Rabu, 24 November 2010

Mangrove

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman mangrove tinggi, merupakan tipe hutan khas yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang memenuhi beberapa kriteria.Dari 15,9 juta ha luas hutan mangrove dunia, sekitar 3,7 juta ha atau 24%-nya berada di Indonesia. Sehingga Indonesia merupakan tempat komunitas mangrove terluas di Dunia. Hutan mangrove seringkali disebut hutan bakau, dan hutan payau. Istilah bakau umum digunakan di Indonesia karena sebagian besar hutan mangrove ditumbuhi oleh jenis bakau, bako, tinjang (Rhizophora mucronata) sehingga beberapa orang menafsirkan semua hutan mangrove adalah terdiri dari hutan bakau namun sebenarnya hutan bakau/mangrove yang umum digunakan itu terdiri dari berbagai macam jenis bila diantaranya Avicennia marina, A. alba, Bruguiera gymnorhiza, B. cylindrica Rhizophora mucronata, R. apiculata, R, stylosa, Sonneratia alba, S. caseolaris

Habitat
Hutan mangrove adalah suatu formasi hutan yang tumbuh pada tanah lumpur aluvial beberapa kriteria daerah tumbuhnya mangrove antara lain : 1). Topografi pantai yang relatif landai dengan kemiringan 0 – 3o, sehingga pantai relatif terlindung dari ombak yang besar dan angin
2). Terdapat suplai air tawar dan air laut
3). Terpengaruh arus pasang surut
4). Suhu terendah 25oC dan tertinggi 30oC (kisaran fluktuasi tidak lebih dari 5oC)
5). Daerah tropik atau subtropik
Yang paling menarik dari ekosistem ini adalah cara adaptasi organ-organ tubuhya terhadap kondisi lingkungan yang bersalinitas tinggi, dan selalu tergenang air. Untuk Avicennia marina, menggunakan akar yang menjulang dari tanah keatas (pneumatophora) sehingga saat pasang suplai oksigen
selalu terpenuhi, disamping itu organ batang memiliki lenti sel sepanjang tubuhnya yang berfungsi mengekskresikan garam dan sirkulasi udara. Untuk Rhizophora selain akar yang menggantung penyaring NaCl ia memiliki daun berlapis daging yang tebal untuk menyimpan banyak air Selain itu juga akar-akar mereka mampu menahan sedimen sehingga terjadi penambahan lahan kearah laut.
Kondisi ini menciptakan mangrove memiliki lingkungan yang khas dibatasi oleh salinitas, pasang surut, suhu dan
Oleh karenanya sebagian besar hewan laut tidak dapat mentolerir lingkungan mangrove karena : cepat mengering, kebanyakan tidak dapat benafas di udara, kebanyakan makan makanan dari air, sebagian besar mengeluarkan sperma, sel telur, dan larvae ke air laut sehingga kondisi lingkungan ini membuat sebagian saja satwa yang mempu beradaptasi dapat hidup, diatanra heawan yang paling banyak dijumpai di perairan/ekosistem mangrove adalah kepiting dan keong, karena hewan-hewan ini memiliki : eksoskeleton untuk menurangi air yang keluar, dapat bernafas diudara, sebagian besar makan dari mikroorganisme dan materi organik, dapat memanjat pohon untuk mencari makan, sistem fertilisasi internal dan melindungi anaknya dalam kapsul.
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang produktif, dari penelitian di
Amerika (Everglass, Florida) mensuplai 7 ton seresah mangrove/ha/tahun, penelitian lainnya yang menyatakan kuantitatif jumlah jatuhan seresah
Dinamika
Disini akan dijelaskan beberapa proses pengubahan daun mangrove menjadi nutrisi,massa bagian diatas tanah hutan mangrove yang tidak terganggu di Asia Tenggara dan Australia bekisar antara 100-250 t/ha (Ong et.al.1980)Produksi total serasah (daun, cabang, bunga, bijidllyang gugur kelantai hutan) yang dihasilkan hutan mangrove 7-14t/ha/th, sama atau l ebih tinggi dari yang dihasilkan hutan dataran rendah(Sukardjo&Yamada, 1992), produktivitasnya sama dengan hutan pionner yang masih muda.
Kira-kira 10% produksi daun mangrove dikonsumsi dalam bentuk daun segar oleh hewan herbivora, sisanya masuk kedalam ekosistem dalam bentuk detritus, sebgai misal adalah hutan mangrove di Prapat agung Bali Barat yang menggugurkan daunnya dimusim kering tapi lantai hutannya tidak tertutup
daun karena serasah yang jatuh kelantai hutan dimakan dan dibawah masuk kedalam liang oleh kepiting yang sangat banyak dijumpai.Lebih dari 90% daun mangrove dimakan atau ditimbun oleh kepiting dalam waktu 3 minggu sejak gugur dan memasuki sistem lagi sebagai eksresi detritus yang diperkaya dengan fungi, bakteri dan dengan yang tumbuh didalamnya.
Jika kepiting ditiadakan maka proses dekomposisi daun dapat memakan waktu 6 minggu.
Dalam aliran energi di Mangrove daun memegang peranan penting karena ia merupakan sumber nutrisi sebagai awal rantai makanan.Serasah yang jatuh di lantai mangrove mengalamai proses dekomposisi baik secara fisik maupun biologis, secara fisik daun mengalami pengopyokan oleh arus air laut, paparan sinar matahari, penggenangan secara periodik, dan dimamah oleh kepiting. Secara biologis Serasah ini kemudian mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendegradasi jaringan daun. Teridentifikasi beberapa jenis Mikrobia degradasi satu diantaranya Aspergillus niger, yang memiliki selulose. Juga terdapat jenis fungi Cirrenalia macrocephala. Disamping di degradasi secara biologis serasah juga mengalami proses fisik seperti pengikisan oleh angin atau pergerakan gelombang air, proses dekomposisi ini menghancurkan daun secara bertahap sehingga strukturnya tidak lagi dikenali dan molekul-molekul organik diuraikan menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana seperti karbon dioksida, air dan komponen mineral.

