat efektif untuk pengendalian pencemaran adalah ikan mola, bandeng, nila, nilem, tawes dan oskar.

Berdasarkan jenis pakannya, ikan pemakan plankton termasuk jenis ikan herbivora. Golongan herbivora adalah spesies dengan makanan utamanya berupa tanaman (nabati) contoh gurami sebagai pemakan daun (makrovita), kowan (Ctenopharyngodon idella) dan tawes (Puntius javanicus) sebagai pemakan rumput, ikan mola (Hypophthalmichthys molitrix) dan tambakan sebagai pemakan fitoplanton (mikrofita), bandeng sebagai pemakan klekap serta sepat ( Trichogaster sp) sebagai pemakan fitoplanton atau perifiton.
a. Ikan nilem dan tawes
Penelitian Syandri (2004), ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan tawes (Puntius Javanicus. Blkr) dapat memanfaatkan berbagai jenis phytoplankton yang dominan di perairan Danau Maninjau terutama genus Cyanophyceae dan Chlorophyceae. Cyanophycea merupakan jenis yang dapat menghasilkan toksin pada ikan. Dari analisis saluran pencernaan yang dilakukan pada kedua jenis ikan uji ditemukan empat jenis genus Cyanophyceae terdiri dari Ocillatoria, Mycrocystis, Spirullina dan Nostoc. Ikan nilem di Wanaraja Kabupaten Garut pakan utamanya adalah fitoplankton (Bacillariophycae, Cyanophycae, Chlorophycae, Cyanophycae dan Desmidiacae) (Taofiqurohman dkk, 2007).
Ikan nilem di Waduk Cirata ternyata mengkonsumsi makanan berupa perifiton dalam jumlah yang banyak sekali. Perifiton yaitu mikorflora dan mikrofauna yang hidup menempel pada substrat di bawah air. Seekor ikan nilem seberat 5 gram memerlukan 6.373 gram perifiton yang menempel di 19 m2 substrat jaring untuk tumbuh menjadi 100 gram karena perifiton ternyata mengandung protein 0,46% dan air 97,06% (Harris, 2005). Ikan nilem dan tawes sebagai alternatif untuk mengatasi blooming phytoplankton.
b. Ikan mola
Selain ikan nilem dan tawes, untuk memperbaiki kualitas perairan danau/waduk yang telah tercemar, diperlukan cara yang tidak berisiko, mudah dan murah yaitu budidaya ikan mola yang merupakan ikan asli Cina. Ikan mola (Hypophtalmichthys molitrix) berasal dari China dan didatangkan ke Indonesia sekitar tahun 1960-an dengan tujuan untuk di budidayakan. Ikan mola termasuk jenis ikan pemakan plankton,sehingga ikan jenis ini dapat dipakai sebagai ikan pengendali kesuburan perairan umum terutama jenis plankton. Ikan mola memberikan dampak positif baik bagi usaha pembersihan maupun bagi usaha pemerintah untuk meningkatkan konsumsi protein masyarakat yang bersumber dari ikan segar.
Penggunaan biocleaning agent seperti yang telah dicobakan di Waduk Saguling dengan menggunakan ikan mola sebagai ikan uji (Danakusumah 1999). Menurutnya, 500 ekor ikan mola (50-100 gram/ekor) yang telah dipelihara di dalam keramba jaring apung selama satu tahun tanpa diberi pakan, menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa ikan mola mampu memanfaatkan fitoplankton sebagai makanannya. Ikan tersebut tumbuh menjadi rata-rata 2.000 gram/ekor. Dari hasil analisa isi usus ikan mola, ternyata menunjukkan bahwa jenis plankton yang dominan adalah Saurastrum, Synedra, Microystis, Melosira dan Anabaena. Ikan mola di dalam keramba, mampu memanfaatkan 72 persen dari fitoplankton yang ada di perairan.
c. Ikan bandeng, nila dan tambakan
