Senin, 27 Desember 2010

LESTARIKAN TERUMBU KARANG INDONESIA

Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Biasanya tumbuh di dekat pantai di daerah tropis dengan temperatur sekitar 21-300C. Beberapa tempat tumbuhnya terumbu karang adalah pantai timur Afrika, pantai selatan India, Laut Merah, lepas pantai timur laut dan baratl laut Australia hingga ke Polynesia. Terumbu karang juga terdapat di pantai Florida, Karibia dan Brasil. Terumbu karang terbesar adalah Great Barier Reef di lepas pantai timur laut Australia dengan panjang sekitar 2000 km. Terumbu karang merupakan sumber makanan dan obat-obatan dan melindungi pantai dari erosi akibat gelombang laut.

Terumbu karang memberikan perlindungan bagi hewan-hewan dalam habitatnya termasuk sponge, ikan (kerapu, hiu karang, clown fish, belut laut, dll), ubur-ubur, bintang laut, udang-udangan, kura-kura, ular laut, siput laut, c umi-cumi atau gurita, termasuk juga burung-burung laut yang sumber makanannya berada di sekitar ekosistem terumbu karang.


Terumbu Karang Bunaken


Ada dua jenis terumbu karang yaitu terumbu karang keras (hard coral) dan terumbu karang lunak (soft coral). Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atoll.

Terumbu karang ditemukan di sekitar 100 negara dan merupakan rumah tinggal bagi 25% habitat laut. Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat rentan di dunia. Dalam beberapa dekade terakhir sekitar 35 juta hektar terumbu karang di 93 negara mengalami kerusakan. Ketika terumbu karang mengalami stres akibat temperatur air laut yang meningkat, sinar ultraviolet dan perubahan lingkungan lainnya, maka ia akan kehilangan sel alga simbiotiknya. Akibatnya warnanya akan berubah menjadi putih dan jika tingkat stresnya sangat tinggi dapat menyebabkan terumbu karang tersebut mati.

Jika laju kerusakan terumbu karang tidak menurun, maka diperkirakan pada beberapa dekade ke depan sekitar 70% terumbu karang dunia akan mengalami kehancuran. Kenaikan temperatur air laut sebesar 1 hingga 20C dapat menyebabkan terumbu karang menjadi stres dan menghilangkan organisme mikroskopis yang bernama zooxanthellae yang merupakan pewarna jaringan dan penyedia nutrient dasar. Jika zooxanthellae tidak kembali, maka terumbu karang tersebut akan mati.

Selama 100 tahun terakhir, paras muka air laut naik 1 meter, suhu permukaan bumi naik 10C. Dunia kian dipadati manusia, lebih dari enam-setengah miliar jiwa. Perjuangan memenuhi kebutuhan hidup kian ganas. Industri wahana modernisani kian meluas dan kian rakus. Maka polusi pun kian kejam, khususnya ketika CO2 mengangkasa lalu merangsang tumbuhnya kubah raksasa yaitu efek rumahkaca, hingga pemanasan global (global warming) pun kian melelehkan es kedua kutub bumi. Maka menjadi tidak aneh ketika ribuan pakar dunia mengabarkan betapa cepatnya paras permukaan air laut naik. Menurut beberapa ahli pakar dunia mengatakan bahwa setiap kenaikan temperatur bumi 100C, permukaan air laut naik 1 meter. Faktanya, selama 100 tahun terakhir, paras muka air laut telah naik 1 meter. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka bukan tidak mungkin pada tahun 2030-an sekitar 2000 pulau milik Indonesia tenggelam.

Pemanasan global yang saat ini terjadi bukan hanya mengancam kehidupan manusia di atas permukaan tanah namun juga mengancam ekosistem terumbu karang di bawah laut. Pada peristiwa El Nino tahun 1997/1998, suhu permukaan air laut naik secara tiba-tiba, menyebabkan terjadinya pemutihan karang secara massal dan mematikan sekitar 16% terumbu karang di seluruh dunia. Sebagian besar diantaranya adalah terumbu karang yang berumur ratusan bahkan ribuan tahun.

Indonesia sebagai negara yang memiliki hutan cukup luas di dunia, sangat memainkan peran penting untuk bisa menjaga paru-paru dunia. Sejauh ini hutan di percaya sebagai paru-paru dunia yang dapat mengikat emisi karbon yang di lepas ke udara oleh pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, asap rokok dan banyak lagi sumber-sumber emisi karbon lainnya, sehingga dapat mengurangi dampak pemanasan global. Namun sesungguhnya Indonesia yang 2/3 wilayahnya adalah lautan, juga memiliki fungsi dan peran cukup besar dalam mengikat emisi karbon bahkan dua kali lipat dari kapasitas hutan. Emisi karbon yang sampai ke laut, diserap oleh phytoplankton yang jumlahnya sangat banyak dilautan dan kemudian ditenggelamkan ke dasar laut atau diubah menjadi sumber energi ketika phytoplankton tersebut dimakan oleh ikan dan biota laut lainya.

Indonesia merupakan negara pengekspor karang hidup terbesar dunia. Tercatat 200 ribu karang pada 2002 sampai 800 ribu karang pada 2005 telah di ekspor dari Indonesia. Sementara sumbangan produksi terumbu karang Indonesia di sektor perikanan mencapai US$ 600 juta per tahun. Ini karena Indonesia terletak dalam jantung kawasan segitiga karang dunia (heart of global coral triangle). Lokasi ini menjadikan Indonesia memiliki jumlah jenis karang terbesar di dunia dari sekitar 700 jenis karang di dunia, 590 diantaranya ada di Indonesia. Disisi lain coral triangle memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. lebih dari 120 juta orang hidupnya bergantung pada terumbu karang dan perikanan di kawasan tersebut. Coral triangle yang meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon ini, merupakan kawasan yang memiliki keanakaragaman hayati laut tertinggi di dunia khususnya terumbu karang.

Namun, pemanasan global juga membawa ancaman terhadap terumbu karang Indonesia, yang merupakan jantung kawasan segitiga karang dunia. Dampak dari naiknya suhu dan permukaan air laut yang terjadi pada akhir-akhir ini telah mengakibatkan 30% terumbu karang yang ada di Indonesia telah mengalami bleaching (pemutihan). Jika luas total terumbu karang yang ada di Indonesia 51.020 km2, terumbu karang yang mengalami pemutihan akibat pamanasan global ini sedikitnya telah mencapai 15.306 km2. Kondisi ini juga akan memberikan implikasi pada sosial ekonomi masyarakat sekitar dan pariwisata bahari.

Naiknya suhu dan permukaan air laut adalah dua kendala yang menjadi penyebab utama kerusakan dan kepunahan terumbu karang. Kedua kendala tersebut juga memberikan dampak serius pada ekologi samudera dan yang paling penting terumbu karang yang merupakan tempat tinggal berbagai macam mahluk hidup samudera. Hewan karang akan menjadi stres apabila terjadi kenaikan suhu lebih dari 2-30 celcius di atas suhu air laut normal. Pada saat stress, pigmen warna (Alga bersel satu atau zooxanthellae) yang melekat pada tubuhnya akan pergi ataupun mati sehingga menyebabkan terjadinya bleaching (pemutihan). Sebanyak 70-80 persen karang menggantungkan makanan pada alga tersebut, jadi mereka akan mengalami kelaparan ataupun kematian. Bila karang memutih atau mati, rantai makanan akan terputus yang berdampak pada ketersediaan ikan dilaut dan ekosistem laut.

Terumbu karang dapat mengurangi dampak dari pemanasan global. Terumbu karang dengan kondisi yang baik memiliki fungsi yang cukup luas, yaitu: memecah ombak dan mengurangi erosi; tempat cadangan deposisi kapur yang mengandung carbon; sebagai tempat berkembang-biak, mencari makan dan berlindung bagi ikan dan biota laut lainnya. Terumbu karang juga berfungsi mengurangi karbon yang lepas ke atmosfer sehingga dapat mengurangi kerusakan ozon. Tetapi pada terumbu karang dengan kondisi jelek terjadi pengurangan kapur yang mengakibatkan turunnya permukan terumbu karang. Sehingga gelombang laut tidak dapat lagi di pecah oleh terumbu karang yang letaknya menjadi jauh dibawah permukanan laut. Lambat laut, gempuran gelombang laut mengerus dataran rendah menjadi laut.

Salah satu usaha menghadapi ancaman pemanasan global adalah menjaga dan memelihara terumbu karang. Imam Bachtiar, salah seorang pemerhati terumbu karang sudah sering kali mengingatkan “Jika anda tidak memelihara terumbu karang di wilayah pesisir anda, cucu anda tidak dapat mewarisi tanah dan rumah anda sekarang, karena 100 tahun lagi akan menjadi laut. Akankah kita berdiam diri hingga prediksi ini benar-benar terjadi?”

Para pemerhati lingkungan juga melontarkan berbagai gagasan, ide dan saran kepada pengambil kebijakan untuk menjaga kondisi terumbu karang agar dapat berfungsi dengan baik. Salah satunya ajakan untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan Friends of the Reef (FoR) di beberapa lokasi di Asia Pasifik. Misi utama FoR adalah mengasilkan stategi untuk meningkatkan daya tahan dan daya lenting terumbu karang agar mampu menghadapi ancaman pemanasan global.

Baru-baru ini Presiden Republik Indonesia mengadakan pertemuan di Sydney dan telah mengumumkan sekaligus mengajak negara-negara di dunia, khususnya di kawasan Asia Pasifik untuk menjaga dan melindungi kawasan segitiga karang dunia yang dikenal dengan nama Coral Triangle. Indonesia bersama lima negara lainnya yaitu Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon mengumumkan sebuah inisiatif perlindungan terumbu karang yang di sebut Coral Triangle Initiative (CTI). Inisiatif ini mendapat kesan positif dari negara- negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia.

Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati laut, terutama terumbu karang melalui CTI sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan upaya mengurangi kemiskinan. Jika terumbu karang terjaga baik, maka sumber perikanan juga akan terus memberikan pasokan makanan bagi manusia.

Salah satu institusi yang mengembangkan program pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang adalah COREMAP yang menyampaikan informasi yang berimbang mengenai kondisi terumbu karang di Indonesia. Kemudian penggunaan slogan atau moto dalam program pengelolaan terumbu karang juga perlu mendapat perhatian khusus. Menjaga kelestarian terumbu karang bukan hanya menjadi tanggung jawab nelayan saja melainkan seluruh umat manusia di bumi ini.

Seharusnya mulai sejak sekarang kita peduli terhadap terumbu karang. Dengan menanamkan pendidikan kepada masyarakat luas (terutama yang tinggal di sepanjang garis pantai) mengenai fenomena ini melalui beberapa media seperti leaflet, booklet dan berbagai media komunikasi cetak lainnya perlu disebarkan ke masyarakat, termasuk melalui media eletronik, radio dan televisi. Kemudian adanya penegakan hukum dan partisipasi pesisir dalam menjaga keutuhan wilayah pesisir yang salah satunya dengan mengawasi dan menjaga aktifitas penambangan liar di daerah pesisir yang harus segera dihentikan. Dan yang paling penting untuk mengurangi dampak dari pemanasan global dengan kampanye tentang gas emisi dari macam-macam sumber yang ikut memperburuk kondisi ozon.

Mengupayakan kelestarian, perlindungan dan peningkatan kondisi ekosistem terumbu karang, terutama bagi kepentingan masyarakat yang kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada pemanfaatan ekosistem tersebut. Meningkatakan hubungan kerjasama antar institusi untuk dapat menyusun dan melaksanakan program-progam pengelolaan ekosistem terumbu karang berdasarkan keseimbangan dalam pemanfaatan sumber daya alam. Manyusun tata ruang dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk mempertahankan kelestarian ekosistem terumbu karang dan kelastarian fungsi ekologis terumbu karang. Dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian, sistem informasi, pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan terumbu karang dengan meningkatkan peran sektor swasta dan kerjasama internasional merupakan kebijakan umum dalam pengelolaan terumbu karang di Indonesia.


sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

Jumat, 03 Desember 2010

Ilmuwan Temukan Dua Spesies Baru

Para ilmuwan dari Prancis berhasil mengungkap keanekaragaman hayati yang tersembunyi di wilayah timur Papua. Para ilmuwan menemukan dua spesies baru, ikan tanpa mata dan katak yang menggendong anak-anaknya di punggungnya.

Kedua jenis spesies itu terkuak setelah para ilmuwan dari Institut Penelitian dan Pengembangan (IRD) di Montpellier, Prancis selatan, melakukan penelitian di gua-gua, sungai bawah tanah, dan hutan belantara di pedalaman Lengguru, Papua. "Semua temuan ini ditemukan di tempat yang sama. Daerah ini sangat sulit diakses, tapi memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya," kata ilmuwan IRD Laurent Pouyaud.