Daun tersusun dari 61% berat kering bebas abu sebagai protein, daun gugur proteinnya sekitar 3,1%, sedangkan yang terdekomposisi menjadi partikulat detritus mengalami peningkatan kandungan protein mencapai 22%. Detritus inilah yang menjadi sumber makanan bernutrisi tinggi untuk berbagai jenis satwa.
kemudian serasah terurai menjadi bagian yang lebih kecil (detritus) menurut penelitian daun yang telah terurai ini mengandung vitamin B12, detritus ini kemudian dimakan oleh jasad renik seperti zooplankton, udang, kepiting,ikan kecil (kebanyakan hewan ini memiliki nilai
ekonomis tinggi seperti fase juvenil udang, kepiting) yang selanjutnya hewan kecil ini akan dimakan oleh karnivora terutama ikan.
Detritus mangrove juga dimanfaatkan oleh hewan lain seperti kerang (Anadara granusa), (Oyster crassostrea), Udang ( Acetes) yang dapat digunakan sebagai terasi, Kepiting renang (Scylla serrata) dan banyak ikan seperti Mugil spp, bandeng (Chanos chanos) dan Lates calcaciter.
Sebagai detritus ini sangat penting dalam produktivitas mangrove sayangnya, hutan alami yang ada jauh lebih sedikit daripada kemampuannya untuk memberikan fungsi ini.

Fungsi Mangrove
Semisal laut adalah pohon yang besar maka mangrove adalah akar yang menyediakan bahan makanan, bagi tumbuh suburnya pohon laut.
Peranan mangrove sebagai pendukung lingkungan salah satu yang terpenting adalah produksi jatuhan seresah yang melimpah, daun yang jatuh mengalami beberapa proses sebelum dimanfaatkan oleh biota.


NURSERY GROUND
80 % ikan bernilai ekonomis seperti belanak (Mugil sp), ikan bas bergaris (Roccus saxatilis)ikan, sejenis ikan sebelah (Platichthys flexus) mengambil keuntungan dari kondisi lingkungan mangrove yang dapat digambarkan sebagai daerah yang produktivitasnya tinggi , karena memperoleh energi berupa zat-zat makanan yang terbawa pasang surut air, berdasarkan analisis isi lambung, jenis-jenis ikan yang tertangkap dominan dapat digolongkan dalam kelompok ikan karnivora dan omnivora dan dari segi analisis ini juga diketahui larva ikan dan udang mendominasi isi lambung, hal ini memberikan keterangan bahwa daerah mangrove merupakan tempat berteduh dan mencari makan bagi udang muda dan ikan muda (juvenil), sehingga hutan mangrove disebut “Nursery ground” dan “ feeding ground” (sebagian besar ikan ini memasuki estuari sebagai juvenil dan bermigrasi kembali ke laut ketika menginjak dewasa).selain itu daerah ini langkah akan pemangsa
Selain banyak sumber makanan yang disediakan oleh ekosistem mangrove, lingkungan mangrove juga melakukan seleksi terhadap biota yang hidup dalam ekosistem, karena ekosistemnya memiliki sifak fisik yang menuntut setiap biota untuk beradaptasi terhadap pola tersebut,Kepiting dewasa misalnya mampu hidup pada salinitas rendah karena pengaturan osmosis telah berkembang, tetapi telur-telur dan kepiting muda tidak mempunyai pengaturan osmosis. Karena itu banyak kepiting yang memperlihatkan pola migrasi yang spesifik, bergerak dari estuari ke laut yang berdekatan untuk memijah dan menghabiskan masa awal kehidupan larvanya, kemudian menuju keperairan dengan salinitas rendah untuk mendapatkan suplai makanan, Diperairan mangrove yang masih alami orang dapat memanfaatkan bibit udang untuk dipelihara sebagai benur untuk tambak intensif