Jenis ikan pemakan plankton lainnya yang mempunyai nilai ekonomis penting dan efektif dalam pengendalian blooming plankton adalah ikan bandeng dan ikan nila. Ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) termasuk jenis ikan herbivora dengan makanan utama berupa plankton dan lumut-lumutan. Penelitian Wijayanta (2008), bandeng yang di budidayakan pada tambak polikultur bahwa dalam lambung bandeng ditemukan plankton yang terdiri dari phylum Cyanophyta (18%), Diatomae (30%), Chlorophyta (8%), Pyrophyta (6%), Desmidiacae (18%), Rotifera (12%) dan Protozoa (10%). Sedangkan jenis makanan ikan bandeng di Waduk Ir. H. Djuanda yaitu Chlorophyceae, Cyanophyceae, Bacillariophiceae, Dinophyceae dan potongan tumbuhan (Nurnaningsih dkk, 2005)
Ikan nila (Oreochromis niloticus) sebagai pemakan segala (omnivora), plankton, sampai aneka tumbuhan sehingga ikan ini dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Menurut Susanto (1987), di perairan alam ikan nila memakan plankton, perifiton ataupun tumbuhan air yang lunak bahkan cacingpun dimakan. Jenis makanan ikan nila di Waduk Ir. H. Djuanda terdiri atas Diatoma sp., Synedra sp., Coelastrum sp., Scenedesmus., Micrococcus sp., Anabaena sp., Oscilatoria sp. dan Lyngbya sp (Nurnaningsih dkk, 2005).
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir segala jenis makanan. Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman air, zooplankton, hingga serangga air. Ikan tambakan memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel plankton dari air. Menurut Ong (1961) dalam Rifai (1973), makanan alami ikan tambakan yang didapat dari hasil analisa usus ikan tambakan pada kolam di daerah Nyangseret Bandung adalah Oscillatoria, Phascus, Euglena, Pleurococcus, Kirchneriella, Pediastrum, Polyodon, Scenedesmus, Rhapidium, Selestastrum, Navicula, Cyclotella, Chlamydomonas, Perinidium, Gonium, Chlorella, Dynobryon, Staurastrum, Cocconeis, Eutotia, Pelurosigma dan Cymbllea.
Hasil penelitian Ambardi (1990) menunjukkan bahwa ikan nila dan ikan tambakan memberikan pengaruh terhadap penurunan kelimpahan fitoplankton. Untuk mengendalikan pertumbuhan jenis Micrsopora yang melimpah dapat digunakan ikan nila dan ikan tambakan sebagai control biologis. Sedangkan pada melimpahnya jenis Oscillatoria menggunakan ikan nila lebih baik dari ikan tambakan.
d. Ikan oskar
Ikan oskar (Amphilophus citrinellus) yang merupakan ikan introduksi di Waduk Jatiluhur merupakan ikan pemakan segala (omnivora) tetapi cenderung karnivora dengan menu makanan berupa plankton, larva, serasah, dan ikan (Nurnaningsih et al. 2003). Makanan ikan oskar terdiri atas empat kelompok yaitu fitoplankton, zooplankton, ikan dan bryophyte. Fitoplankton yang teramati pada pengamatan isi lambung terdiri dari Chlorophyceae, Cyanophyceae, Bacillariophyceae, Desmidiaceae dan Dinophyceae. Jumlah jenis fitoplankton yang paling banyak ditemukan adalah kelas Chlorophyceae dengan jumlah tujuh jenis, sedangkan zooplankton yang ditemukan hanya berasal dari kelas Copepoda. Keberadaan fitoplankton yang melimpah yang disebabkan oleh pengayaan unsur hara dari aktifitas KJA akan menjadi habitat yang cocok bagi pertumbuhan fitoplankton. Kondisi tersebut di atas ditengarai menjadi penyebab ikan oskar di Stasiun Pasir Jangkung memanfaatkan fitoplankton sebagai makanan utamanya (Anggita, 2011).