Selama tujuh minggu, tim termasuk ahli biologi, ahli paleon-tologi, dan arkeolog menjelajahi labirin batu kapur yang luas di mana spesies berevolusi secara terpisah selama jutaan tahun. Dalam salah satu gua yang sebelumnya tak dikenal, mereka menemukan spesies baru, ikan tanpa mata atau pigmentasi. "Ikan ini merupakan yang pertama dalam pengetahuan Iata." ujarnya.

Selain kedua jenis spesies baru tersebut, tim arkeologi juga menemukan lukisan gua dan alat-alat yang terbuat dari kuht kerangyang memberi bukti migrasi kuno dari Asia ke benua Australia sekitar 40.000 tahun silam.

Penelitian ini merupakan "langkah pertama" dari proyek berkelanjutan. Program tersebut bekerja sama dengan Kementeri-an Kelautan dan Perikanan Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Keanekaragaman hayati Papua terancam oleh rencana perluasan perkebunan dan operasi pertambangan di daerah itu," kata Pouyaud.

Penemuan ikan tanpamatadan katak yang menggendong anak-anaknya menambah panjang daftar keanekaragaman hayati di provinsi paling timur Indonesia tersebut. Sebuah ekspedisi ilmiah sebelum ini menemukan sejumlah spesies baru di Pegunungan Fo ja, di Pulau Guinea Baru, Papua. Di antaranya katak (Litoria sp nov) mirip Pinokio. Katak ini memiliki benjolan panjang pada hidung yang menunjuk ke atas bila ada ajakan dari jenis jantan serta me-ngempis dan mengarah ke bawah bila aktivitasnya berkurang.

Spesies baru lainnya yang ditemukan adalah tikus besar ber-bulu,tokek bermata kuning berjari bengkok, merpati kaisar, walabi kerdil (Dorcopsulus (p nov) merupakan anggota kanguru terkecil di dunia, serta seekor kanguru pohon ber jubah emas yang sudah sangat langka penampakannya.

Kepala Komunikasi Conservation International (CI) Elshinta S-Marsden menyebutkan, tim peneliti merupakan kolaborasi ilmuwan dari dalam dan luar negeri yang berperan serta pada Conservation Interna tionals Rapid Assessment Program (RAP) termasuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada 2008.

Mengenai ikan tanpa mata, pada Juli lalu para peneliti dari Universitas Maryland, Amerika Serikat, menemukan ikan air tawar tanpa mata yang hidup di gua-gua. Ikan tersebut diberi nama Tetra Meksiko. Ikan tersebut mampu bergerak tanpa bertabrakankarena dilengkapi optik primordium atau cikal bakal mata yang berbentuk embrio. Tetapi hal tersebut mengalami degenerasi dan dengan cepat ditumbuhi kulit setelah menjadi larva.




Sumber : Harian Seputar Indonesia

Senin, 29 November 2010

Pohon Api-api (Avicennia marina)

Pohon api-api (Avicennia marina) telah dimasukkan dalam suku tersendiri yaitu Avicenniaceae, setelah sebelumnya dimasukkan dalam suku Verbenaceae, karena Avicennia memiliki perbedaan mendasar dalam bentuk organ reproduksi dan cara berkembang biak dengan anggota suku Verbenaceae lainnya (Tomlinson, 1996).
Pohon api-api (Avicennia marina) memiliki akar napas (pneumatofore) yang merupakan akar percabangan yang tumbuh dengan jarak teratur secara vertikal dari akar horizontal yang terbenam di dalam tanah. Reproduksinya bersifat kryptovivipary, yaitu biji tumbuh keluar dari kulit biji saat masih menggantung pada tanaman induk, tetapi tidak tumbuh keluar menembus buah sebelum biji jatuh ke tanah. Buah berbentuk seperti mangga, ujung buah tumpul dan panjang 1 cm, daun berbentuk ellips dengan ujung tumpul dan panjang daun sekitar 7 cm, lebar daun 3-4 cm, permukaan atas daun berwarna hijau mengkilat dan permukaan bawah berWarna hijau abu-abu dan suram.
dalam banyak penelitian di Cilacap menunjukkan Bahwa pohon bakau (Rhizophora mucronata) dapat mengakumulasi tembaga (Cu), mangan (Mn), dan seng (Zn). Banus,1977 juga mengungkapkan bahwa hipokotil pohon bakau (Rhizophora mucronata) dapat mengakumulasi tembaga (Cu), besi (Fe), dan seng (Zn).Kemampuan vegetasi mangrove dalam mengakumulasi logam berat dapat dijadikan alternatif perlindungan perairan estuari Pantai Timur Surabaya terhadap pencemaran logam berat. Tumbuhan yang hidup di daerah tercemar memiliki mekanisme pe-nyesuaian yang membuat polutan menjadi nonaktif dan disimpan di dalam jaringan tua sehingga tidak membahayakan pertumbuhan dan kehidupan tumbuhan. Polutan tersebut akan memberi pengaruh jika dikeluarkan melalui metabolisme jaringan atau jika tumbuhan tersebut dikonsumsi. Pemberian polutan dapat merangsang kemampuannya untuk bertahan pada tingkat yang lebih toksik (Bryan and Hummerstone, 1971 dalam Wilson, 1988).
Mangrove yang tumbuh di muara sungai merupakan tempat penampungan terakhir bagi limbah-limbah yang terbawa aliran sungai, terutama jika jumlah limbah yang masuk ke lingkungan estuari melebihi kemampuan pemurnian alami oleh badan air (Mastaller, 1996).
Tumbuhan memiliki kemampuan untuk menyerap ion-ion dari lingkungannya ke dalam tubuh melalui membran sel. Dua sifat penyerapan ion oleh tumbuhan adalah:
1) faktor konsentrasi; kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi ion sampai tingkat konsentrasi tertentu, bahkan dapat mencapai beberapa tingkat lebih besar dari konsentrasi ion di dalam mediumnya,
2) perbedaan kuantitatif akan kebutuhan hara yang berbeda pada tiap jenis tumbuhan.
Sel-sel akar tumbuhan umumnya mengandung konsentrasi ion yang lebih tinggi daripada medium di sekitarnya. Sejumlah besar eksperimen menunjukkan adanya hubungan antara laju pengambilan ion dengan konsentrasi ion yang menyerupai hubungan antara laju reaksi yang dihantarkan enzim dengan konsentrasi substratnya. Analogi ini menunjukkan adanya barier khusus dalam membran sel yang hanya sesuai untuk suatu ion tertentu dan dapat menyerap ion tersebut, sehingga pada konsentrasi substrat yang tinggi semua barier berperan pada laju maksimum hingga mencapai laju pengambilan jenuh (Fitter, 1982).
Tembaga (Cu) dalam konsentrasi tinggi atau rendah bersifat sangat toksik bagi tumbuhan jika berada sebagai satu-satunya unsur dalam larutan. Sebagai fungisida tembaga (Cu) digunakan dalam bentuk serbuk dan spray. Tembaga (Cu) juga dibutuhkan oleh beberapa jenis tumbuhan sebagai elemen mikro yang berperan dalam proses respirasi (Fitter, 1982).
Kadmium (Cd) termasuk dalam elemen stimulator tumbuhan pada bagian tertentu. Elemen ini secara tidak langsung menguntungkan pertumbuhan tumbuhan melalui peningkatan kemampuan elemen tertentu, melalui penurunan konsentrasi substansi toksik atau dengan menjaga keseimbangan ion-ion dalam media pertumbuhan (Fitter, 1982).
Menurut Fitter, 1982, mekanisme yang mungkin dilakukan oleh tumbuhan untuk menghadapi konsentrasi toksik adalah:
(a). Penanggulangan (ameliorasi); untuk meminimumkan pengaruh toksin terdapat empat pendekatan:
1.) lokalisasi (intraseluler atau ekstraseluler); biasanya pada organ akar
2.) ekskresi; secara aktif melalui kelenjar pada tajuk atau secara pasif melalui akumulasi pada daun-daun tua yang diikuti dengan pengguguran daun,
3.) dilusi (melemahkan); melalui pengenceran,
4.) inaktivasi secara kimia
Mekanisme pembentukan kompleks logam sering dijumpai pada tumbuhan, seperti pada tembaga (Cu) yang biasanya mengalami translokasi pembentukan kelat dengan asam-asam poliamino-polikarboksilik (Tiffin, 1972 dalam Fitter, 1982).
(b). toleransi; tumbuhan mengembangkan sistem metabolik yang dapat berfungsi pada konsentrasi toksik
Jenis-jenis tumbuhan yang mampu bertahan terhadap ion-ion toksik memiliki mekanisme berlapis (multilayered). Lazimnya adaptasi terhadap logam berat melibatkan diferensiasi ekotipe yaitu evolusi dari genotip-genotip yang beradaptasi (Fitter, 1982).



sumber: http://www.terranet.or.id

vivipar, ovovivipar dan ovipar

Sehubungan dengan pemijahan, dikenal ada tiga macam ikan yaitu vivipar, ovovivipar dan ovipar. Ikan vivipar dan ovovivipar ialah ikan yang melahirkan anak-anaknya sedangkan ikan ovivar ialah ikan yang mengeluarkan telur pada waktu terjadi pemijahan. Perbedaan antara ikan vivipar dengan ikan ovovivipar terletak pada perkembangan telur yang dikandung dan keadaan anak-anaknya pada waktu dilahirkan.

Ikan vivipar dan ovovivipar biasanya berfekunditas kecil dan keturunannya mendapat semacam jaminan atau keyakinan dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupya dengan aman. Sedangkan pada ikan ovipar biasanya berfekunditas besar atau jumlah telur yang dikeluarkannya besar disebabkan untuk mengimbangi tekanan keadaan sekelilingnya dari hal yang tidak lazim terutama dari serangan predator. Hal ini menunjukkan bahwa ikan vivipar dan ovovivipar lebih modern daripada ikan ovipar dalam mempertahankan eksistensi spesies. Dalam proses biologisnya yaitu pada waktu terjadi pemijahan, ikan ovipar lebih banyak mengeluarkan energi dari pada ikan vivipar dan ovovivipar.



Sumber : M. Ichsan Effendie

Jumat, 26 November 2010

Ikan Gabus Bahan Dasar Pempek Sudah Dapat Dibudidayakan

Siapa yang tidak kenal dengan Pempek. Makanan khas Sumatera Selatan yang sangat terkenal. Tidak lengkap rasanya berkunjung ke Palembang, ibukota Sumatera Selatan, jika pulang tidak membawa oleh-oleh pempek. Pempek sebenarnya bahan dasarnya adalah segala jenis ikan yang kemudidan digiling halus untuk dijadikan adonan. Bahan dasarnya yang sering digunakan adalah ikan belida. Namun dengan semakin menipisnya stok belida di pasaran maka sekarang para pembuat pempek beralih ke ikan gabus. Pertimbangannya karena ikan gabus masih dapat ditemui di pasaran, dagingnya putih bersih dan rasanya enak. Jadi tidaklah salah kalau kemudian ikan gabus menjadi pengganti ikan belida sebagai bahan dasar dalam pembuatan pempek.

Ikan gabus sendiri adalah ikan asli dari perairan Indonesia yang sering terdapat di sungai, rawa-rawa, waduk dan perairan lainnya yang airnya relatif tenang. Ikan gabus sebetulny sangat meresahkan para pembudidaya ikan karena ia termasuk dalam kategori ikan predator atau pemakan ikan lainnya. Namun seiring dengan semakin banyaknya permintaan akan ikan gabus maka mulai banyak dikembangkan oleh para pembudidaya terutama didaerah kalimantan yang notabene perairannya sangat cocok untuk budidaya ikan gabus ini.

Secara morfologi ikan gabus adalah ikan air tawar yang cukup besar, tenang tapi lincah dan memiliki pertumbuhan yang dapat mencapai panjang 1 m. Kepalanya besar gepeng menyerupai ular dan memiliki sisik-sisik besar di atas kepala dengan tubuh bulatgilig memanjang. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya dan mempunyai 4-5 sisik diantara gurat sisi dan bagian jari-jari sirip punggung bagian depan. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor– berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal yang agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar, tajam dan tidak ada gigi bentuk taring pada vomer dan palatine. Ikan gabus memiliki bentuk ekor Diphycercal.

