Selasa, 21 Juni 2011

NILAI STRATEGIS KABUPATEN PULAU MOROTAI part 3

Kondisi existing perkembangan mariculture

Pengembangan Budidaya rumput laut masih minim

Potensi budidaya rumput laut hampir tersebar diseluruh kawasan kepulauan Morotai, namun demikian aktivitas budidaya saat ini masih terbatas dan terkonsentrasi dibeberapa pulau saja. Salah satu kawasan pengembangan budidaya rumput laut terdapat di Pulau Koloray. Aktivitas budidaya yang dilakukan masyarakat pesisir Pulau Koloray terbilang sudah cukup lama dan menjadi salah satu kawasan yang menjadi awal pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Pulau Morotai. Namun demikian tingkat pemanfaatan lahan masih minim dibanding dengan potensi lahan yang ada.

Minimnya pemanfaatan lahan dan kapasitas produksi disesabkan oleh jumlah Sumber daya manusia yang minim, ini dapat dilihat dimana total penduduk yang ada di Pulau Koloray tidak lebih dari 100 KK. Wawancara penulis dengan para pembudidaya umumnya mereka masih minim dalam mendapatkan informasi teknologi budidaya sehingga pada saat terjadi permasalahan mereka masih sulit untuk melakukan pencegahan maupun penaggulangan.

Secara keseluruhan teknologi budidaya rumput laut yang diterapkan adalah dengan menggunakan metode lepas dasar (off bottom method), dimana secara teknis metode ini hanya dapat dilakukan pada kondisi topografi perairan yang spesifik (dipengaruhi pasang surut). Padahal melihat potensi perairan yang ada, masih sangat potensial untuk dikembangkan melalui metode long line maupun rakit apung (raft floating method). Pada kesempatan tersebut kami mencoba memperkenalkan metode longline kepada masyarakat dan akan ditindaklanjuti oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Morotai melalui kegiatan percontohan budidaya rumput laut.

Kendala yang dihadapi pembudidaya secara teknis mereka mengeluhkan munculnya penyakit ice-ice karena disebabkan kondisi perairan yang fuktuatif akhir-akhir ini, selain itu tindakan pencegahan belum bisa dilakukan mengingat metode lepas dasar sulit untuk dilakukan pemindahan lokasi. Kendala lain adalah :1) minimnya permodalan sehingga belum mampu mengembangkan kapasitas usaha, 2) akses pasar, secara umum rantai pasok terkendala karena jarak lokasi budidaya sulit dijangkau, kondisi ini semakin memperpanjang rantai distribusi sehingga posisi tawar ditingkat pembudidaya jauh dibawah harga pasar rata-rata.



Budidaya Ikan Kerapu dan Tiram Mutiara

Kawasan pengembangan budidaya kerapu dan tiram mutiara berada di Pulau Ngele-ngele besar dan kecil sekitar 2 jam perjalanan menggunakan speed boat dari pelabuhan Daruba. Aktivitas budidaya dilakukan oleh salah satu investor yaitu PT. Morotai Marine Culture (MMC) yang merupakan pioneer pengembagan budidaya ikan kerapu dan tiram mutiara di Kabupaten Pulau Morotai.

PT. Morotai Marine Culture merupakan investor yang masuk ke Pulau Morotai dan telah melakukan pengembangan budidaya laut untuk komoditas ikan kerapu dan tiram mutiara. Kegiatan budidaya kerapu dilakukan secara terintegrasi mulai dari pembenihan dan pembesaran di KJA serta telah dilakukan ekspor langsung ke Hongkong dengan menggunakan kapal milik perusahan tersebut. Perusahaan yang mempekerjakan sebanyak 500 orang tenaga kerja lokal ini sampai saat ini mampu memproduksi benih kerapu mencapai 20.000 – 30.000 ekor/bulan,dan telah memiliki induk produktif sebanyak 200 ekor. PT. MMC telah melakukan kegiatan ekspor perdana ikan kerapu sebanyak 2 kali (ekspor I sebanyak 12 ton, ekspor II sebanyak 10 ton). Disamping itu telah mulai dibudidayakan jenis kerapu hybrida yaitu kerapu cantrang (hasil kawin silang antara kerapu macan dengan kerapu kertang), teknologi ini merupakan hasil perekayasaan yang dilakukan Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo.

Budidaya tiram mutiara telah mulai dilakukan, bisa dilihat dengan hamparan luas area budidaya yang hampir mengelilingi perairan pulau Ngele-ngele besar dan kecil. Walaupun usaha budidaya tiram mutiiara masih tergolong baru dilakukan, namun demikian melalui kegiatan riset dan uji coba secara terus menerus, sampai saat ini PT. MMC telah berhasil melakukan ekspor mutiara sebanyak 20 kg (20.000 gram). Saat ini masih terus berupaya untuk mengasilkan produk mutiara yang mampu bersaing di pasar ekspor. Sejauh ini tenaga ahli spesialis didatangkan langsung dari negara China.

Namun kami melihat bahwa kegiatan usaha budidaya kerapu di kawasan tersebut belum memasyarakat, minimnya informasi teknologi dan keterbatasan permodalan menjadi penyebab masyarakat belum ada yang terjun melakukan aktivitas budidaya, dimana secara umum masyarakat sekitar hanya sebatas sebagai tenaga harian di perusahaan. Dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir disekitar pulau, maka perlu adanya langkah kebijakan untuk membangun pola kemitraan segmentasi usaha budidaya kerapu antara PT. MMC dengan masyarakat sekitar sehingga ada hubungan timbal balik yang positif.


sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id