Upaya dalam melestarikan sumberdaya perikanan di danau/waduk diantaranya yaitu budidaya ikan dan penebaran ikan (introduksi dan restoking). Tujuan penebaran ikan untuk memanfaatkan relung makanan yang belum dimanfaatkan oleh jenis ikan. Tidak sedikit kegiatan penebaran mengalami kegagalan yang disebabkan (Syafei, 2005):
a. Jumlah ikan tebaran di tiap perairan pada satu waktu terlalu sedikit;
b. Ukuran ikan tebaran terlalu kecil sehingga pemangsa mudah memakannya;
c. Kualitas ikan tebaran tidak baik;
d. Tidak ada pakan alamu yang cocok dan tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga ikan tidak dapat tumbuh;
e. Tidak ada stimuli lingkungan dan kondisi ilmiah yang mendukung proses pemijahan sehingga tidak dapat berkembang biak.

Pemanfaatan ikan pemakan plankton (plankton feeder) merupakan pengendalian pencemaran biologis tanpa merusak atau menghambat terhadap suatu organisme oleh organisme lain. Cara yang dilakukan sebagai pengendalian secara biologis adalah dengan penebaran/budidaya ikan-ikan penting ke perairan danau/waduk. Beberapa jenis ikan pemakan tumbuhan dapat memakan alga atau fitoplankton yaitu ikan nilem, tawes, mola, bandeng, nila, tambakan dan oskar. Manfaat lain dari penanaman ikan-ikan tersebut adalah masyarakat dapat memanennya sebagai sumber pendapatan tambahan.
Saran-saran untuk pembudidaya :
- Padat penebaran ikan pemakan plankton harus diperhatikan jangan sampai merebut atau menjadi pesaing bagi ikan dalam memperoleh makanan, ruang dan kebutuhan oksigen.
- Perlu pemilihan jenis ikan untuk mengendalikan kelimpahan fitoplankton sangat tergantung dari jenis fitoplankton yang melimpah.
- Jenis ikan dipilih yang berkualitas baik dan tidak mengandung penyakit.

sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Tips Menjaga Agar Rambut Anda Tidak Mudah Rontok

Tips Menjaga Agar Rambut Anda Tidak Mudah Rontok:

1) Kurangi atau hindari pemakaian shampoo dengan busa yang terlalu banyak. Karena shampoo yang memiliki busa banyak mengandung pH 7 sampai 8 yang dapat merusak asam alamiah kulit kepala yang pH-nya sekitar 5,5. Ketidakseimbangan pH dapat mengganggu pertumbuhan rambut yang sehat dan menyebabkan rambut rontok. Cobalah mengganti shampoo dengan formula rendah busa, atau gunakan shampoo bayi karena umumnya tidak mengandung detergen.

2) Conditioner bermanfaat untuk melawan sifat rambut yang alkalis. Sifat asam dalam conditioner akan menutup kutikula rambut seperti semula. Conditioner juga memberi minyak pada rambut dan membuatnya lebih bercahaya. Walau sebetulnya rambut memproduksi minyak, tetapi pada rambut yang panjang, minyak tidak sampai pada ujung rambut, dan inilah salah satu guna conditioner.

3) Sering-seringlah memijat kulit kepala. Memijat kulit kepala berfungsi untuk membantu memperlancar peredaran darah. Darah akan menuju pembuluh kapiler untuk mengantarkan makanan bagi akar-akar rambut. Tundukkan kepala ketika men-shampoo sambil memijat kulit kepala. Cara ini dapat membantu otak Anda mendapat asupan oksigen lebih baik yang dapat membantu Anda berkonsentrasi dengan lebih baik lagi.

4) Minumlah suplemen yang mengandung vitamin B6 dan Zinc, terutama jika Anda memang kurang mendapatkan asupan nutrisi tersebut dari makanan. Vitamin B5 dan B6 mengatur produksi sebum, minyak yang melumaskan folikel rambut sehingga menghasilkan batang rambut yang sehat.

5) Kurangi mengkonsumsi kopi dan soda, gantilah dengan minum smoothie buah yang kaya akan vitamin B, seperti pisang, stroberi, mangga dan buah kiwi sehingga asupan vitamin B akan bertambah banyak. Selain itu kelebihan kafein dalam tubuh malah akan menghilangkan cadangan vitamin B5 dan B6. Kacang-kacangan dan wholegrain yang kaya akan zinc juga mutlak dikonsumsi untuk mengatasi kerontokan rambut.

6) Batasi penggunaan zat kimia ataupun perlakuan fisik berlebihan pada rambut. Rambut yang diwarnai, di-rebonding, dicatok, atau diikat maupun dikeringkan dengan menggunakan hair dryer telah menyiksa rambut Anda sehingga rambut menjadi stres dan lebih rapuh.