Ikan gabus memiliki banyak nama lain, yaitu aruan, haruan, kocolan, bogo, bayong, bogo, licingan, kutuk, dan lain-lain. Secara taksonomi ikan gabus masuk dalam famili chanidae. Berikut lengkapnya :

* Kerajaan : Animalia
* Filum : Chordata
* Kelas : Actinopterygii
* Ordo : Perciformes
* Famili : Channidae
* Genus : Channa
* Spesies : C. striata

Teknik budidaya ikan gabus sendiri tidaklah sulit. Balai Besar Budidaya Air tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan telah berhasil membudidayakan ikan gabus yang disana dikenal dengan nama ikan haruan. Pertama yang harus dilakukan adalah menyediakan induk jantan yang sudah berbobot 1 kg dan induk betina. Pemijahan dilakukan di bak beton dengan ukuran 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m kemudidan keringkan air selama 3 – 4 hari. Setelah dikeringkan 3 – 4 hari masukkan air setinggi 50 cm dan biarkan airnya mengalir selama waktu pemijahan. Masukkan enceng gondok hingga menutupi sebagian permukaan bak untuk merangsang pemijahan. Kemudian masukkan induk jantan dan betina sebanyak masing-masing 30 ekor dan biarkan terjadi pemijahan. Lakukan pengontrolan setiap hari untuk mengetahui apakah telah terjadi pemijahan atau belum. Pemijahan telah terjadi jika ada telur yang mengapung di permukaan. Ambil telur menggunakan skupnet halus. Penetasan telur dilakukan di akuarium dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Keringkan air dalam bak beton selama 2 hari kemudian isi air setinggi 40 cm. Pasang duah buah aerasi dan selalu hidupkan selama pemijahan. Pasang juga pemanas air hingga bersuhu 28 derajat celcius. Telur dimasukkan dengan kepadatan 4 – 6 butir/cm. Telur akan menetas selama 24 jam. Larva mulai diberi pakan berupa nauplii artemia ketika telah berumur 2 hari dengan frekuensi 3 kali sehari. Setelah umur 5 hari diberikan pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari. Penyiponan dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kualitas air. Pendederan dilakukan di kolam tanah denga ukuran 200 m2. Keringkan kolam selama 4 – 5 hari. Buat kemalir dengan ukuran lebar 40 cm dan tinggi 10 cm. Ratakan dasar kolam dan diberi kotoran ayam. Isi air setinggi 40 cm dan biarkan selama 5 hari. Kemudian tebarkan larva sebanyak 4000 ekor pada pagi hari. Untuk mengetahui lebih lengkapnya tentang cara budidaya ikan gabus dapat berkonsultasi dengan Balai Besar Budidaya Air Tawar Mandiangin Kalimantan Selatan yang alamat kontaknya dapat dilihat di halaman ”UPT” pada website ini.

Pengembangan budidaya ikan gabus ini sangat menjanjikan karena selain untuk memenuhi permintaan warung-warung makan dan konsumsi rumah tangga, ikan ini sekarang sudah mulai dijadikan bahan dasar dalam pembuatan pempek palembang yang sangat terkenal itu dikarenakan ikan belida yang selama ini menjadi bahan dasar pembuatan pempek sudah mulai berkurang. Permintaan ikan gabus akan meningkat dengan telah tersedia pasar untuk menjual ikan gabus ini.

sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

Rabu, 24 November 2010

Mangrove

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman mangrove tinggi, merupakan tipe hutan khas yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang memenuhi beberapa kriteria.Dari 15,9 juta ha luas hutan mangrove dunia, sekitar 3,7 juta ha atau 24%-nya berada di Indonesia. Sehingga Indonesia merupakan tempat komunitas mangrove terluas di Dunia. Hutan mangrove seringkali disebut hutan bakau, dan hutan payau. Istilah bakau umum digunakan di Indonesia karena sebagian besar hutan mangrove ditumbuhi oleh jenis bakau, bako, tinjang (Rhizophora mucronata) sehingga beberapa orang menafsirkan semua hutan mangrove adalah terdiri dari hutan bakau namun sebenarnya hutan bakau/mangrove yang umum digunakan itu terdiri dari berbagai macam jenis bila diantaranya Avicennia marina, A. alba, Bruguiera gymnorhiza, B. cylindrica Rhizophora mucronata, R. apiculata, R, stylosa, Sonneratia alba, S. caseolaris

Habitat
Hutan mangrove adalah suatu formasi hutan yang tumbuh pada tanah lumpur aluvial beberapa kriteria daerah tumbuhnya mangrove antara lain : 1). Topografi pantai yang relatif landai dengan kemiringan 0 – 3o, sehingga pantai relatif terlindung dari ombak yang besar dan angin
2). Terdapat suplai air tawar dan air laut
3). Terpengaruh arus pasang surut
4). Suhu terendah 25oC dan tertinggi 30oC (kisaran fluktuasi tidak lebih dari 5oC)
5). Daerah tropik atau subtropik
Yang paling menarik dari ekosistem ini adalah cara adaptasi organ-organ tubuhya terhadap kondisi lingkungan yang bersalinitas tinggi, dan selalu tergenang air. Untuk Avicennia marina, menggunakan akar yang menjulang dari tanah keatas (pneumatophora) sehingga saat pasang suplai oksigen
selalu terpenuhi, disamping itu organ batang memiliki lenti sel sepanjang tubuhnya yang berfungsi mengekskresikan garam dan sirkulasi udara. Untuk Rhizophora selain akar yang menggantung penyaring NaCl ia memiliki daun berlapis daging yang tebal untuk menyimpan banyak air Selain itu juga akar-akar mereka mampu menahan sedimen sehingga terjadi penambahan lahan kearah laut.
Kondisi ini menciptakan mangrove memiliki lingkungan yang khas dibatasi oleh salinitas, pasang surut, suhu dan
Oleh karenanya sebagian besar hewan laut tidak dapat mentolerir lingkungan mangrove karena : cepat mengering, kebanyakan tidak dapat benafas di udara, kebanyakan makan makanan dari air, sebagian besar mengeluarkan sperma, sel telur, dan larvae ke air laut sehingga kondisi lingkungan ini membuat sebagian saja satwa yang mempu beradaptasi dapat hidup, diatanra heawan yang paling banyak dijumpai di perairan/ekosistem mangrove adalah kepiting dan keong, karena hewan-hewan ini memiliki : eksoskeleton untuk menurangi air yang keluar, dapat bernafas diudara, sebagian besar makan dari mikroorganisme dan materi organik, dapat memanjat pohon untuk mencari makan, sistem fertilisasi internal dan melindungi anaknya dalam kapsul.
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang produktif, dari penelitian di
Amerika (Everglass, Florida) mensuplai 7 ton seresah mangrove/ha/tahun, penelitian lainnya yang menyatakan kuantitatif jumlah jatuhan seresah
Dinamika
Disini akan dijelaskan beberapa proses pengubahan daun mangrove menjadi nutrisi,massa bagian diatas tanah hutan mangrove yang tidak terganggu di Asia Tenggara dan Australia bekisar antara 100-250 t/ha (Ong et.al.1980)Produksi total serasah (daun, cabang, bunga, bijidllyang gugur kelantai hutan) yang dihasilkan hutan mangrove 7-14t/ha/th, sama atau l ebih tinggi dari yang dihasilkan hutan dataran rendah(Sukardjo&Yamada, 1992), produktivitasnya sama dengan hutan pionner yang masih muda.
Kira-kira 10% produksi daun mangrove dikonsumsi dalam bentuk daun segar oleh hewan herbivora, sisanya masuk kedalam ekosistem dalam bentuk detritus, sebgai misal adalah hutan mangrove di Prapat agung Bali Barat yang menggugurkan daunnya dimusim kering tapi lantai hutannya tidak tertutup
daun karena serasah yang jatuh kelantai hutan dimakan dan dibawah masuk kedalam liang oleh kepiting yang sangat banyak dijumpai.Lebih dari 90% daun mangrove dimakan atau ditimbun oleh kepiting dalam waktu 3 minggu sejak gugur dan memasuki sistem lagi sebagai eksresi detritus yang diperkaya dengan fungi, bakteri dan dengan yang tumbuh didalamnya.
Jika kepiting ditiadakan maka proses dekomposisi daun dapat memakan waktu 6 minggu.
Dalam aliran energi di Mangrove daun memegang peranan penting karena ia merupakan sumber nutrisi sebagai awal rantai makanan.Serasah yang jatuh di lantai mangrove mengalamai proses dekomposisi baik secara fisik maupun biologis, secara fisik daun mengalami pengopyokan oleh arus air laut, paparan sinar matahari, penggenangan secara periodik, dan dimamah oleh kepiting. Secara biologis Serasah ini kemudian mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendegradasi jaringan daun. Teridentifikasi beberapa jenis Mikrobia degradasi satu diantaranya Aspergillus niger, yang memiliki selulose. Juga terdapat jenis fungi Cirrenalia macrocephala. Disamping di degradasi secara biologis serasah juga mengalami proses fisik seperti pengikisan oleh angin atau pergerakan gelombang air, proses dekomposisi ini menghancurkan daun secara bertahap sehingga strukturnya tidak lagi dikenali dan molekul-molekul organik diuraikan menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana seperti karbon dioksida, air dan komponen mineral.

Daun tersusun dari 61% berat kering bebas abu sebagai protein, daun gugur proteinnya sekitar 3,1%, sedangkan yang terdekomposisi menjadi partikulat detritus mengalami peningkatan kandungan protein mencapai 22%. Detritus inilah yang menjadi sumber makanan bernutrisi tinggi untuk berbagai jenis satwa.
kemudian serasah terurai menjadi bagian yang lebih kecil (detritus) menurut penelitian daun yang telah terurai ini mengandung vitamin B12, detritus ini kemudian dimakan oleh jasad renik seperti zooplankton, udang, kepiting,ikan kecil (kebanyakan hewan ini memiliki nilai
ekonomis tinggi seperti fase juvenil udang, kepiting) yang selanjutnya hewan kecil ini akan dimakan oleh karnivora terutama ikan.
Detritus mangrove juga dimanfaatkan oleh hewan lain seperti kerang (Anadara granusa), (Oyster crassostrea), Udang ( Acetes) yang dapat digunakan sebagai terasi, Kepiting renang (Scylla serrata) dan banyak ikan seperti Mugil spp, bandeng (Chanos chanos) dan Lates calcaciter.
Sebagai detritus ini sangat penting dalam produktivitas mangrove sayangnya, hutan alami yang ada jauh lebih sedikit daripada kemampuannya untuk memberikan fungsi ini.

Fungsi Mangrove
Semisal laut adalah pohon yang besar maka mangrove adalah akar yang menyediakan bahan makanan, bagi tumbuh suburnya pohon laut.
Peranan mangrove sebagai pendukung lingkungan salah satu yang terpenting adalah produksi jatuhan seresah yang melimpah, daun yang jatuh mengalami beberapa proses sebelum dimanfaatkan oleh biota.


NURSERY GROUND
80 % ikan bernilai ekonomis seperti belanak (Mugil sp), ikan bas bergaris (Roccus saxatilis)ikan, sejenis ikan sebelah (Platichthys flexus) mengambil keuntungan dari kondisi lingkungan mangrove yang dapat digambarkan sebagai daerah yang produktivitasnya tinggi , karena memperoleh energi berupa zat-zat makanan yang terbawa pasang surut air, berdasarkan analisis isi lambung, jenis-jenis ikan yang tertangkap dominan dapat digolongkan dalam kelompok ikan karnivora dan omnivora dan dari segi analisis ini juga diketahui larva ikan dan udang mendominasi isi lambung, hal ini memberikan keterangan bahwa daerah mangrove merupakan tempat berteduh dan mencari makan bagi udang muda dan ikan muda (juvenil), sehingga hutan mangrove disebut “Nursery ground” dan “ feeding ground” (sebagian besar ikan ini memasuki estuari sebagai juvenil dan bermigrasi kembali ke laut ketika menginjak dewasa).selain itu daerah ini langkah akan pemangsa
Selain banyak sumber makanan yang disediakan oleh ekosistem mangrove, lingkungan mangrove juga melakukan seleksi terhadap biota yang hidup dalam ekosistem, karena ekosistemnya memiliki sifak fisik yang menuntut setiap biota untuk beradaptasi terhadap pola tersebut,Kepiting dewasa misalnya mampu hidup pada salinitas rendah karena pengaturan osmosis telah berkembang, tetapi telur-telur dan kepiting muda tidak mempunyai pengaturan osmosis. Karena itu banyak kepiting yang memperlihatkan pola migrasi yang spesifik, bergerak dari estuari ke laut yang berdekatan untuk memijah dan menghabiskan masa awal kehidupan larvanya, kemudian menuju keperairan dengan salinitas rendah untuk mendapatkan suplai makanan, Diperairan mangrove yang masih alami orang dapat memanfaatkan bibit udang untuk dipelihara sebagai benur untuk tambak intensif

AKUMULATOR LOGAM BERAT
Tumbuhan mangrove, secara umum tumbuh pada lingkungan muara yang merupakan daerah penumpukkan sedimen yang berasal dari sungai, memiliki kemampuan untuk menyerap dan memanfaatkan logam berat yang terbawa dalam sedimen sebagai sumber hara yang dibutuhkan untuk melakukan proses-proses metabolisme,
Sebagai misal kita akan melihat kemampuan akumulasi jenis Rhizophora mucronata di Daerah muara sungai Wonorejo.

