Minggu, 05 September 2010

Siklus Karbon Laut Dipecahkan oleh Ikan

Penelitian terbaru mengenai siklus karbon perairan laut mengungkapkan pengaruh besar dari ikan laut dalam menjaga keseimbangan pH (Derajat Keasaman) air laut yang sangat penting bagi pertumbuhan karang dan hewan bercangkang lainnya.

Hingga saat ini, para ilmuwan percaya bahwa kalsium karbonat lautan, yang berperan dalam sifat alkali air laut, datang dari luar kerangka plankton mikroskopik. Studi ini memperkirakan bahwa 3 sampai 15 persen kalsium karbonat lautan sebenarnya dihasilkan oleh ikan tepatnya dalam usus dan kemudian dibuang. Ini adalah perkiraan yang konservatif dan tim peneliti dari Inggris, Amerika dan Kanada percaya hal ini memiliki potensi untuk menjadi lebit tinggi tiga kali lipat.

Ikan bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi yang besar dalam rangka menjaga keseimbangan keasaman laut. Para peneliti memperkirakan bahwa peningkatan suhu dan naiknya CO2 akan mendorong ikan untuk menghasilkan lebih banyak kalsium karbonat.

Terkait penelitian ini, tim peneliti membuat dua model komputer independen.Langkah pertama kalinya ialah perkiraan massa total ikan di laut. Mereka memperkirakan ada 812 dan 2050 juta ikan bertulang sejati di laut. Mereka kemudian menggunakan penelitian skala lab untuk menetapkan bahwa ikan ini memproduksi sekitar 110 juta ton kalsium karbonat per tahun.

Kalsium karbonat, bahan berkapur berwarna putih yang membantu mengontrol keseimbangan keasaman atau pH air laut. Keseimbangan pH sangat penting bagi kesehatan ekosistem laut, termasuk terumbu karang, dan penting dalam mengendalikan bagaimana lautan akan mudah menyerap CO2 di atmosfer yang diperkirakan akan makin meningkat di masa mendatang.

Kalsium karbonat ini diproduksi oleh tulang ikan, yaitu kelompok yang mencakup 90% dari spesies ikan laut di dunia, kecuali keluarga hiu atau pari. Ikan – ikan ini terus-menerus meminum air laut untuk menghindari dehidrasi, hal ini memaksa mereka untuk mencerna kelebihan kalsium yang kemudian menjadi kalsium karbonat berupa endapan kristal dalam usus. Kemudian ikan akan mengeluarkan padatan kapur yang sering disebut batu usus melalui proses yang terpisah dari pencernaan dan produksi kotoran.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa kalsium karbonat yang diekskresikan oleh ikan secara kimiawi sangat berbeda dengan yang dihasilkan oleh plankton. Hal ini membantu menjelaskan sebuah fenomena yang membingungkan para ahli kelautan: laut menjadi lebih basa pada kedalaman yang dangkal.

Kalsium karbonat yang dihasilkan oleh plankton tidak berpengaruh terhadap perubahan alkalinitas ini, karena mereka tenggelam ke kedalaman yang lebih dalam bahkan seringkali tertimbun dalam sedimen dan batu-batuan selama jutaan tahun. Sebaliknya, ikan mengeluarkan kalsium karbonat yang lebih mudah larut di kedalaman dangkal (antara 500 – 1000 meter).

Penulis utama, Dr Rod Wilson dari University of Exeter (Inggris) menyatakan “Perkiraan paling konservatif kami menyarankan bahwa 3 sampai 15 persen kalsium karbonat lautan berasal dari ikan, namun rentang ini bisa sampai tiga kali lebih tinggi. Kita juga tahu bahwa kalsium karbonat ikan berbeda dari yang dihasilkan oleh plankton. Penemuan-penemuan ini bisa membantu menjawab teka-teki lama para ahli kimia oseanografi, tetapi mereka juga mengungkapkan keterbatasan pemahaman kita mengenai siklus karbon lautan.”

Para peneliti memprediksi bahwa kombinasi dari peningkatan suhu laut dan meningkatnya CO2 abad ini akan memicu ikan untuk menghasilkan lebih banyak kalsium karbonat. Hal ini disebabkan oleh dua alasan. Pertama, suhu yang lebih tinggi secara keseluruhan merangsang metabolisme dalam ikan dan mendorong semua proses biologis mereka untuk berjalan lebih cepat. Kedua, peningkatan CO2 di dalam darah mereka secara langsung menstimulasi produksi karbonat oleh usus secara khusus.


Sumber: http://www.sciencedaily.com