7) Hindari stres, karena stres dapat memicu kerontokan rambut. Usahakan tidur cukup agar tubuh Anda mendapatkan cukup istirahat. Hindari rokok dan alcohol. Serta hindari diet terlalu ketat atau diet yang tak seimbang, karena kurangnya asupan protein akan mengurangi pula jatah nutrisi protein untuk pertumbuhan rambut.

sumber : http://fathur-net.blogspot.com

Bakteri Simbion Pada Lamun Berpotensi Sebagai Penghambat Biofouling di Laut

Biofouling adalah penempelan dan pertumbuhan organisme pada permukaan benda atau material yang terbenam di laut. Kejadian ini sangat merugikan industri maritim seperti perkapalan, bangunan atau struktur pelabuhan, dan pipa penyalur air pendingin pada Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Untuk penanggulangannya, banyak digunakan cat antifouling yang mengandung logam berat dan TBT (tributyltin) sebagai bahan aktif yang efektif. Penggunaan zat ini meningkat sangat cepat sejak tahun 1970. Aplikasi TBT ini ternyata menyebabkan timbulnya pencemaran lingkungan karena merusak banyak kehidupan biota non-target yang mempunyai nilai ekonomi.

TBT bukan hanya dikenal sebagai bahan antifoulant yang paling efektif, tetapi juga merupakan biosida yang paling toksik dan tidak mudah terdegradasi di lingkungan alami. Oganisasi Maritim Internasional (IMO) melarang pemakaian bahan tersebut untuk cat kapal yang secara efektif dimulai 17 September 2008. Oleh karena itu pencaharian alternatif bahan anti foulant non-toksik yang ramah lingkungan sangat dibutuhkan saat ini.

Bintang Marhaeni, staf pengajar di Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto telah meneliti bakteri simbion pada daun lamun yang berpotensi sebagai penghambat terjadinya biofouling di laut. Penelitian tersebut merupakan bahan disertasinya dalam menyelesaikan studi S3 di Program Studi Ilmu Kelautan, Sekolah Pasca Sarjana IPB (Institut Pertanian Bogor), dibimbing oleh Prof. Dr. Ir Dietriech G. Bengen, DEA, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr. Ir. Richardus Kaswadji, M.Sc serta Drs. Ocky Karna Rajasa, Ph.D selaku anggota.

Bintang mengambil contoh daun lamun di Teluk Awur, Jepara, Jawa Tengah. Isolasi, kultur dan uji hambat bakteri, baik isolat murni bakteri maupun bakteri yang telah diekstrak di lakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang. Kajian tentang penempelan organisme fouling pada substrat yang dicat dengan mencampurkan ekstrak bakteri lamun dilakukan di Kamal Muara, Jakarta Utara. Identifikasi bakteri dilakukan di Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Serangkaian penelitian yang dilakukan memperlihatkan bahwa terjadinya peristiwa makrofouling selalu diawali dengan terbentuknya mikrofouling atau biofilm bakteri. Maka, berdasarkan hal tersebut, penghambatan terhadap terjadinya mikrofouling atau biofilm bakteri merupakan salah satu cara panghambatan terhadap terjadinya makrofouling atau lebih dikenal sebagai biofouling. Zona hambat bakteri endofit pada uji coba hambat terhadap bakteri biofilm memperlihatkan ukuran zona hambat lebih besar dibandingkan bakteri epifit. Zona hambat isolat bakteri paling besar pada bakteri biofilm adalah bakteri epifit Enhalus acoroides.

Bakteri endofit Syringodium isoetifolium merupakan bakteri yang memiliki zona hambat paling besar di antara bakteri yang diisolasi dari jenis lamun yang lain. Ekstrak bakteri epifit Thalassia hemprichii memiliki zona hambat paling besar di antara bakteri epifit pada jenis lamun yang lain.
Pada aplikasi lapang, balok kayu yang dicat dengan cat tanpa antifoulant sintetis yang dicampur ekstrak bakteri lamun dengan perbandingan 50% : 50% tidak dijumpai makroorganisme yang menempel. Bakteri tersebut teridentifikasi sebagai genus Virgibacillus.