Tingginya kandungan logam berat di bagian akar pada mangrove menunjukkan adanya usaha untuk melokalisasi materi
masuk dalam tubuh kebagian yang lebih kebal terhadap pengaruh materi toksik, sehingga tidak mempengaruhi bagian tubuh yang rawan terhadap racun. Keberadaan mangrove pada tiap perairan daerah urban akan dapat mampu mengurangi besarnya pencemaran logamberat yang banyak terjadi di Kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang dan Jakarta.

METROPOLITAN BAGI SATWA
Ekosistem mangrove merupakan daerah ekoton yang menghubungkan antara ekosistem pesisir dengan daratan, stwa yang ditemukan di daerah mangrove dapat dikaterikan dalam tiga kelompok yang memiliki aktivitas di ketiga lokasi yang saling berhubungan, atau dapat juga diklasifikasikan kedalam tiga tipe yaitu :a) biota aquatik, b)biota semiaquatik, c)biota teresterial.

Zooplankton
Zooplanton yang terdapat di perairan mangrove pada umumnya termasuk dalam capepoda (larva crustacea), beberapa spesies dapat dijumpai disini karena seperti yang dijelaskan diatas mangrove merupakan tempat pemijahan. Dalam penelitian ecoton di Pantai Timur Surabaya menunjukkan semakin tebal dan baik kondisi mangrove suatu perairan maka semakin tinggi tingkat keanekaragaman jenis zooplakton.

Moluska dan Crustacea
Hutan mangrove di Indonesia banyak menyumbang keanekaragaman moluska diperkirakan 90 spesies yang tergolong dalam 32 familia, dalam hutan mangrove sendiri hanya terdapat dua jenis moluska yang adatif yaitu dua familia gastropoda yaitu Potamididae dan Ellobiidae, sedangkan spesie selebihnya betempat di hamparan lumpur didepan mangrove. Dari hasil studi mangrove di Morowali Sulawesi Tengah terdapat 22 spesies, yang terdiri atas 16 spesies gastropoda dan enam spesies bivalvia, kecuali yang terdapat pada perakaran mangrove (epifauna) merupakan komponen utama pada wilayah pasang surut, estuari dan hamparan lumpur. Sedangkan gastropoda dengan kemampuan motilitas dan adaptasi fisiologisnya dapat tersebar pada seluruh wilayah hutan.

Serangga
Kupu-kupu dan laba-laba umum dijumpai dalam ekosistem mangrove.
Sebagian besar jenis kupu-kupu seperti salmonara banyak dijumpai pada hutan dengan dominasi jenis Avicennia marina.
Di Bangladesh saat ini banyak berkembang peternakan lebah madu mangrove yang benang sarinya berasal dari jenis Avicennia marina.
Jenis lebah yang banyak dijumpai adalah Apis dorsata, dan Apis mellifera. Jenis serangga lainnya adalah semut penganyam yang banyak dijumpai berasosiasi dengan jenis Rhizophora mucronata, selain itu daerah ini juga sebagai major breeding group bagi beberapa jenis nyamuk dari genus Aedes, Anopheles, dan Culex.

Habitat Burung
Dari pengamatan ecoton di Pantai Timur Surabaya, terdapat kecenderungan daerha yang memiliki ekosistem mangrove relatif lebih banyak dikunjungi banyak jenis burung sedangkan daerah yang tidak bermangrove hanya dijumpai beberapa burung yang sedang beristirahat.


sumber: http://www.ecoton.or.id/

Myxosporidiasis (Penyakit Gembil)

Myxosporidiasis (Penyakit Gembil)

Penyebab : Myxosporea dari genera Myxobolus, Myxosoma, Thelohanellus, dan Henneguya


Bio — Ekologi Patogen :
Myxosporea berbentuk seperti buah pir atau biji semangka (kwaci), terbungkus dalam kista yang berisi ribuan spora.
• Memiliki vakuola yang disebut vakuola iodinophilous yang menjadi pembeda dua genera Myxosporea, yaitu Myxosoma (tanpa vakuola iodinophilous) dan Myxobolus (dengan vakuola iodinophilous).
• Spora yang dimakan oleh inang dan masuk ke dalam usus akan pecah mengeluarkan sporoplasma, dan bergerak secara amoeboid masuk dalam sirkulasi darah dan terbawa ke organ target infeksi,
• Inang umumnya jenis-jenis ikan dari kelompok cyprinidae, labirinth dan salmonidae. Di Indonesia, jenis ikan yang sering terinfeksi myxosporea antara lain benih ikan mas, tawes, sepat. gurame dan tambakan.
• Prevalensi serangan bervariasi dari rendah sampai sedang dengan mortalitas berpola kronis

Gejala Klinis :
• Menginfeksi jaringan ikat tapis insang, tulang kartilag, otot/daging, dan beberapa organ dalam ikan (terutama benih).
• Terlihat benjolan putih seperti tumor berbentuk bulat-lonjong menyerupai butiran padi pada insang ikan
• Pada infeksi berat. tutup insang (operkulum) tidak dapat
menutup sempurna. sirip ekor bengkok dan berwarna gelap
• Bengkak-bengkak/gembil di bagian tubuh (kanan/kiri), struktur tulang yang tidak normal
• Berenang tidak normal. berdiam di dasar dan akhirnya mati.

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang cukup jelas
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi myxosporidia melalui pembuatan preparat ulas dari organ target infeksi. Pengamatan yang lebih jelas terhadap karakteristik spora diperlukan pewarnaan yang spesifik.

Pengendalian :
• Persiapan kolam (pengeringan dan desinfeksi kolam) untuk memutus siklus hidup parasit.
• Ikan yang terinfeksi segera diambil dan dimusnahkan
• Hindari penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi parasit
• Pengendapan yang dilengkapi dengan filtrasi fisik (batu, ijuk, kerikil dan pasir)
• Belum ada bahan kimia yang efektif untuk mengobati penyakit ini.




sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010

Kamis, 18 November 2010

Microsporidiasis (Cotton Shrimp Disease)

Penyebab : Microsporidia dari genera Thelohania, Nosema dan Peistophora

Bio — Ekologi Patogen
• Disebut sebagai penyakit udang kapas dan/atau udang susu.
• Memiliki lebih dari 8 spora dalam tiap kapsul
• Hampir semua jenis udang penaeid dilaporkan paling sedikit rentan terhadap infeksi salah satu jenis dari parasit golongan microsporidia, meskipun ada indikasi lokal spesifik
• Patogenisitas rendah, tingkat prevalensi dalam satu populasi umumnya tidak lebih dari 5% dan mortalitas yang diakibatkannya juga relatif rendah


Gejala klinis :
• Bagian tubuh udang yang terinfeksi berwarna putih susu dan lebih lunak
• Spora yang berwarna putih menyebar di bagian daging/otot (internal parasite)
• Udang lemah, mudah stress, nafsu makan menurun, lamban sehingga mudah dimangsa predator, serta mudah mati setelah penanganan (handling)

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang cukup jelas
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi microsporidia melalui pembuatan preparat ulas dari organ target infeksi. Pengamatan yang lebih jelas terhadap karakteristik spora diperlukan pewarnaan yang spesifik.

Pengendalian :
• Desinfeksi, pengeringan dasar tambak dan sumber air yang bebas dari microsporidia
• Udang yang terinfeksi segera dimusnahkan, untuk mengurangi potensi penularan secara horizontal
• Untuk memotong siklus hidup parasit, hindari pemberian pakan berupa ikan rucah yang terinfeksi microsporidia
• Tidak ada bahan kimia yang efektif untuk mencegah dan/atau mengobati penyakit microsporidiasis.


sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya, 2010

Penyakit Dekil (Fouling Disease)

Penyebab : Zoothamnium spp., Epistylis spp., Vorticella spp.,. Acineta spp.

Bio — Ekologi Patogen
• Umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dari kelompok Protozoa, meskipun sering pula berasosiasi dengan algae seperti Nitzschia spp., Amphiprora spp., Navicula spp., Enteromorpha spp., dll.
• Kompleks infeksi mikroorganisme tersebut akan mengganggu pergerakan udang terutama larva, kesulitan makan, berenang, serta proses molting karena organ insang dan/atau seluruh tubuh dipenuhi organisme penempel.
• Faktor pemicu terjadinya ledakan penyakit antara lain, kepadatan tinggi, malnutrisi, kadar bahan organik yang tinggi, dan fluktuasi parameter kualitas air terutama suhu

Gejala Klinis :
• Berenang ke permukaan air dan tubuhnya berwarna buram/kotor
• Insang yang terinfeksi berwarna kemerahan atau kecoklatan
• Lemah, kesulitan bernafas dan nafsu makan menurun, akhirnya mati
• Proses ganti kulit (moulting) terhambat, dan timbul peradangan pada kulit

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi organisme penempel melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Pengendalian:
• Desinfeksi wadah/petak pemeliharaan dan sumber air yang bebas mikroorganisme penempel)
• Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru
• Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan
• Merangsang proses ganti kulit melalui memanipulasi parameter kualitas air yang yang merupakan faktor determinan
• Udang yang terserang "fouling disease" dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan beberapa jenis desinfektan, antara lain: Perendaman dalam larutan formalin pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih



sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya, 2010

Cryptocaryasis (Marine White Spot)

Penyebab : Cryptocaryon irritans

Bio – Ekologi phatogen :
• Berbentuk bulat atau oval berukuran antara 0.3-0.5 mm, dan memunyai silia.
• Bersifat obligat parasitik (memiliki karakter biologi yang hampir sama dengan parasit "Ich")
• Sangat ganas, pada infeksi berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari
• Menginfeksi jenis ikan budidaya air laut (kerapu, kakap, baronang, d1l.) terutama ukuran benih, meskipun ukuran dewasa juga rentan apabila kekebalan tubuhnya merosot

Gejala Klinis :
• Nafsu makan menurun, kurus, warna tubuh gelap, gelisah, lesu dan lemas
• Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya
• Frekwensi pernapasan meningkat (megap-megap), mendekat ke air masuk
• Bintik-bintik putih atau kecoklatan di sirip, kulit atau insang, produksi mukus berlebih, dan sirip menguncup
• Pada infeksi berat, bintik-bintik putih atau nampak seperti salju yang disertai pendarahan, dan mata buram hingga menyebabkan kebutaan
• Infeksi sekunder oleh bakteri akan memperparah kondisi kesehatan hingga mempercepat proses kematian.


Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap adanya bintik putih (parasit) pada kulit, sirip dan insang ikan
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.


Pengendalian :
• Mempertahankan suhu agar selalu > 29 derajat celcius
• Pemindahan populasi ikan yang terinfeksi parasit ke air yang
bebas parasit sebanyak 2-3 kali dengan interval 2-3 hari.
• Pengobatan dan/atau pemberantasan parasit dapat

dilakukan melalui perendaman dengan menggunakan:
• Air bersalinitas rendah (0-8 promil) selama beberapa jam (tergantung spesies dan ukuran), dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2-3 hari
• Larutan hydrogen peroxide (H2O2) pada dosis 150 ppm selama 30 menit, dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2 hari
• Larutan kupri sulfat (CUSO4) pada dosis 0,5 ppm selama 5-7 hari dengan aerasi yang kuat, dan air harus diganti setiap hari.
• Larutan formalin 25-50 ppm selama 12-24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari




sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010

Oodiniasis

Penyebab : Piscinoodinium sp. (Synonim: Oodinium sp.)

Bio — Ekologi phatogen :
• Merupakan ekto-parasit berbentuk bulat
• Fase parasitik berbentuk seperti buah pir, diselaputi membran dan apendik menyerupai rizoid sebagai alat penempel pada ikan. Lamanya face ini tergantung pada suhu air, pada suhu 25 derajat celcius selama ± 6 hari akan mencapai dewasa.
• Infeksi yang berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari.
• Organ yang menjadi target infeksi meliputi kulit, sirip dan insang.
• Setelah dewasa, parasit melepaskan diri dari inang, berubah menjadi tomont dan membelah diri menjadi gymnospore. Gymnospore adalah stadia infektif yang berenang seperti spiral untuk mencari inang, apabila dalam
tempo 15-24 jam tidak menemukan inang, stadia tersebut akan mati.


Gejala Klinis :
• Ikan terlihat gelisah, tutup insang mengembang, sirip-sirip terlipat, dan cepat kurus. Populasi parasit di kulit mengakibatkan warna keemasan, berkarat atau putih kecoklatan (dekil) sehingga sering disebut "velvet disease".
• Ikan sering melakukan gerakan mendadak, cepat dan tak
seimbang "flashing" dan akan terlihat jelas pada saat pagi
atau sore hari.
• Menggosok-gosokkan tubuhnya di benda keras yang ada di sekitarnya, dan warna tubuh pucat.


Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap adanya parasit pada kulit, sirip dan insang ikan
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.