AKUMULATOR LOGAM BERAT
Tumbuhan mangrove, secara umum tumbuh pada lingkungan muara yang merupakan daerah penumpukkan sedimen yang berasal dari sungai, memiliki kemampuan untuk menyerap dan memanfaatkan logam berat yang terbawa dalam sedimen sebagai sumber hara yang dibutuhkan untuk melakukan proses-proses metabolisme,
Sebagai misal kita akan melihat kemampuan akumulasi jenis Rhizophora mucronata di Daerah muara sungai Wonorejo.

Tingginya kandungan logam berat di bagian akar pada mangrove menunjukkan adanya usaha untuk melokalisasi materi
masuk dalam tubuh kebagian yang lebih kebal terhadap pengaruh materi toksik, sehingga tidak mempengaruhi bagian tubuh yang rawan terhadap racun. Keberadaan mangrove pada tiap perairan daerah urban akan dapat mampu mengurangi besarnya pencemaran logamberat yang banyak terjadi di Kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang dan Jakarta.

METROPOLITAN BAGI SATWA
Ekosistem mangrove merupakan daerah ekoton yang menghubungkan antara ekosistem pesisir dengan daratan, stwa yang ditemukan di daerah mangrove dapat dikaterikan dalam tiga kelompok yang memiliki aktivitas di ketiga lokasi yang saling berhubungan, atau dapat juga diklasifikasikan kedalam tiga tipe yaitu :a) biota aquatik, b)biota semiaquatik, c)biota teresterial.

Zooplankton
Zooplanton yang terdapat di perairan mangrove pada umumnya termasuk dalam capepoda (larva crustacea), beberapa spesies dapat dijumpai disini karena seperti yang dijelaskan diatas mangrove merupakan tempat pemijahan. Dalam penelitian ecoton di Pantai Timur Surabaya menunjukkan semakin tebal dan baik kondisi mangrove suatu perairan maka semakin tinggi tingkat keanekaragaman jenis zooplakton.

Moluska dan Crustacea
Hutan mangrove di Indonesia banyak menyumbang keanekaragaman moluska diperkirakan 90 spesies yang tergolong dalam 32 familia, dalam hutan mangrove sendiri hanya terdapat dua jenis moluska yang adatif yaitu dua familia gastropoda yaitu Potamididae dan Ellobiidae, sedangkan spesie selebihnya betempat di hamparan lumpur didepan mangrove. Dari hasil studi mangrove di Morowali Sulawesi Tengah terdapat 22 spesies, yang terdiri atas 16 spesies gastropoda dan enam spesies bivalvia, kecuali yang terdapat pada perakaran mangrove (epifauna) merupakan komponen utama pada wilayah pasang surut, estuari dan hamparan lumpur. Sedangkan gastropoda dengan kemampuan motilitas dan adaptasi fisiologisnya dapat tersebar pada seluruh wilayah hutan.

Serangga
Kupu-kupu dan laba-laba umum dijumpai dalam ekosistem mangrove.
Sebagian besar jenis kupu-kupu seperti salmonara banyak dijumpai pada hutan dengan dominasi jenis Avicennia marina.
Di Bangladesh saat ini banyak berkembang peternakan lebah madu mangrove yang benang sarinya berasal dari jenis Avicennia marina.
Jenis lebah yang banyak dijumpai adalah Apis dorsata, dan Apis mellifera. Jenis serangga lainnya adalah semut penganyam yang banyak dijumpai berasosiasi dengan jenis Rhizophora mucronata, selain itu daerah ini juga sebagai major breeding group bagi beberapa jenis nyamuk dari genus Aedes, Anopheles, dan Culex.

Habitat Burung
Dari pengamatan ecoton di Pantai Timur Surabaya, terdapat kecenderungan daerha yang memiliki ekosistem mangrove relatif lebih banyak dikunjungi banyak jenis burung sedangkan daerah yang tidak bermangrove hanya dijumpai beberapa burung yang sedang beristirahat.


sumber: http://www.ecoton.or.id/