Hasil penelitian ini membuka peluang pengembangan teknologi industri cat antifouling yang ramah lingkungan, meskipun jalan ke situ masih panjang dan memerlukan penelitian-penelitian lanjutan lain. Meskipun demikian, hasil penelitian ini telah menambah pengertian potensi manfaat padang lamun dan mendorong pentingnya perlindungan ekosistem ini.

sumber : http://seagrass-indonesia.oseanografi.lipi.go.id

Senin, 01 Agustus 2011

Areal kumpulan kerang mutiara di dunia

Setidaknya ada tiga kawasan yang memiliki kumpulan kerang mutiara laut dan menjadi areal pencarian mutiara alami. Mereka adalah, daerah Teluk Persia, Selat Manaar di Srilanka dan perairan Australia utara. Namun, sebaran kumpulan kerang mutiara laut mulai dari Laut Merah ke arah timur sampai ke Pasifik. Selain ketiga tempat yang terkenal, kawasan kumpulan kerang mutiara juga ditemukan ada di daerah perairan Burma, Selat Malaka, Laut Arafura, Laut Sulu sampai ke perairan Jepang, dan di negara-negara pasifik selatan. Beberapa tempat juga ditemukan di Amerika tengah dan utara seperti di Panama, kepulauan Margarita Venezuela sampai ke perairan Mexico.

Teluk Persia
Kawasan kumpulan mutiara di daerah ini telah dikenal sejak 2000 tahun sebelum masehi. Areal yang paling terkenal adalah di sekitar Bahrain. Areal ini menjadi daerah ekonomis penting bagi masyarakat sekitar sebelum adanya tambang minyak. Jenis kerang mutiara yang tersebar di kawasan ini adalah Pinctada radiata. Perbandingan mutiara yang ditemukan dan jumlah kerang mutiara yang adalah sekitar 1 : 500. Ukuran mutiara yang ditemukan biasanya kurang dari 1 grain (=50 mg), sangat jarang ditemukan mutiara dengan ukuran lebih dari 12 grain. Metode pengumpulan kerang mutiara dilakukan secara tradisional dengan melilitkan tali sebagai penahan dan mereka menyelam dengan tubuh telanjang. Diperkirakan, tradisi menyelam ini tidak memiliki banyak perubahan sejak areal kumpulan kerang mutiara ditemukan. Mereka hanya dibekali penjepit hidung dan tas tali yang digantung di lehernya. Kegiatan penyelaman ini berangsur-angsur menghilang sejak sebelum perang dunia kedua dan berakhir di tahun 1950-an. Kegiatan ini berhenti sejak ladang-ladang minyak ditemukan.

Selat Manar, Srilanka
Tempat ini dikenal kira kira 500 tahun sebelum kawasan di Teluk Persia ditemukan. Selat ini memisahkan antara Dataran India dan Srilanka. Kelompok kerang mutiara di kawasan ini adalah Pinctada radiata. Sejak zaman penjajahan Inggris kontribusi kawasan ini cukup tinggi. Metode penyelaman juga dilakukan secara tradisional dan dalam keadaan telanjang. Sayang sekali, kegiatan penyelaman ini makin berkurang apalagi sejak terjadi pemberontakan di awal tahun 1980 an.

Australia Utara & Indonesia
Kawasan ini merupakan areal tempat hidup kerang mutiara. Sepanjang pantai utara Australia, ke utara di perairan Arafura, Indonesia (Dobo) dan ke arah timur melewati Selat Torres, selat yang memisahkan Australia dan pulau Papua. Titik-titik kumpulan kerang mutiara di daerah ini ditemukan sekitar pertengahan abad ke 19 sampai awal abad ke 20. Jenis kerang pada umumnya adalah Pinctada maxima. Kawasan Dobo adalah kawasan terkenal sehingga mutiara yang dihasilkan dari daerah ini disebut mutiara Dobo. Sementara di kawasan Australia, beberapa titik merupakan areal kumpulan kerang mutiara yang banyak seperti di Shark Bay dan Thursday Island. Jumlah penyelam yang mati di kawasan ini termasuk tinggi, umumnya akibat serangan hiu.


sumber : N. Gustaf F. Mamangkey

Budidaya kerang mutiara

Sebagaimana namanya, mutiara hasil budidaya melewati serangkaian proses dengan campur tangan manusia. Walaupun sebagian besar waktu pembentukan mutiara budidaya berada di dalam kerang, namun manusia berperan penting dalam meyakinkan bahwa mutiara di dalam kerang itu terbentuk sesuai keinginannya. Sejak proses penyisipan bahkan jauh sebelum proses ini berlangsung, untuk meyakinkan bahwa mutiara budidaya terbentuk dengan baik, kerang-kerang yang layak disisip telah diseleksi dengan baik. Walaupun toh pada akhirnya, sampai saat ini, produksi mutiara hasil budidaya kelas terbaik masih sangat minim dibandingkan dengan kelas di bawahnya.