Pengendalian :
• Mempertahankan suhu agar selalu > 29 derajat celcius
• Pemindahan populasi ikan yang terinfeksi parasit ke air yang bebas parasit sebanyak 2-3 kali dengan interval 2-3 hari.
• Pengobatan dan/atau pemberantasan parasit, antara lain dapat dilakukan melalui perendaman dengan:
• Air garam (1 -10 promil, tergantung species dan ukuran ikan) selama beberapa jam, dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2-3 hari.
• Larutan hydrogen peroxide (H2O2) pada dosis 150 ppm selama 30 menit, dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2 hari.
• Larutan kupri sulfat (CUSO4) pada dosis 0,5-1,0 ppm selama 5-7 hari dengan aerasi yang kuat, dan air harus diganti setiap hari.
• Larutan formalin 25-50 ppm selama 12-24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari. Methylene blue pada dosis 2 - 6 ppm selama 3 – 5 hari.
• Larutan Acriflavin pada dosis 0,6 ppm selama 24 jam, dan diulang setiap dua hari sekali.




sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010

KKP GANTI IKAN MATI KORBAN MERAPI

Untuk memperbaiki sarana dan prasarana budidaya perikanan yang rusak akibat erupsi Merapi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyiapkan dana rehabilitasi bagi para pembudidaya ikan di Yogyakarta. Hal tersebut disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad saat melakukan peninjauan ke pembudidaya ikan lele di Boyolali dan pembudidaya ikan nila di Sleman kemarin. Adanya erupsi Merapi telah mengakibatkan kerugian tidak hanya bagi peternak dan petani, melainkan juga mengakibatkan kerugian bagi para pembudidaya ikan berupa kerusakan infrastruktur tambak dan kematian ikan.

Erupsi merapi yang menyemburkan debu dan material vulkanik lainnya mengakibatkan 70 kelompok pembudidaya dengan jumlah lebih 2751 orang mengalami kerugian. Menurut Fadel, sekitar 117 hektar kolam budidaya membutuhkan rehabilitasi segera agar dapat digunakan kembali menjadi lahan budidaya ikan. “Lebih dari 100 hektar lahan budidaya rusak akibat tertutup debu vulkanik merapi sehingga mengakibatkan jutaan ekor ikan di kolam dan tambak mati”, ujar Fadel.

Berdasarkan perhitungan KKP, kerugian sementara yang diderita para pembudidaya mencapai sekitar Rp. 25,9 Miliar. “saat ini produksi ikan terutama lele di DI Yogyakarta khususnya Boyolali mencapai lebih dari 15 ton per hari. Akibat bencana ini, produksi perikanan mengalami penurunan lebih dari 50 persen,” tambah Fadel. Untuk normalisasi tingkat produksi perikanan, maka dalam waktu dekat setelah erupsi Merapi berhenti, KKP akan segera melakukan rehabilitasi tambak-tambak dan kolam-kolam budidaya. Selain rehabilitasi lahan kolam seluas 114 ha, untuk memulihkan perekonomian di sektor budidaya ikan, para pembudidaya membutuhkan sedikitnya 11 juta ekor benih ikan dan lebih dari 1050 ton pakan ikan.

Pemberian bantuan terhadap pembudidaya ikan menunjukan bahwa KKP memiliki keberpihakan terhadap keberlangsungan budidaya ikan, tidak terkecuali masyarakat pelaku usaha perikanan yang terkena bencana alam. Sebelumnya, KKP juga telah menyiapkan anggaran sebesar Rp. 15 miliar untuk penanganan tsunami di Kepulauan Mentawai.




sumber : http://www.dkp.go.id

BAHAN BAKAR ALGAE PALING STRATEGIS

“Indonesia harus menetapkan strategi menggunakan rumput laut sebagai bahan bakar nabati utama. Bahan bakar fosil pasti akan habis. Tenaga surya akan terkena dampak perubahan iklim di wilayah tropis yang semakin banyak hujan. Adapun biofuel dari tanaman darat, akan bersaing dengan program ketahanan pangan dan persaingan penggunaan lahan tanah dengan pemukiman. Dilain hal, negeri kita jelas merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki pantai terpanjang di dunia”, demikian disampaikan oleh Soen’an H. Poernomo dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada saat memberikan tanggapan dalam Seminar Nasional Sosialisasi Produk Perencanaan Kementerian PPN/Bappenas yang membahas tentang “Ketahanan Energi dan Perubahan Iklim”, tanggal 3 November 2010.

Penggunaan rumput laut sebagai andalan strategis tersebut didukung oleh Dr. Sugiharto, SE, MBA, Komisaris Utama Pertamina (Persero) karena hal tersebut sesuai dengan kondisi geografis negeri kita dan sekaligus akan meningkatkan perekonomian atau kesejahteraan masyarakat pesisir yang relatif lebih miskin. Prof. Dr. Emil Salim juga mengingatkan dalam seminar tersebut bahwa negeri kita memiliki sumber daya laut yang terbesar di dunia. Indonesia harus bergeser dari bahan bakar yang tidak terbarukan, seperti minyak, batu bara, gas alam dan sebagainya, menuju ke bahan bakar dari sumber daya alam yang terbarukan, seperti hasil pertanian, budidaya rumput laut dan sebagainya yang pasti bisa dikelola secara berkelanjutan. Mantan Menteri KLH ini juga membandingkan, kalau India dan Cina tidak memiliki banyak sumberdaya laut, ini berarti negeri kita memiliki daya saing lebih, dibanding dua raksasa ekonomi baru tersebut.

Menurut Soen’an, sebetulnya strategi politik energi Korea selatan bagus dijadikan contoh. Negeri yang menyadari keterbatasan kepemilikan bahan bakar fosil ini, mengandalkan energi dari rumput laut untuk masa depannya. Korea selatan, yang dilaksanakan oleh Korean Institute of Technology (KITECH), menginginkan bisa bekerjasama membuat model pemanfaatan rumput laut sebagai bahan bakar di Sulawesi Barat atau di Kepulauan Bangka Belitung. Indonesia dengan produksi rumput laut terbesar di dunia, yakni 1.021.143 ton, sangat feasible untuk mengandalkan rumput laut sebagai sumber energi. Selama ini rumput laut kebanyakan hanya untuk makanan, dan sedikit kosmetik dan lain-lain.

Profesor Ir. Widjajono Partowidagdo, Ph. D dari Dewan Energi Nasional, yang juga sebagai Guru Besar ITB, melihat peluang energi laut dari banyaknya selat diantara pulau-pulau di Indonesia. Di perairan luar Jawa akan bisa diperoleh energi yang lebih murah dalam daerah atau masyarakat yang berdomisili di wilayah terpencil. Ia memberikan contoh lain, seandainya air di Danau Poso, Sulawesi Tengah, dimanfaatkan, maka akan diperoleh energi senilai 3 cent dolar AS per KWH, dibanding dari minyak berharga 33 cent dolar AS per KWH dan kalau gas senilai 13 cent dolar AS per KWH.

Sehubungan dengan masalah besar dalam ketahanan energi dan perubahan iklim, Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, Selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, menyampaikan bahwa solusinya harus berdimensi tiga, ekonomi, energi dan lingkungan—ekonomi terus tumbuh dan mensejahterakan, energi tersedia dengan harga yang layak, dan dampak negatifnya terhadap lingkungan dapat dikurangi atau dihindari.




sumber :http://www.dkp.go.id

Jumat, 05 November 2010

PENYAKIT JAMUR (MYCOTIC DISEASE)

1. Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS) / Mycotic Granulomatosis (MG) / Red-spot disease (RSD)

Penyebab : Aphanomyces invadans

Bio-Ekologi Patogen :
* Merupakan penyakit borok (ulcer) disebabkan infeksi cendawan Aphanomyces invadans.
* Spora cendawan menginfeksi permukaan tubuh ikan, sehingga menimbulkan borok.
* Inang meliputi ikan air tawar dan payau antara lain: betutu, gabus, betok, gurame, lele dan tambakan.
* Tingkat kematian berkisar antara 20-80%

Gejala Klinis :
- Infeksi berawal dari adanya bintik merah pada permukaan tubuh.
- Hilang nafsu makan, warna tubuh gelap, berenang ke permukaan dan hiperaktif.
- Bintik merah berkembang menjadi luka/borok yang berwarna merah cerah dan/atau merah kecoklatan.

Diagnosa:
- Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan di bawah luka/borok pada tubuh ikan.
- Isolasi cendawan pada media agar dan diidentifikasi secara morfometris.
- Secara histopatologis ditemukan adanya hifa cendawan yang terletak di tengah sel granuloma pada jaringan di bawah luka/borok.

Pengendalian :
- Menetralkan kadar keasaman dan/atau alkalinitas air melalui pengapuran.
- Mengisolasi ikan sakit dan/atau membuang ikan yang telah mati.
- Persiapan wadah/kolam secara higienis dan steril terhadap keberadaan spora cendawan tersebut melalui pengeringan, pengapuran, desinfeksi, dll.



sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010
budidaya ikan

ISTILAH PENTING Penyakit Ikan

1. Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas.

2. Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui telur.

3. Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain pada kelompok ikan dan waktu yang sama.

4. Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya, namun hewan tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar infeksi.

5. Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang yang satu ke inang yang lain. Contoh : siput, burung.

6. Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.

7. Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme.

8. Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.

9. Parasit obligat: parasit yang hanya menggunakan ikan sebagai satu-satunya inang definitive

10. Gejala klinis: tanda-tanda awal oleh suatu serangan penyakit terhadap ikan berupa kelainan-kelainan fisik, tingkah laku yang terlihat secara visual;

11. Diagnosa penyakit : menentukan penyebab penyakit yang terjadi, dengan mengamati gejala klinis Dan patologi anatomi pada ikan sakit/mati diperkuat dengan pemeriksaan laboratorium.



sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010
budidaya ikan

Penyakit Ikan

Pengertian Penyakit
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal).

Penyebab Penyakit

Penyebab internal antara lain adalah akibat keturunan (genetic) , sekresi internal, imunodefisiensi, kelainan saraf dan metabolik.

Penyakit yang disebabkan oleh faktor eksternal terdiri dari:
1). Penyakit Non infeksius
a. Penyakit akibat lingkungan
Faktor lingkungan sering mengakibatkan kematian yang berlangsung sangat cepat dan tiba-tiba dan mematikan seluruh populasi ikan. Penyebabnya antara lain adalah
• Up welling,
• Keracunan akibat peledakan populasi plankton, pestisida/limbah industri, bahan kimia dan lainnya.
• Keracunan nitrit, hasil metabolisms ikan, dan keracunan ammonia karena pemberian pakan yang berlebihan atau bahan organik
• Polutan, yang bersifat racun yaitu Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co
b. Penyakit Malnutrisi
• Kekurangan vitamin A menyebabkan mata menonjol,
buta dan terjadi pendarahan pada kulit juga ginjal,
• Kekurangan vitamin B-1 menyebabkan kehilangan nafsu makan, pendarahan dan penyumbatan pembuluh darah
• Kekurangan asam lemak essensial menyebabkan infiltrasi lemak pada kulit dan minimnya pigmentasi pada tubuh ikan.
• Kekurangan vitamin C menyebabkan broken back syndrome seperti scoliosis dan lordosis
c. Penyakit Genetic
Pemicunya adalah adanya faktor genetik terutama karena perkawinan satu keturunan (inbreeding). Akibat dari pemijahan secara inbreeding adalah:
• Pertumbuhan ikan lambat (bantet/kontet) dan ukuran beragam
• Lebih sensitif terhadap infeksi patogen
• Organ tubuh badan yang tidan sempurna serta kelainan lainnya

2). Penyakit Infeksi , disebabkan oleh patogen yang dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu
1. penyakit jamur
2. penyakit parasit
3. penyakit bakteri
4. penyakit virus


Pengendalian Penyakit

Tindakan pengendalian terdiri dari 3 tindakan yaitu pencegahan, penyembuhan dan pemusnahan (eradikasi).Pada dasarnya tidak semua jenis penyakit dapat diobati seperti jenis virus yang sampai saat ini belum ditemukan cara pengobatannya, maka tindakan pencegahan merupakan alternatif tindakan yang harus dilakukan.

Dalam mengendalikan penyakit, pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Selain tidak menimbulkan efek sampingan, tindakan pencegahan juga tidak memerlukan biaya yang besar.
Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum kegiatan pemeliharaan dimulai atau pada saat tanda-tanda serangan penyakit mulai terlihat untuk mencegah meluasnya penyakit.
Beberapa upaya yang harus dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit secara keseluruhan antara lain :
1. Persiapan lahan/wadah budidaya yang baik: pengeringan, pengapuran, pembalikan tanah dasar dll
2. Desinfeksi semua wadah dan peralatan sebelum dan selama proses produksi;
3. Menjaga kualitas air pemeliharaan tetap pada konsisi yang optimal untuk kehidupan ikan yang dibudidayakan
4. Melakukan penebaran dengan padat tebar yang sesuai untuk mengurangi terjadinya kontak antar ikan secara langsung dan untuk menghindari kanibalisme.
5. Menghindari masuknya binatang-binatang pembawa penyakit seperti burung dan siput dll.
6. Seleksi induk dan benih dengan cara penggunaan benih yang sehat (melalui screening PCR) dan atau telah tersertifikasi;
7. Pemberian immunostimulan dan vitamin C untuk menjaga stamina dan meningkatkan ketahanan tubuh ikan secara rutin selama pemeliharaan;
8. Vaksinasi terhadap induk dan benih untuk meningkatkan
kekebalan ikan. Saat ini vaksin untuk beberapa penyakit
telah dikembangkan sebagai komoditas komersial.

Pengobatan atau penyembuhan merupakan tindakan yang perlu dilakukan apabila alternatif penyembuhan lainnya sudah tidak memberikan hasil yang signifikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pengobatan adalah:
1. Dosis dan waktu pengobatan harus tepat (sesuai dengan petunjuk yang tertera dalam label);
2. Pengobatan dlapat dilakukan secara langsung pada ikan sakit atau melalui pakan dengan menggunakan obat yang sudah terdaftar;


sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010
budidaya ikan

Kamis, 04 November 2010

Vegetarian

Bagaimana cara memulai menjadi vegetarian?

Mudah sekali untuk memulai bervegetarian. Saya sarankan mulai mengurangi daging secara bertahap, agar tubuh bisa melakukan penyesuaian. Misalnya mulai mengurangi makanan daging binatang berkaki 4, kemudian berkaki 2, kemudian binatang laut, dan seterusnya.

Secara intensitas juga dikurangi bertahap, misalnya tadinya setiap hari makan daging, cobalah tidak makan daging seminggu sekali, kemudian seminggu 3 kali, dan akhirnya setiap hari tidak makan daging. Kemudian tahap lebih lanjut, kuah makanan yang ter-"cemar" daging juga tidak boleh, demikian juga minyak bekas menggoreng makanan hewani.

Usia berapa sudah bisa menjadi vegetarian?

Menurut saya usia di dalam kandungan pun boleh vegetarian, dengan catatan si ibu harus memperhatikan gizi dan nutrisi yang dikonsumsinya, dan tentunya konsultasikan dengan dokter yang mendukung vegetarian.

Apa benar jika menjadi vegetarian badan menjadi tidak bertenaga?

Tidak benar bahwa menjadi vegetarian badan jadi tidak bertenaga. Buktinya banyak atlet yang bervegetarian dan berprestasi. Orang yang bervegetarian lalu badannya jadi tidak bertenaga dapat dipastikan tidak memperhatikan pola makan dan asupan gizinya. Pemakan daging pun akan tidak bertenaga jika kekurangan gizi.

Adakah pantangan orang sakit tertentu yang tidak bisa menjadi vegetarian?

Rasanya tidak ada orang sakit tertentu yang tidak bisa bervegetarian. Karena bervegetarian justru makin sehat. Biasanya dokter justru menyarankan banyak makan sayuran jika sudah kena penyakit-penyakit berat tertentu.

Seperti apakah cara makan yang benar untuk vegetarian?

Cara yang benar adalah makanlah dengan menu yang bervariasi, seperti tahu, tempe, variasi sayuran aneka warna, variasi kacang-kacangan, variasi aneka jenis jamur, jangan terlalu sering makan gorengan, makanan bersantan, hindari telur, jangan terlalu banyak garam atau gula. Dan jangan lupa untuk minum air yang cukup dan banyak makan buah-buahan.

Apakah sulit menjadi vegetarian sementara di keluarga tidak ada yang menjadi vegetarian?

Mungkin bukan sulit, tapi agak repot jika dalam keluarga harus menyediakan makanan untuk non vegetarian dan juga menyediakan untuk yang vegetarian. Karena itu paling baik sekeluarga sama-sama vegetarian. Jika dalam keluarga hanya Anda yang vegetarian, jangan patah semangat, karena itu pertanda permulaan yang baik untuk keluarga Anda.

Repotkah menyediakan makanan vegetarian?

Makanan tradisonal kita kan banyak yang vegetarian seperti gado-gado, karedok, urap, lalapan dan lain-lain. Tapi kalau mau beli di luar juga sekarang sudah banyak di kafe, kantin, food-court atau rumah makan yang menyediakan masakan vegetarian. Saya punya daftarnya di http://www.vegetarian-guide.com/vegetarian-restaurants-indonesia

Adakah risikonya kalau menjadi vegetarian?

Risikonya tidak ada. Hanya saja berdasarkan pengalaman pribadi, kadang ada teman yang suka mencemooh kita dalam batas bergurau. Tapi itu tidak apa-apa, karena kita tahu mereka yang mencemooh itu sebenarnya tidak paham.

Apa manfaat menjadi vegetarian?

Manfaatnya banyak sekali. Dari aspek kesehatan sudah banyak penelitian menunjukkan terbukti jauh lebih sehat. Dari aspek lingkungan, sekarang para pakar lingkungan membeberkan ternyata peternakan menjadi penyumbang terbesar pemanasan global, jadi dengan bervegetarian berarti kita turut menyelamatkan bumi kita. Dengan bervegetarian kita juga lebih berpotensi terhindar dari penyakit-penyakit yang menular melalui hewan seperti penyakit sapi gila, flu burung, flu babi, flu kambing.

Bagaimana tips menjadi vegetarian yang baik, karena kondisi lingkungan kadang-kadang membuat vegetarian tidak disiplin?

Menurut saya, kalau ingin bervegetarian dengan baik, tentunya kita harus lebih sering berkomunikasi atau bersosialisasi dengan lingkungan orang-orang yang bervegetarian, sehingga ketika kita berada di lingkungan yang tidak mendukung, disiplin kita tetap terjaga. Punya teman yang sama-sama vegetarian juga sangat membantu menjaga semangat bervegetarian. Berbagilah dengan lingkungan disekitar kita info-info vegetarian, sehingga mereka menjadi tahu manfaatnya.

Jumat, 22 Oktober 2010

Maggot Pakan Alternatif

Sampai sekarang ini, harga pakan cenderung naik dari waktu ke waktu akibat kian menipisnya ketersediaan tepung ikan sebagai bahan baku utama pakan. Lebih celaka lagi, Indonesia selama ini menggantungkan se bagian besar pemenuhan tepung ikan dari pasokan impor sehingga sulit menghindari melambungnya harga pakan.

Namun kebingungan soal pakan tidak perlu lagi dikahawtirkan lagi, Sebab putra-putri Indonesia sudah bisa menemukan bahan pengganti tepung ikan. Bahan yang dimaksud adalah maggot. Yani larva lalat bunga dari spesies Hermetia illucens (larva Black Soldier Fly) yang diproduksi melalui proses biokonversi. Biokonversi ini merupakan proses untuk mengubah bentuk dari produk yang kurang bernilai menjadi produk bernilai menggunakan agen biologi.

Maggot, Menguntungkan

Maggot memang layak jadi harapan baru di bisnis perikanan budidaya. Hasil penelitian dari Loka Riset Kemeneteriean Kelautan dan Perikanan menyebutkan, maggot memiliki kadar protein yang sama dengan tepung ikan yaitu sekitar 40-50%. Kelebihan lainnya, maggot mudah dibudidayakan secara massal dengan menggunakan bungkil kelapa sawit (Palm Kernel Meal/PKM) sebagai media tumbuh.

Tentang maggot, keberadaanya bisa ditemui hampir di seluruh dunia dengan ukuran larva sekitar 2 cm. Beberapa kelebihan belatung ini antara lain bisa mereduksi sampah organik, bisa hidup dalam toleransi pH yang cukup luas, tidak membawa atau menjadi agen penyakit, masa hidup cukup lama (± 4 minggu) dan untuk mendapatkanya tidak memerlukan teknologi tinggi,.

Sementara Black Soldier Fly (Hermentia illucens)—sang lalat—adalah serangga yang hidup di pepohonan yang berbunga. Sari bunga (madu) merupakan makanan utamanya. Siklus hidupnya selalu melakukan metamorfosa seperti kupu-kupu. Selanjutnya, si prajurit hitam yang sudah dewasa akan kawin dan selanjutnya meletakkan telurnya pada media yang memungkinan sebagai makanan bagi larvanya. Dalam waktu 2-4 hari telur akan menetas menjadi maggot kecil, selanjutnya akan bertambah besar sampai 2 cm pada umur 4 minggu. Sampai umur 2 minggu maggot masih berwarna putih dan selanjutnya warna semakin berubah menjadi kekuningan sampai hitam dan menjadi pupa pada umur ± 4 minggu. Setelah 4 minggu pupa akan menetas menjadi serangga dewasa.

Mengenai kandungan gizi maggot jika dibandingkan tepung ikan secara umum tak kalah. Maggot juga mengandung asam amino dengan kadar yang sedikit lebih rendah daripada tepung ikan. Sedangkan kandungan asam lemak linoleat (n-6) tepung maggot lebih tinggi daripada tepung ikan.

Budidaya Maggot

Saat ini budidaya maggot telah dilakukan di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi Kapasitas produksi mencapai 200-300 kg/minggu. Kapasitas ini masih bisa ditingkatkan lagi dengan peningkatan fasilitas, terutama wadah budidaya. Pengembangan budidaya maggot kini masih terus dikaji, baik terkait dengan nilai gizinya ataupun prospek pengembangan dan aplikasinya sebagai pakan ikan maupun sebagai pengganti tepung ikan.

Sebagai media tumbuh maggot dipilih bungkil kelapa sawit. Alasannya karena bahan ini mempunyai kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan produk limbah lainnya seperti ampas tahu, ampas kecap serta ketersedianya cukup banyak dan kontinyu di Jambi.

Budidaya maggot bisa dilakukan pada skala kecil dengan menggunakan drum/baskom dan skala besar pada bak-bak yang berukuran besar yang kedap air. Fermentasi bungkil kelapa sawit menggunakan air dengan perbandingan 1 bagian bungkil kelapa sawit dengan 2 bagian air. Bungkil yang telah dicampur air dimasukan dalam tong/baskom atau bak berukuran besar dan ditempatkan di ruangan terbuka.

Agar media tidak terkena air hujan, wadah budidaya diberi atap sebagai pelindung. Disamping itu untuk memudahkan lalat Black soldier menempelkan telur maka di atas media fermentasi ditempatkan daun kering. Setelah 2-4 minggu pemeliharaan, maggot sudah bisa dipanen. Ukuran panen disesuaikan dengan bukaan mulut ikan yang akan diberi pakan maggot (jika maggot segar).

BBAT Jambi menyebutkan, bahwa untuk setiap 10 kg bungkil kelapa sawit dalam tong/baskom bisa menghasilkan 3-3,5 kg maggot. Sedangkan untuk 1 unit bak 3 x 10 m bisa menghasilkan 150 - 316 kg maggot (PKM 350-750 kg). Dengan kata lain, 1 kg maggot bisa dihasilkan dari 3 kg bungkil kelapa sawit (konversi PKM : maggot=3:1) dalam waktu 2-4 minggu.

Sayangnya, budidaya maggot ini masih terkendala pasokan sulitnya mendapatkan bungkil kelapa sawit dari pabrik. Bukan itu saja, harga bungkil sawit dari tahun ke tahun juga selalu meningkat. Jika harga ini telah menembus Rp 1.000 per kg, maka kegiatan ini menjadi tidak menguntungkan bagi pembudidaya ikan. Di sini peran pemerintah sangat diharapkan untuk menstabilkan harga bungkil kelapa sawit agar tetap di bawah Rp 1.000 per kg.

Dalam penggunaan maggot sebagai pakan ikan, bisa diberikan dalam dua cara. Yakni langsung (maggot hidup/) dan ke dua tepung maggot sebagai sumber protein pakan menggantikan tepung ikan. Penggunaan pakan maggot telah dilakukan pada beberapa ikan di BBAT Jambi. Antara lain pada ikan patin, nila merah, nila hitam, mas, toman, gabus dan arowana. Juga pada beberapa ikan konsumsi lainnya di BBPBAT Sukabumi dan ikan hias di LR-BIHAT di Depok, Jawa Barat.

Hasilnya cukup sangat memuaskan. Misalnya pada ikan patin, substitusi maggot segar dengan pakan komersial pada ikan patin jambal menunjukan bahwa benih patin jambal yang diberi pakan substitusi maggot hidup 25% dan pakan komersial 75%, menghasilkan laju pertumbuhan terbaik serta bisa menurunkan biaya pakan Rp 352 per kg ikan. Substitusi maggot masih bisa ditingkatkan sampai 35% tanpa menurunkan performan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Sebagai sumber protein pakan pengganti tepung ikan, penggunaan protein tepung maggot sekitar 28%. Pada pembesaran ikan patin siam kebutuhan protein tepung maggot mencapai 34,7%.