Alam menyediakan bibit kerang mutiara budidaya. Bibit kerang mutiara ini dikumpulkan dengan menggunakan perangkap-perangkap larva (kolektor) yang diletakkan di laut. Material dan model kolektor ini bervariasi. Material kolektor bisa berasal dari alam seperti sabut kelapa dan ijuk maupun buatan seperti kain dan plastik. Sementara modelnya bervariasi dari bentuk sapu sampai ke bentuk panel. Prinsipnya adalah menyediakan substrat atau tempat untuk menempel bagi larva kerang mutiara yang bermetamorfosis menjadi spat. Namun demikian, bukan hanya spat kerang mutiara saja yang menempel di koletor ini, namun bisa saja organisme lainnya. Kolektor-kolektor ini digantung pada longline atau sarana apung lainnya. Lamanya perendaman sebenarnya tergantung dari tingkat pertumbuhan spat yang mencapai ukuran yang bisa dikenal sehingga bisa dibedakan dengan spat kerang jenis lain. Secara teoritis, perendaman bisa lebih dari 2 bulan tergantung jenis kerang yang akan dibudidayakan. Kolektor kemudian dibersihkan dari jenis kerang lain dan organisme pengotor lainnya (biofouling) sehingga memungkinkan spat bertumbuh dengan leluasa.

Setelah itu, jenis yang akan dibudidayakan diambil dengan hati-hati karena kondisi mereka sangat rentan. Mengingat mereka menempel dengan bysus sehingga pengambilan spat adalah dengan memotong bysusnya bukan dengan menarik keluar spat itu dengan paksa. Mereka juga rentan terhadap perubahan suhu dan lamanya mereka terekspos di luar air. Kerang muda ini dipindahkan ke kotak panel yang memiliki ruang leluasa bagi mereka untuk bertumbuh. Lewat pemahaman ini, pengetahuan akan sebaran jenis atau spesies kerang mutiara di perairan sangat dibutuhkan sebelum memutuskan untuk membuat usaha budidaya kerang mutiara yang membutuhkan suplai bibit dari alam.

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kerang mutiara budidaya saat ini mengalami pergeseran dari mencari bibit di alam ke bibit hasil hatchery. Beberapa negara mulai mengembangkan program selektive breeding yaitu pada prinsipnya menyeleksi kerang yang memiliki karakter bagus untuk dijadikan induk. Karakter bagus dalam hal ini dititik beratkan pada melihat pertumbuhan kerang dibandingkan kerang seusianya, morfologi dari cangkang dan warna nacre (MoP) kerang. Mengingat tujuan kebanyakan budidaya komersial dari kerang mutiara adalah memproduksi mutiara bulat, sehingga bentuk morfologi sepasang cangkang yang menciptakan ruang yang besar dan leluasa pada bagian internalnya, menjadi salah satu pertimbangan untuk memproduksi anakan kerang host (kerang yang akan disisipkan inti mutiara). Sementara kerang yang memiliki warna dan kondisi MoP terbaik dijadikan sebagai induk untuk memproduksi saibo, mengingat saibo sangat menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan.

Dalam proses perbanyakan dengan sistem hatchery. Induk kerang mutiara biasanya diseleksi apabila kondisinya sudah mencapai matang gonad. Caranya adalah dengan membuka cangkang dengan shell opener dan memeriksa bagian gonad dengan terlebih dahulu mengibaskan insang yang menutupi areal bagian dalam kerang. Gonad biasanya langsung terlihat pada kerang matang gonad saat insang dikibaskan karena bagian gonad ini memakan tempat yang cukup besar dengan warnah cerah mencolok. Untuk kerang betina biasanya warna gonadnya adalah krim cerah sedangkan jantan adalah putih. Untuk membedakan gonad kedua kelamin kerang memang diperlukan latihan yang berulang-ulang mengingat kadangkala warna gonad jantan terlihat menyerupai warna betina, atau sebaliknya.


sumber : N. Gustaf F. Mamangkey