Pada ikan nila merah, penggunaan maggot segar 50% ditambah pakan komersial 50% akan menghasilkan laju pertumbuhan terbaik. Selain itu bisa menurunkan biaya pakan sebesar Rp 1.819 per kg ikan. Substitusi maggot masih bisa ditingkatkan sampai 54% tanpa menurunkan performan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Sedangkan sebagai sumber protein pengganti tepung ikan, tepung maggot bisa digunakan sebanyak 50% sebagai sumber protein pakan untuk pakan pembesaran ikan nila merah. Hasil penelitian lainnya, maggot bisa menggantikan 50% pakan komersial pada ikan lele.



sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

Cara Menghitung umur, panjang dan bobot badan ikan

Cara menentukan umur
umur ditentukan sejak telur menetas

cara mengukur panjang total
cara mengukur panjanng total benih dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris yang dinyatakan dalam satuan centimeter atau millimeter.

cara mengukur panjang standar
cara mengukur panjang standar dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan pangkal ekor yang dinyatakan dalam satuan centimeter.

cara mengukur panjang kepala
cara mengukur panjang kepala dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung tutup insang yang dinyatakan dalam satuan centimeter.

cara mengukur tinggi badan
cara mengukur tinggi badan ikan dilakukan dengan mengukur garis tegak lurus dari dasar perut sampai ke punggung dengan menggunakan mistar atau jangka sorong yang dinyatakan dalam satuan centimeter.

cara mengukur bobot badan
cara mengukur bobot badan ikan dilakukan dengan menimbang ikan per individu yang dinnyatakan dalam gram.


sumber: Khairuman, SP dan Khairul Amri, S.Pi, M.Si, Agromedia Pustaka

MANFAAT IKAN UNTUK KESEHATAN

Manfaat makan ikan secara teratur dapat mengurangi berbagai gangguan penyakit antara lain :
1. ASMA
Anak-anak yang makan ikan akan berkurang resiko kemungkinan menderita asma.

2. MATA
Ikan kaya akan asam lemak omega-3 yang dapat berkontribusi untuk kesehatan jaringan otak dan retina mata. Bayi yang minum ASI dari ibu yang makan ikan memiliki penglihatan yang lebih baik disebabkan karena asam lemak omega -3 yang ditransmisikan dalam ASI.

3. JANTUNG & STROKE
Makan ikan setiap minggu mengurangi resiko penyakit jantung dan stroke dengan cara mengurangi pembekuan darah dan peradangan, meningkatkan elastisitas pembuluh darah, menurunkan lemak darah dan meningkatkan kolesterol baik. Ratusan penelitian telah dilakukan pada ikan atau minyak ikan dan peranannya dalam pencegahan atau pengobatan penyakit jantung. Ulasan yang dimuat dakam British Medical Journal merekomendasikan mengkonsumsi ikan atau suplemen minyak ikan untuk mencegah serangan jantung, terutama pada orang dengan penyakit vascular. Omega-3 dikenal dapat menurunkan trigliserida darah dan tekanan darah, mencegah penggumpalan, anti-inflamsai dan memperbaiki rtme jantung yang abnormal.

4. DEMENTIA
Orang tua yang makan ikan atau seafood sekurangnua sekali seminggu memiliki risiko lebih rendah terhadap perkembangan dementia termasuk penyakit Alzheimer.

5. DIABETES
Makan ikan dapat membantu mengatur kadar gula darah pada penderita diabetes.

6. RHEMATOID
Konsumsi ikan secara teratur dapat meringankan gejala rheumatoid arthritis, psoriasis dan penyakit autoimun.

7. LAHIR PREMATUR
Makan ikan selama kehamilan dapat mengurangi risiko melahirkan bayi prematur.


Sumber : Warta Pasar Ikan Edisi September 2009

Minggu, 05 September 2010

Aeromonas

Aeromonas adalah jenis bakteri yang bersifat metropolitan, oksidasif, anaerobik fakultatif, dapat memfermentasi gula, gram negatif, tidak membentuk spora, bentuk akar, dan merupakan penghuni asli lingkungan perairan. Bakteri ini ditemukan di air payau, air tawar, muara, lautan, dan pada badan air yang terklorinasi maupun tidak terklorinasi, dengan jumlah terbanyak ditemukan pada musim hangat. Upaya isolasi aeromonas pada penyakit yang menyerang hewan berdarah panas dan berdarah dingin telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu, sedangkan isolasi dari manusia dilakukan sejak awal tahun 1950-an (Hayes, 2000).

Aeromonas hydrophila
Aeromonas hydrophila
adalah bakteri berbentuk akar, motil, dengan diameter 0,3 - 1 um dan panjang 1 - 3,5 um, tanpa fase spora, biasanya tidak mempunyai kapsul, tumbuh optimum pada 28 C tetapi dapat tumbuh pada suhu ekstrim (4 C dan 37 C). Sifatnya yang metropolitan di lingkungan perairan memungkinkan terjadinya kontak pada ikan dan amfibi, dan bahkan memasuki hewan tersebut. Kontak tersebut dapat menyebabkan infeksi tergantung pada spesiesnya dan tingkat virulennya (Floyd, 2002).

Aeromonas hydrophila telah ditemukan pada berbagai jenis ikan air tawar di seluruh dunia, dan adakalanya pada ikan laut. Terdapat pandangan yang berbeda tentang peran yang tepat dari Aeromonas hydrophila sebagai ikan patogen. Beberapa peneliti menetapkan bahwa organisme ini hanya sebagai penyerang sekunder pada inang yang lemah, sedang yang lain menyatakan bahwa Aeromonas hydrophila adalah suatu patogen utama ikan air tawar (Hayes, 2000).

Strategi Lindungi Kesehatan Ikan dan Lingkungan

Peningkatan produksi hingga 353% selama lima tahun ke depan adalah syarat wajib untuk bisa menjadi produsen perikanan utama dunia. Namun hal itu tak akan bisa terwujud jika kegiatan budidaya perikanan masih saja dihantui penyakit. Secara finansial, kejadian penyakit tersebut menimbulkan kerugian yang tak sedikit.

Lihat saja catatan Direktorat Perikanan Jenderal Budidaya (DJPB). Pada 2007, terjadi kasus penyakit di 13 provinsi dengan total kerugian Rp 27,5 miliar. Pada tahun yang sama pula terjadi KHV (Koi Herpes Virus) di 3 lokasi sentra budidaya yakni di Sumatera Barat, Jawa Barat dan Kalimantan Selatan dengan kerugian mencapai Rp 49 juta. Sementara itu pada 1994, serangan virus white spot pada udang telah mengakibatkan kerugian mencapai Rp 100 miliar. Bahkan pada 2006, serangan penyakit menyebabkan larangan perdagangan ikan mas dan koi antar pulau sehingga berdampak pada munculnya pengangguran dan masih banyak lagi lainnya.

Celakanya, akibat munculnya kasus penyakit itu produk perikanan Indonesia sempat mengalami penolakan di pasar internasional. Sebut saja pada periode Januari – Februari 2007 dengan kerugian mencapai Rp 50 miliar. Sementara pada bulan berikutnya di tahun yang sama, ekspor udang windu ke Jepang sebanyak 16,2 ton juga mengalami penolakan. Sedangkan pada 1997, ekspor kekerangan terkena embargo dan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp 188 milyar.

Dari sejarah kasus penyakit inilah maka kesehatan ikan dan lingkungan mutlak jadi perhatian. Terkait hal ini Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan – Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJBP) telah mempersiapkan strategi khusus dalam pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan. Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Murdjani dalam Forum Akselerasi Pembangunan Perikanan Budidaya 2010 – 2014 beberapa waktu lalu di Batam menyatakan, untuk membentuk kawasan budidaya yang sehat sehingga bisa mendukung upaya peningkatan produksi maka dilakukan dengan beberapa cara. Yaitu memberikan perlindungan lingkungan, pengendalian obat ikan dan kimia, standarisasi kesehatan ikan dan lingkungan, pengendalian residu serta pengendalian hama penyakit ikan.



Langkah Perlindungan

Sementara itu sebagai langkah perlindungan lingkungan dilakukan dengan cara pemantauan dan evaluasi perlindungan lingkungan budidaya. Selanjutnya juga dengan peningkatan kualitas lingkungan budidaya melalui restocking ikan trofik level rendah di perairan umum daratan, perlindungan ikan spesifik lokal potensial budidaya dan rehabilitasi lingkungan budidaya. Sedangkan untuk kegiatan pengendalian obat ikan, bahan kimia dan biologi dilakukan dengan cara Perencanaan Tahunan Pengendalian Obat Ikan dan Kimia Nasional (Petapoiknas). Kemudian juga dengan monitoring evaluasi dan pengendalian obat ikan, kimia dan bahan biologi. Disampping itu juga dilakukan registrasi obat ikan, penerbitan izin usaha obat ikan serta penerbitan rekomendasi impor.

Pengendalian hama penyakit ikan (HPI) dilakukan langkah-langkah seperti pemberian vaksinasi dan imunostimulan, pengembangan obat ramah lingkungan, monitoring dan surveilance (pengawasan) HPI, pemetaan penyebaran HPI, penerapan biosecurity di kawasan budidaya serta penerapan Analisa Risiko Impor (ARI).

Selanjutnya ada kegiatan standardisasi kapasitas laboratorium. Antara lain dilakukan dengan cara pengelolaan laboratorium yang memenuhi standar kelayakan teknis (GLP; ISO 17025), merumuskan standar metode uji (SNI;POS), peningkatan kompetensi petugas laboratorium, pengembangan Balai Penyidikan Penyakit Ikan dan Lingkungan (laboratorium level III) di Anyer

– Banten sebagai laboratorium rujukan serta pengembangan jejaring kerja laboratorium dalam dan luar negeri. Untuk monitoring residu dilakukan dengan cara penyusunan National Residu Control Plan (NRCP). Lalu monitoring dan pengendalian residu dengan prioritas komoditas unggulan pada wilayah provinsi yang ditentukan, harmonisasi peraturan nasional dan internasional serta koordinasi tindak lanjut pengendalian residu. (Rd)



sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

Siklus Karbon Laut Dipecahkan oleh Ikan

Penelitian terbaru mengenai siklus karbon perairan laut mengungkapkan pengaruh besar dari ikan laut dalam menjaga keseimbangan pH (Derajat Keasaman) air laut yang sangat penting bagi pertumbuhan karang dan hewan bercangkang lainnya.

Hingga saat ini, para ilmuwan percaya bahwa kalsium karbonat lautan, yang berperan dalam sifat alkali air laut, datang dari luar kerangka plankton mikroskopik. Studi ini memperkirakan bahwa 3 sampai 15 persen kalsium karbonat lautan sebenarnya dihasilkan oleh ikan tepatnya dalam usus dan kemudian dibuang. Ini adalah perkiraan yang konservatif dan tim peneliti dari Inggris, Amerika dan Kanada percaya hal ini memiliki potensi untuk menjadi lebit tinggi tiga kali lipat.

Ikan bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi yang besar dalam rangka menjaga keseimbangan keasaman laut. Para peneliti memperkirakan bahwa peningkatan suhu dan naiknya CO2 akan mendorong ikan untuk menghasilkan lebih banyak kalsium karbonat.

Terkait penelitian ini, tim peneliti membuat dua model komputer independen.Langkah pertama kalinya ialah perkiraan massa total ikan di laut. Mereka memperkirakan ada 812 dan 2050 juta ikan bertulang sejati di laut. Mereka kemudian menggunakan penelitian skala lab untuk menetapkan bahwa ikan ini memproduksi sekitar 110 juta ton kalsium karbonat per tahun.

Kalsium karbonat, bahan berkapur berwarna putih yang membantu mengontrol keseimbangan keasaman atau pH air laut. Keseimbangan pH sangat penting bagi kesehatan ekosistem laut, termasuk terumbu karang, dan penting dalam mengendalikan bagaimana lautan akan mudah menyerap CO2 di atmosfer yang diperkirakan akan makin meningkat di masa mendatang.

Kalsium karbonat ini diproduksi oleh tulang ikan, yaitu kelompok yang mencakup 90% dari spesies ikan laut di dunia, kecuali keluarga hiu atau pari. Ikan – ikan ini terus-menerus meminum air laut untuk menghindari dehidrasi, hal ini memaksa mereka untuk mencerna kelebihan kalsium yang kemudian menjadi kalsium karbonat berupa endapan kristal dalam usus. Kemudian ikan akan mengeluarkan padatan kapur yang sering disebut batu usus melalui proses yang terpisah dari pencernaan dan produksi kotoran.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa kalsium karbonat yang diekskresikan oleh ikan secara kimiawi sangat berbeda dengan yang dihasilkan oleh plankton. Hal ini membantu menjelaskan sebuah fenomena yang membingungkan para ahli kelautan: laut menjadi lebih basa pada kedalaman yang dangkal.

Kalsium karbonat yang dihasilkan oleh plankton tidak berpengaruh terhadap perubahan alkalinitas ini, karena mereka tenggelam ke kedalaman yang lebih dalam bahkan seringkali tertimbun dalam sedimen dan batu-batuan selama jutaan tahun. Sebaliknya, ikan mengeluarkan kalsium karbonat yang lebih mudah larut di kedalaman dangkal (antara 500 – 1000 meter).

Penulis utama, Dr Rod Wilson dari University of Exeter (Inggris) menyatakan “Perkiraan paling konservatif kami menyarankan bahwa 3 sampai 15 persen kalsium karbonat lautan berasal dari ikan, namun rentang ini bisa sampai tiga kali lebih tinggi. Kita juga tahu bahwa kalsium karbonat ikan berbeda dari yang dihasilkan oleh plankton. Penemuan-penemuan ini bisa membantu menjawab teka-teki lama para ahli kimia oseanografi, tetapi mereka juga mengungkapkan keterbatasan pemahaman kita mengenai siklus karbon lautan.”

Para peneliti memprediksi bahwa kombinasi dari peningkatan suhu laut dan meningkatnya CO2 abad ini akan memicu ikan untuk menghasilkan lebih banyak kalsium karbonat. Hal ini disebabkan oleh dua alasan. Pertama, suhu yang lebih tinggi secara keseluruhan merangsang metabolisme dalam ikan dan mendorong semua proses biologis mereka untuk berjalan lebih cepat. Kedua, peningkatan CO2 di dalam darah mereka secara langsung menstimulasi produksi karbonat oleh usus secara khusus.


Sumber: http://www.sciencedaily.com

Tattoo

TATTOO berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang konon artinya tanda. Walaupun bukti-bukti sejarah tattoo ini tidak begitu banyak, tetapi para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni tattoo ini udah ada sejak 12.000 tahun SM. Jaman dahulu tattoo semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dll.Kalo kamu jalan-jalan ke Mesir, coba maen-maen ke pyramids, mungkin kamu bisa menemukan tattoo tertua di sana. Karena menurut sejarah, bangsa Mesir-lah yang jadi biang tumbuh suburnya tattoo di dunia. Bangsa Mesir kan dikenal sebagai bangsa yang terkenal kuat, so gara-gara ekspansi mereka terhadap bangsa-bangsa laen, seni tattoo ini juga ikut-ikutan menyebar luas, seperti ke daerah Yunani, Persia, dan Arab.

Apa alasan bagi suku-suku kuno di dunia membuat Tattoo? Bangsa Yunani kuno memakai tattoo sebagai tanda pengenal para anggota dari badan intelijen mereka, alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tattoo menunjukan pangkat dari si mata-mata tersebut. berbeda dengan bangsa Romawi, mereka memakai tattoo sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan budak, dan Tattoo juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku Maori di New Zealand membuat Tattoo berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di Kepulauan Solomon, Tattoo ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di atas, orang-orang Suku Nuer di Sudan memakai Tattoo untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu.

Tattoo alias Wen Shen atau Rajah smulai merambahi negara Cina sekitar taon 2000 SM. Wen Shen konon artinya “akupunktur badan”. perlu diketahui, sama seperti bangsa Romawi, bangsa Cina kuno memakaiTtattoo untuk menandakan bahwa seseorang pernah dipenjara. Sementara di Tiongkok sendiri, budaya Tattoo terdapat pada beberapa etnis minoritasnya, yang telah diwarisi oleh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang memilik kebiasaan mentato wajahnya. Riwayat adat-istiadat Tattoo etnis Drung ini muncul sekitar akhir masa Kedinastian Kaisar Ming (sekitar 350 tahun yang lalu), ketika itu mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung untuk dijadikan sebagai budak. Demi menghindari terjadinya perkosaan, para wanita tersebut kemudian mentato wajah mereka untuk membuat mereka kelihatan kurang menarik di mata sang penculik. Meskipun kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam keadaan terancam oleh penyerangan dari etnis minoritas lainnya, namun mereka masih terus mempertahankan adat-istiadat ini sebagai sebuah lambang kekuatan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung mentato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai sebuah simbol pendewasaan diri. Ada beberapa penjelasan yang berbeda, mengapa para wanita tersebut mentato wajahnya. Sebagian orang mengatakan, bahwa warga etnis Drung menganggap wanita yang ber-Tattoo terlihat lebih cantik dan para kaum Adam etnis Drung tidak akan menikahi seorang wanita yang tidak memiliki Tattoo di wajahnya. Di Indonesia Orang-orang Mentawai di kepulauan Mentawai, suku Dayak di Kalimantan, dan suku Sumba di NTB, sudah mengenal tattoo sejak jaman dulu. Bahkan bagi suku Dayak, seseorang yang berhasil “memenggal kepala” musuhnya, dia mendapat tattoo di tangannya. Begitu juga dengan suku Mentawai, tattoo-nya Tidak dibuat sembarangan. Sebelum pembuatan tattoo dilaksanakan, ada Panen Enegaf alias upacara inisiasi yang dilakukan di Puturkaf Uma (galeri rumah tradisional suku mentawai). Upacara ini dipimpin oleh Sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barulah proses Tattoo-nya dilaksanakan.

AWALNYA, bahan untuk membuat Tattoo berasal dari arang tempurung yang dicampur dengan air tebu. Alat-alat yang digunakan masih sangat tradisional. Seperti tangkai kayu, jarum dan pemukul dari batang. Orang-orang pedalaman masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional. Orang-orang Eskimo misalnya, memakai jarum yang terbuat dari tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar naga pada kulit tubih. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu. Jauh berbeda dengan sekarang. Saat ini, terutama di kalangan masyarakat perkotaan, pembuatan Tattoo dilakukan dengan mesin elektrik. Mesin ini ditemukan pada tahun 1891 di Inggris. Kemudian zat pewarnanya menggunakan tinta sintetis (tinta tattoo).


sumber: http://ekakj.wordpress.com

Sabtu, 04 September 2010

Buckminsterfullerene

Cluster karbon adalah senyawa gerombol atom-atom karbon. Buckminsterfullerene adalah cluster karbon yang pertama ditemukan, yang memiliki bentuk geometri seperti bola. Molekul ini ditemukan pada tahun 1985 oleh Richard E Smalley, Robert F Curl, Jr (keduanya dari Rice University, Houston, Amerika Serikat), dan Sir Harold W Kroto (dari University of Sussex, Brighton, Inggris), yang mengantar mereka meraih hadiah Nobel Kimia pada tahun 1996.

Buckminsterfullerene ditemukan secara tidak sengaja. Awalnya, ketiga ilmuwan itu ingin mempelajari pembentukan molekul karbon berantai panjang dalam suasana panas. Ini untuk membuktikan hipotesis Kroto mengenai molekul karbon dan nitrogen berantai panjang (sianopoliina) yang banyak terdapat di atmosfer bintang besar merah.

Pada tanggal 1 September 1985, bertempat di Houston, ketiga ilmuwan ini bersama JR Heath dan SC O’Brein melakukan percobaan penguapan grafit dengan alat yang telah dibuat oleh Smalley, yaitu laser-supersonic cluster beam apparatus. Grafit disinari langsung dengan sinar laser. Atom-atom karbon yang terionisasi (plasma karbon) kemudian dicampur dengan aliran gas helium, dikombinasikan, dan didinginkan dalam wadah vakum sampai beberapa derajat di atas suhu nol mutlaknya. Selanjutnya dianalisis dengan spektrometer massa (suatu alat untuk mengetahui bobot molekul).

Mereka terkejut, sebab dari data spektrometer massa menunjukkan terbentuknya cluster karbon yang terdiri dari 60 dan 70 atom karbon. Cluster 60 karbon (C60) yang lebih melimpah. Kelompok peneliti ini medapatkan sesuatu yang lain untuk dipikirkan lebih lanjut. Timbul dugaan bahwa C60 mempunyai struktur mirip bola karena molekul ini stabilitasnya tinggi dengan diasumsikan sebagai kerangka tertutup bersimetri tinggi. Kemudian mereka menamai bentuk baru karbon ini dengan nama buckminsterfullerene, yang diambil dari nama seorang arsitek Amerika Serikat, R Buckminster Fuller yang mendesain bagunan berkubah seperti bola untuk World Exhibition 1967 di Montreal, Kanada.

Penemuan struktur unik C60 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature pada tanggal 14 November 1985, sangat menghebohkan serta mendapat tanggapan pro dan kontra. Sebelumnya tidak ada fisikawan dan kimiawan yang memperkirakan bahwa karbon murni mempunyai bentuk lain. Sebagaimana diketahui hanya terdapat dua bentuk karbon murni, yaitu grafit yang terdiri dari lembaran dua dimensional, dan yang kedua adalah intan, yakni jejaringan atom tiga dimensional.

Untuk memperoleh kejelasan, dari tahun 1985-1990, Curl, Kroto, dan Smalley lebih lanjut meneliti C60. Mereka mencoba mereaksikannya dengan hidrogen, karbon monoksida, sulfur dioksida, oksigen, atau amonia. Dari data spektrometer massa tidak diperoleh perubahan puncak C60. Hasil ini menunjukkan C60 adalah senyawa yang sukar bereaksi.

Selain itu, mereka juga berhasil membuat cluster karbon dengan jumlah atom karbon genap (40-80) yang bereaksi lambat seperti C60. Bukti lanjut menunjukkan bahwa semua cluster itu memiliki struktur tertutup, menyerupai sangkar. Kombinasi antara sifat kimia dan struktur tertutup mirip dengan C60, maka mereka pun menamai golongan cluster karbon dengan nama fullerene.

Pada tahun 1990, D R Huffman and W Kratschmer untuk pertama kalinya berhasil mengisolasi C60. Kedua astrofisikawan itu melakukan percobaan dengan cara memanaskan dua batang grafit dengan arus listrik sampai suhu tinggi di dalam atmosfer helium bertekanan 13 kPa. Kedua batang grafit itu menyusut secara perlahan dan menghasilkan jelaga. Jelaga yang terbentuk kira-kira mengandung 10 persen C60 dan C70. Jelaga itu kemudian dikumpulkan dan diberi perlakuan dengan benzena untuk melarutkan C60 dan C70, yang kemudian dapat dipisahkan dengan metode kromatografi kolom dan ditentukan strukturnya. Hasil penelitian Huffman dan Kratschmer mendukung kebenaran hipotesis struktur C60.

Penemuan buckminsterfullerene dan metode untuk mengisolasinya telah membuka pintu ke bidang kimia dan ilmu material baru yang menarik. Kimia Fullerene menjadi cabang baru ilmu kimia. Buckminsterfullerene menjadi topik pembicaraan dan penelitian yang menarik. Bahkan pada tahun 1991, molekul ini dielukan sebagai Molecule of the Year dan gambarnya menghiasi sampul depan majalah Scientific American.



KEGUNAAN "buckminsterfullerene"

Meskipun aplikasi praktis molekul ini belum terealisasikan, seperti penemuan superkonduktor yang diaplikasikan dalam kereta api super cepat, C60 dan turunannya menjadi topik penelitian yang menarik. Hasil penelitian di University of California, San Francisco, menyatakan turunan C60 dapat menghambat virus HIV-1 dan HIV-2 yang menyebabkan penyakit AIDS. Selain itu, penelitian di University of California, Santa Barbara, telah berhasil membuat turunan C60 yang larut air dan bahan ini mampu memblokir HIV protease yang merusak protein.

Alan J Heeger (salah seorang penerima hadiah Nobel Kimia 2000) beserta koleganya memanfaatkan C60 sebagai akseptor dalam pembuatan material untuk sel fotovoltaik, yaitu alat yang dapat mengubah sinar matahari menjadi listrik (Science, Vol. 270, 15 Desember 1995).

C60 dapat dengan mudah menerima elektron dan membentuk ion-ion negatif. Bila direaksikan dengan logam alkali (contohnya kalium), akan membentuk K3C60, suatu material kristalin baru yang menjadi superkonduktor pada suhu 19 K. C60 dapat digunakan untuk membuat tabung terkecil di dunia (nanotubes) dari karbon. Tabung ini dapat ditutup pada salah satu ujung atau kedua ujungnya. Material ini mungkin dapat diterapkan dalam industri elektronika karena keunikan sifat-sifat mekanik dan listriknya. Gambar 2 menyajikan bentuk K3C60 dan nanotube. C60 dapat juga digunakan sebagai katalis karena C60 dapat menerima dan mendonorkan elektron. Penggunaan C60 sebagai katalis akan menggantikan katalis logam yang mahal dan beracun

Dari sejarah penemuan buckminsterfullerene menunjukkan kepada kita bahwa kolaborasi disiplin ilmu yang berbeda (dengan bukti-bukti ilmiah yang sahih) akan melahirkan hasil yang mengagumkan dan tidak diperkirakan sebelumnya. Buckminsterfullerene adalah molekul yang stabil dan indah. Sesuatu yang indah itu pastilah akan menarik.



(Oleh Herman Yudiono, mahasiswa Kimia FMIPA IPB, dan R Panji Ahmad Hidayatullah, alumnus Kimia FMIPA IPB)